"Arghhh!!" rasa kecewa, sakit, dan emosi menjadi satu itu yang zia rasakan sekarang.
Zia menarik rambutnya frustasi. Ia mengerang keras "TUHAN GUE MAU BAHAGIA!!" erang zia kuat.
Ingin bahagia seperti yang lain, tapi itu mustahil bagi seorang zia. Zia melemparkan tubuhnya ke kasur, langsung menenggelamkan wajahnya di antara bantal². "tuhan,, ka pan aku bisa bahagia,," isaknya di sela sela tangisannya.
"a ku ca pe,," lirih zia pelan.
Tak terasa zia tertidur dengan keadaan masih nangis. Hidup mandiri tanpa keluarga sangatlah susah, tapi untungnya zia bisa melewati itu meskipun banyak rintangan². Memiliki teman? Zia terkadang tidak menganggapnya sebagai teman hanya orang biasa yang dekat dengannya seperti Mella.
Dari dulu ia tak pernah percaya lagi kepada seseorang karena zia dulu pernah percaya namun akhirnya ia meninggalkan zia sendirian dengan rasa kecewa yang dalam.
⭐⭐⭐⭐⭐
"Hah-hah," zia terbangun dari tidurnya dengan perasaan yang aneh. Ia bermimpi kejadian yang membuat traumanya kambuh lagi. "akhhh!!" zia terus memukul mukul kepalanya yang terasa sakit.
Rasa sakit itu terus bertambah dan juga menjalar kemana mana, zia beranjak dari kasurnya menuju lemarinya. Ia mencari obat yang selama ini ia simpan di laci lemarinya, tangannya masih terus memukuli kepalanya karena bertambah sakit. Rasa sakit itu terus bertambah lagi membuat kesadaran zia berkurang.
Zia terus mencari cari obat tersebut namun hasilnya nihil dalam laci lemarinya tak ada satu pun lantas ia langsung berjalan ke arah laci meja belajarnya dengan tergopoh gopoh.
"ck, dimana obatnya sih"
"akh kepala gue" ringis zia pelan sambil memegang kepalanya kuat
Zia masih terus mencari cari obatnya di laci meja belajarnya. Ternyata usaha zia sia². Obat yang ia cari telah habis ia baru ingat kalau ia tak sempat membelinya lagi. Rasa sakit di kepalanya terus menjalar membuat kesadaran zia menipis dan juga membuat badan zia tak seimbang, untung saja ia langsung berpegangan ke ujung meja, sebelum ia terjatuh ke lantai.
"hah-hah" zia memegang dadanya yang tiba tiba merasa sesak. Pertahanan zia runtuh, ia terjatuh ke lantai, semua badannya terasa lemas. Nafas zia memburu, rasa sesak dan sakit di kepalanya yang tak henti henti membuat kesadaran zia menipis.
"tu,,Han,, i nii sa kitt" lirih zia pelan, zia terus mempertahankan kesadaran nya supaya tidak pingsan.
"arghhh" zia mengerang kuat ketika semua badannya merasa sakit. Sakit yang zia rasakan ini ia telah merasakannya dari dua bangun dari pingsannya setelah kejadian penculikan beberapa tahun yang lalu.
Mata yang mulai terpejam, nafasnya tak teratur dan semakin memburu. "tu Han sa kitt" mata zia perlahan lahan tertutup sempurna. Ia sudah tak bisa menahan kesadarannya lagi. Rasa sakit itu benar benar membuat tubuh zia lemah. Zia pingsan tergeletak di lantai kamar kostan nya sendiri, tanpa ada siapapun disana
Di dalam ruangan yang sunyi tanpa penerangan, sendirian di tempat yang gelap membuat siapapun tidak tahu jika disana ada seseorang yang tergeletak pingsan.
"time to start the game"
Sorot mata yang tajam melihat kearah zia yang tergeletak di lantai dari jarak yang cukup jauh melalui celah jendela kamar zia. Tanpa ia sadari senyumannya terukir begitu saja melihat pemandangan di depannya itu.
Ia berjalan menjauh dari kostan zia sambil memainkan belati kesayangannya "sampai ketemu lagi queen" tersenyum miring
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments