Episode 3 : Bertemu teman lama

Emilia POV

Beberapa meter di depanku adalah tujuan utama kaki ku melangkah. Restoran jepang yang paling terkenal di sekitar kantorku seperti sedang melambaikan tangan memanggil manggil namaku.

" Emilia,, Emilia,,, kami ada menu baru, cepatlah kemari." Membayangkannya saja seketika membuat air liurku ingin menetes.

Di luar cukup dingin, angin mulai berhembus hingga membuat rambutku beterbangan ke mana mana.

Aku berjalan sembari menunduk, mencari ikat rambut yang aku simpan di dalam tas ketika tiba tiba saja, tubuhku terasa melayang.

Bruk.

Aku hampir saja berakhir menyapa aspal andai seseorang tidak memegang tubuhku.

Siapa yang di tabrak atau menabrak, entahlah, aku memang sedang tidak fokus saat berjalan. Perutku yang keroncongan tidak mampu membuat otakku berpikir, jangan kan untuk berpikir, jumlah oksigen yang biasanya sangat banyak di kepalaku kini semakin menipis, hingga membuatku kehilangan konsentrasi. Beruntung, ia tidak menabrak ku ketika masih berada di zebra cross tadi, bisa bisa bukan hanya tubuhku yang menyentuh aspal, kemungkinan besar yang akan terjadi, aku berpindah alam.

" Maafkan aku." Ucapku tertunduk menganggap diriku salah, karena seperti yang ku katakan tadi, aku bingung, siapa sebenarnya pelaku utamanya.

" Aku yang harus minta maaf karena tidak sengaja menabrak mu." Ujarnya lalu mengambil ponselnya yang terjatuh dan hampir mengenai kakiku. " Aku sedang membalas chat ketika tidak sengaja menabrak mu. Kamu tidak apa apakan?" Lanjutnya.

Kemungkinan besar, dia memang yang salah. Aku hanya harus menerima permintaan maafnya tanpa banyak bertanya ataupun berdebat, karena terus terang mataku sudah mulai berkurang kunang. Ya, tubuhku butuh karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral dan apa saja yang mampu membuatku kembali bersikap waras. Aku kelaparan.

"Emili?" Wajahnya begitu antusias ketika ia menatapku tanpa berkedip.

Aku mengangkat wajahku, rasa rasanya aku familiar dengan suara berat itu. Aku pun menatap lekat wajahnya.

" Uncle Wyn?" Aku cukup kaget ketika mengetahui siapa yang barusan bertabrakan denganku. Di saat tubuhku semakin lemah dan mataku semakin rabun. Aku masih mampu mengenali pria tinggi itu.

Aku sangat bahagia, setelah beberapa tahun berlalu, aku bisa melihatnya kembali.

" Ku pikir kau sudah melupakan ku." Katanya tertawa renyah.

" Tidak mungkin aku melupakan orang sebaik uncle." Ucapku berdasarkan kenyataan.

" Mau kemana?"

" Pulang." Ucapku singkat.

Dia melirik jam tangan yang bertengger di lengan kirinya.

" Maksudmu, kamu baru pulang bekerja jam segini?" Katanya memastikan sembari mengangkat lengan nya di mana arloji itu berada.

Aku mengangguk pelan.

" Astaga, apa bosmu itu punya hati? Tega sekali membuat karyawannya bekerja hingga larut." Gerutunya.

" Punya, hanya lagi sedang tidak di gunakan untuk hal hal yang akan merugikan perusahaan." Ucapku sekenanya.

Uncle Wyn menggeleng, dan itu merupakan simbol jika ia menyesalkan kelakuan bos ku yang membuatku bekerja seharian tanpa beristirahat.

" Kamu sudah makan?"

Aku menggeleng. Sesuai fakta, karena sekarang ekstremitas bawahku seakan tidak berpijak di tanah.

" Ayo." Katanya lalu menarik tangan kananku menuju ke restoran jepang yang sisa berapa langkah di depan kami.

Aku seperti orang yang tidak pernah makan tiga hari tiga malam, beberapa piring sushi sudah berpindah ke lambungku, lima, sepuluh, ah tidak, lebih dari itu.

Pria di depanku sesekali menarik kedua sudut bibirnya, mungkin ia menertawai ku karena makan layaknya orang kesetanan. Dia menyodorkan air minum kemasan setelah melihatku terbatuk di akibatkan mulutku yang seperti gudang penyimpanan yang over load. Aku tersedak.

Aku meminum air tersebut, menghabiskan hingga tiga perempat nya, air minum yang sangat membantu dalam memasukkan beberapa sushi di mulutku ke dalam lambung.

" Pelan pelan makannya." Kata nya sembari membersihkan beberapa remahan di bibirku menggunakan tisu.

Aku terenyuh, orang tuaku saja tidak pernah melakukan hal yang membuatku terkesan pada mereka. Contoh kecil seperti yang sedang uncle Wyn lakukan padaku saat ini.

Bagi orang lain, itu akan terlihat sangat romantis, tapi tidak denganku, uncle Wyn sudah aku anggap sebagai pamanku sendiri.

" Terima kasih." Ucapku tersenyum manis." Bagaimana uncle bisa ada di sini?" Tanyaku setelah menghabiskan semua makanan yang tersedia di atas meja. Karena setahuku, uncle Wyn bukan lah penduduk asli kota Munich.

" Aku sedang ada urusan pekerjaan."

Aku mengangguk pelan, mengerti dengan perkataannya barusan.

Setelah cukup lama kami bertukar kabar, aku pamit. Uncle Wyn menawarkan untuk ikut dengannya. Tapi aku menolak.

" Rumah ku tidak jauh, aku bisa naik taksi uncle." Ucapku.

Tapi sebenarnya percuma juga aku menolak, toh, uncle Wyn tidak pernah mengenal kata penolakan.

" Tunggu di sini, mobilku aku parkir di sana." Katanya lalu setengah berlari ke arah kendaraannya yang terparkir di pinggiran jalan.

*

*

Di tempat yang sama.

Sepasang mata elang sedang memperhatikan kedua insan yang berbeda jenis tersebut.

Pemilik porche panamera itu sedang tersenyum smirk dari dalam kendaraannya sembari memperhatikan gerak gerik kedua manusia yang sedang terkoneksi satu sama lain.

Pria itu melipat kedua tangan di dada lalu menyenderkan punggungnya di sandaran porche panamera miliknya. " Sebenarnya, apa yang istimewa dari wanita itu?"

Dia mulai emosi, apalagi wanita itu memasang senyum manis saat berbicara pada pria lawan bicaranya." Aku ingin tau, sebaiknya kau tunggu saja. Aku tidak akan melepaskan mu. "

Pria tampan itu menyalakan mesin kendaraan, melesat dengan kecepatan tinggi dan hampir saja menabrak wanita yang menjadi targetnya hari ini.

" Hati hati ! " Pekik Wyn. Untung ia bisa menangkap tubuh Emilia yang hampir saja terjerembab.

" Kamu tidak apa apa?" Tanya Wyn memindai seluruh tubuh Emilia.

" Iya." Jawab Emilia singkat.

Pandangan Wyn kini tertuju pada porche panamera hitam yang hampir saja membuat Emilia terluka.

" Seperti tidak asing, apa mungkin dia berada di sini?" Batinnya dengan terus menatap mobil yang di banderol harga fantastis yang sudah mulai menghilang dari pantauan matanya.

" Apa semua penduduk Munich mengendarai mobilnya dengan cara ugal ugalan?" Kata Wyn sembari berdecak tidak paham.

" Tidak juga, mungkin dia sedang terburu buru." Kata Emilia.

" Ayo."

Wyn membuka pintu mobilnya setelah yakin jika Emilia tidak apa apa.

Sebelum menyalakan mesin, Wyn menanyakan alamat Emilia.

" Kamu tinggal di mana?"

Emilia tidak segera menjawab, dia juga belum memberitahukan pada Wyn jika ia sudah menikah. Mau pulang ke rumahnya, tentu tidak akan mungkin, Billie Smith, ayahnya akan murka. Lalu apakah ia harus di antar langsung ke rumah mewah milik Ludwig Weber?

" Kenapa melamun?" Tanyanya penasaran, karena Emilia tidak segera menjawab pertanyaannya.

" Bogenhausen, aku tinggal di sana." Ucapnya terdengar kaku.

" Wah... Hebat juga kamu, itu adalah pilihan hunian yang sangat mewah di sini."

Emilia tersenyum aneh, " Ya begitulah."

" Pakai sabuk pengamanmu."

Aston martin milik Wyn membelah jalan raya, sesekali ia menoleh menatap Emilia yang duduk di kursi penumpang tepat di sampingnya.

" Kamu tinggal dengan siapa di bogenhausen? Karena setahuku rumah keluargamu berada di selatan Munich."

Emilia mencengkeram erat erat tas ranselnya dengan kuku kukunya yang panjang. " Sebenarnya, baru seminggu yang lalu aku melangsungkan pernikahan dengan salah satu anggota keluarga Weber."

Mobil berdecit, tiba tiba saja Wyn menghentikan kendaraannya. Beruntung, jalanan yang mereka lalui mulai sepi.

Wyn menatap tajam Emilia."Apa maksudmu? Menikah?" Tanyanya mempertajam pendengarannya.

Emilia mengangguk.

Wyn seketika menghela nafas kasar." Kenapa kau baru bilang?"

" Aku ingin menjelaskannya sejak tadi, tapi bingung memulai dari mana." Ucapnya tertunduk." Maafkan aku karena tidak memberitahu mu lebih dulu, bahkan aku tega tidak mengundangmu." Lanjutnya sedikit menyesal.

Terpaksa Wyn tersenyum di depan Emilia untuk menutupi rasa tidak sukanya dengan pengakuan mengagetkan itu.

" Boleh aku tau siapa nama suamimu?"

" Ludwig Weber."

...****************...

Terpopuler

Comments

Sidieq Kamarga

Sidieq Kamarga

Ada hubingan apakah antara Uncle Wyn dan Ludwig Weber ??

2024-07-03

1

SasSya

SasSya

mungkinkah paman wyn ada rasa dgn Emy🤔🤔
dan si bos saiko salah satu keluarga paman wyn atau orang yg tdk suka dgn itu
dan berusaha mempersulit Emy
🤔🤔🤔
sepnassaraaaaannnn🤓

2024-07-03

2

SasSya

SasSya

bos saiko iniii😬

2024-07-03

2

lihat semua
Episodes
1 Episode 1 : Pernikahan pelunas utang
2 Episode 2 : Bos diktator
3 Episode 3 : Bertemu teman lama
4 Episode 4 : Si bos sakit
5 Episode 5 : Menginap tanpa sengaja
6 Episode 6 : Kemarahan Ludwig
7 Episode 7 : Alkohol atau afrodisiak?
8 Episode 8 : Pria pertama
9 Episode 9 : Terulang lagi
10 Episode 10 : Tak bisa menghindari
11 Episode 11 : Kenyataan di tengah kepergian
12 Episode 12 : Jujur
13 Episode 13 : Aku bohong
14 Episode 14 : Balas dendam ?
15 Episode 15 : Teka teki
16 Episode 16 : Bukan lagi keluarga Smith
17 Episode 17 : Terpuruk
18 Episode 18 : Teman rasa saudara
19 Episode 19 : Pertanyaan aneh
20 Episode 20 : Turut merasakan
21 Episode 21 : Ludwig dan Gerrard
22 Episode 22 : Kejujuran Ludwig
23 Episode 23 : Sampai bertemu lagi
24 Episode 24 : Pencarian
25 Episode 25 : Si paling setia
26 Episode 26 : Keberanian Heidi
27 Episode 27 : Mulut Ember
28 Episode 28 : Di mana suaminya?
29 Episode 29 : Willy ternyata berguna juga
30 Episode 30 : Bertemu grandfa dan grandma
31 Episode 31 : Mencoba menerima
32 Episode 32 : Gadis kecil yang sangat cantik
33 Episode 33 : Gerrard dan Sophia
34 Episode 34 : Maafkan aku, Emi
35 Episode 35 : Luapan kemarahan
36 Episode 36 : Dia calon istriku
37 Episode 37 : Kembali pulang
38 Episode 38 : Berusaha mendekat
39 Episode 39 : Willy kembali beraksi
40 Episode 40 : Proposal yang tertolak
41 Episode 41 : Bertemu dengan Wyn
42 Episode 42 : Belum bisa menerima
43 Episode 43 : Kebencian yang sudah mendarah daging
Episodes

Updated 43 Episodes

1
Episode 1 : Pernikahan pelunas utang
2
Episode 2 : Bos diktator
3
Episode 3 : Bertemu teman lama
4
Episode 4 : Si bos sakit
5
Episode 5 : Menginap tanpa sengaja
6
Episode 6 : Kemarahan Ludwig
7
Episode 7 : Alkohol atau afrodisiak?
8
Episode 8 : Pria pertama
9
Episode 9 : Terulang lagi
10
Episode 10 : Tak bisa menghindari
11
Episode 11 : Kenyataan di tengah kepergian
12
Episode 12 : Jujur
13
Episode 13 : Aku bohong
14
Episode 14 : Balas dendam ?
15
Episode 15 : Teka teki
16
Episode 16 : Bukan lagi keluarga Smith
17
Episode 17 : Terpuruk
18
Episode 18 : Teman rasa saudara
19
Episode 19 : Pertanyaan aneh
20
Episode 20 : Turut merasakan
21
Episode 21 : Ludwig dan Gerrard
22
Episode 22 : Kejujuran Ludwig
23
Episode 23 : Sampai bertemu lagi
24
Episode 24 : Pencarian
25
Episode 25 : Si paling setia
26
Episode 26 : Keberanian Heidi
27
Episode 27 : Mulut Ember
28
Episode 28 : Di mana suaminya?
29
Episode 29 : Willy ternyata berguna juga
30
Episode 30 : Bertemu grandfa dan grandma
31
Episode 31 : Mencoba menerima
32
Episode 32 : Gadis kecil yang sangat cantik
33
Episode 33 : Gerrard dan Sophia
34
Episode 34 : Maafkan aku, Emi
35
Episode 35 : Luapan kemarahan
36
Episode 36 : Dia calon istriku
37
Episode 37 : Kembali pulang
38
Episode 38 : Berusaha mendekat
39
Episode 39 : Willy kembali beraksi
40
Episode 40 : Proposal yang tertolak
41
Episode 41 : Bertemu dengan Wyn
42
Episode 42 : Belum bisa menerima
43
Episode 43 : Kebencian yang sudah mendarah daging

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!