Seorang Teman Selalu Bersama

Rika terbangun dalam mimpi yang terasa begitu nyata, di tengah medan pertempuran yang suram dan penuh bahaya.

Di sekelilingnya, langit gelap dipenuhi awan hitam tebal yang berputar-putar, memancarkan kilatan petir yang menakutkan. Suara gemuruh perang terdengar jelas, memekakkan telinga, dan tanah di bawahnya bergetar seakan merasakan setiap ledakan.

Rika melihat dirinya berada dalam kokpit sebuah katafrakt, mesin perang besar yang kokoh dan mengerikan. Dia mengendalikan tuas dan tombol dengan tangan yang gemetar, menyadari bahwa di sekitarnya, berbagai katafrakt besar lain sedang mengepungnya. Katafrakt-katafrakt ini berkilauan di bawah kilatan petir, dengan baju baja mereka yang kokoh dan persenjataan berat yang mengancam.

Bangunan di sekitarnya terlihat rusak parah, dengan reruntuhan yang berserakan di mana-mana. Api berkobar di beberapa tempat, menghanguskan sisa-sisa struktur yang dulu berdiri megah.

Udara dipenuhi debu dan asap tebal, mengaburkan pandangan dan membuat napas terasa berat.

Tiba-tiba, sebuah ledakan besar terpicu di dekat Rika. Suara ledakan itu begitu keras, mengguncang tubuh dan katafraktnya. Api dan serpihan logam beterbangan ke segala arah, dan Rika merasa tekanan yang luar biasa menghantam tubuhnya. Dia melihat tangannya berlumuran darah, dan rasa sakit yang tajam mulai menjalari tubuhnya.

Dalam pandangan yang semakin buram, Rika melihat dirinya sendiri tergeletak di tanah, bersimbah darah dan tak sadarkan diri. Kesadaran perlahan-lahan meninggalkannya, sementara suara-suara pertempuran semakin menjauh, tenggelam dalam kegelapan yang datang menghampiri.

"RIKA!"

Teriakan seseorang menyadarkan Rika. Perlahan, dia membuka kelopak matanya yang lemah, memperlihatkan bola mata berwarna cokelat yang indah. Dia mendapati dirinya terbaring di sebuah ranjang rumah sakit.

"Apa yang terjadi!"

Dalam lamunan sadar, Rika meraih keningnya, kebingungan dengan apa yang terjadi padanya. "Apa yang terjadi dengan diriku?" gumamnya, menoleh ke sekeliling. Wajahnya meneteskan air mata yang mengalir.

Nampak sesuatu sangat berbeda yang dirasakan oleh Rika. Perlahan-lahan, matanya menyapu seluruh ruangan, melihat berbagai peralatan kesehatan rumah sakit pada umumnya. "Hah... Rumah sakit?" pikirnya. Tapi ada sesuatu yang tidak biasa.

"Sepertinya bukan,"

Rika mulai banyak berpikir, mencoba memahami lingkungan dan kondisinya. Jemari rampingnya menyentuh dagu, seolah sedang memikirkan sesuatu. "Aneh sekali, terakhir kali aku berada di rumah sakit, dikelilingi oleh beberapa dokter dan..." Ingatannya kembali pada kedua orang tuanya.

"Mendengar kedua orang tuaku menangis memanggilku..." Kesedihan yang mendalam terpancar di wajahnya.

Dari luar, burung kenari hinggap di cabang pohon besar, berkicau riang. Cahaya matahari siang menembus pepohonan, menciptakan bayang-bayang yang menyatu dengan tembok. Angin yang tenang menambah suasana damai.

Rika berusaha bangun, menapakkan kakinya di lantai yang sangat bersih. "Eh... kenapa tubuhku terasa sangat ringan?" Rasanya ada perubahan pada tubuhnya.

Rika perlahan berjalan mendekati jendela berbentuk kotak yang menjulang, dengan kaca bening yang bersih. Jendela itu dihiasi gorden putih yang terlipat rapi, menampilkan pemandangan luar yang memukau.

Angin tenang menerpa wajah Rika, menghilangkan sedikit kesedihannya. Di luar, gedung-gedung besar menjulang tinggi mengelilingi kamar, membuat Rika terpesona. "Lagipula, di mana aku sekarang?" pikirnya.

"Seharusnya, terakhir kali..." Sesaat dia terdiam. "Aku... seharusnya aku sudah mati?"

Benar, seharusnya dia sudah mati. Tapi kenapa dia masih hidup?

Ingatan yang sulit muncul di benaknya. Dia berusaha menerima kenyataan tersebut. Mendadak Rika kehilangan keseimbangan, meraih nakas untuk menopang dirinya. Tangan yang lain menyentuh dahinya. Rika benar-benar tidak mengerti kondisinya sekarang. Yang dia tahu hanyalah bahwa dia hidup.

Pelan-pelan, Rika berjalan mengenakan pakaian pasien, mendekati pintu untuk keluar dari kamar. "Sepertinya aku harus mencari petunjuk." Dia termenung sejenak, menatap gagang pintu. "Ah... jangan-jangan aku bereinkarnasi?!" Rika melihat tangannya yang memegang gagang pintu, kemudian Rika melewati pintu itu lalu menoleh ke kanan dan kiri. Sejauh mata memandang, hanya terdapat koridor.

Dengan memutar gagang pintu, dia menguncinya. "Benar, untuk sekarang ini aku ingin mencari sebuah petunjuk," ucapnya sambil menutup pintu.

Rika berjalan ke arah kanan, berbicara sendiri, "Apakah aku akan baik-baik saja?" Dia terlihat gelisah, melangkah lambat melewati lorong yang menunjukkan bahwa dia berada di sebuah akademi besar. Wajahnya meliuk ke sana-sini.

Dia melihat banyak pintu ruangan di sepanjang koridor. Temboknya bersih dan dekorasinya enak dipandang, layaknya akademi elit. "Firasatku benar, ini adalah sebuah sekolah!" Akhirnya Rika menemukan pintu utama.

"Sepertinya itu pintu utamanya. Bagaimanapun, aku harus keluar dari sini untuk mencari seseorang yang bisa membantuku," pikirnya. Namun, dia mengerutkan dahi. "Apakah aku bisa mempercayai seseorang dengan mudah?"

Tiba-tiba, terdengar seseorang memanggil namanya dari arah belakang.

"Rikaaa... Rikaaaaa... Hei, apakah kau mendengarku... Rikaaaa... Rikaaaaa..."

Suara itu terdengar familiar, seolah dia pernah mendengarnya di suatu tempat. Rika menoleh ke arah sumber suara, melihat seorang perempuan seusianya berlari menghampirinya dengan melambaikan tangan dan tergesa-gesa.

Perempuan itu memakai seragam akademi yang mirip dengan sekolah Jepang pada umumnya, dengan kerah lebar dan simpul pita. Roknya sebatas paha. Wajahnya cantik dan rambutnya berwarna kuning layaknya keturunan Barat, dengan pupil mata yang indah. Dia sedikit lebih pendek dari Rika.

"Siapa dia?" pikir Rika bingung.

Perempuan ceria itu mendekati Rika. "Rikaaa!!" Setelah sampai, dia nampak terengah-engah. "Bagaimana bisa?!" Dia berbicara dengan nafas terpotong-potong.

Rika mendengarnya bingung. "Eh, kamu... siapa?"

Perempuan itu terkejut. "Haaah?! Apakah kamu melupakan sahabatmu ini?! Aku Fuka!! Fukari Gehenna!!" Dia nampak kesal karena pertanyaan Rika aneh. "Sudah beberapa tahun yang lalu aku memperkenalkan diriku, apakah kamu lupa?" Fuka sedikit cemberut. "Hemph!"

"Rika, walaupun kita selalu bersama, tapi kamu harus mengingat wajah temanmu!"

"Fuka?" pikir Rika bingung.

Walaupun begitu, Fukari melihat Rika dengan rasa kangen dan bersyukur. "Rikaaa... aku khawatir sekali tau! Akhirnya kamu sudah sadar!"

Perlahan, Rika mulai merasa mual seolah ingin muntah. Hal itu membuat Fukari khawatir. "Sepertinya ini bukan duniaku. Aku seharusnya sudah mati. Lalu apa yang terjadi dengan tubuhku ini?" pikir Rika jauh setelah trauma dengan kondisinya.

"Hei... Rika, kau tidak apa-apa?!" Fukari ingin menopang Rika, meskipun Rika terlihat menolak.

"Ah... Aku tidak apa-apa, jangan pedulikan aku," respon Rika seolah tidak ingin Fuka terlibat.

Fuka mengeluh dengan nafas panjang. "Kamu ini ya!" Dia mendadak melihat Rika dengan aneh.

"Apa yang kamu lihat?" tanya Rika.

"Apakah karena sakit kepribadianmu menjadi sedikit berubah? Tidak seperti biasanya." Ucap Fuka. Dia tersenyum. "Ah, itu tidak penting. Aku harus membawamu ke ruangan kepala dokter sekarang!"

"Dan kau tidak boleh menolaknya! Ayo... ikut aku!" Fuka meraih tangan Rika dan menuntunnya ke suatu tempat. "Bagaimanapun juga, kondisimu sedang tidak baik!" Fuka sedikit memarahi Rika. "Sesekali kamu harus mendengarkan nasihatku. Sebagai sahabatmu, aku sangat khawatir dengan kondisimu. Rikaa, Rikaa!"

Rika pasrah mengikuti Fuka yang baru dia kenal. Saat ini, dia benar-benar tidak memahami kondisi sekelilingnya.

Fuka menarik tangan Rika dengan tegas, meskipun penuh perhatian. Mereka berdua berjalan melewati lorong-lorong akademi yang tampak seperti labirin. Rika mencoba mengingat setiap detail, tetapi semuanya terasa asing baginya.

"Ayo, kita harus segera sampai di ruangan kepala dokter," ujar Fuka dengan nada cemas.

Sesampainya di depan sebuah pintu bertanda "Kepala Dokter," Fuka mengetuk pintu dengan keras.

"Masuk!" terdengar suara dari dalam.

Fuka membuka pintu dan mengajak Rika masuk. Di dalam ruangan, seorang pria paruh baya dengan kacamata tebal duduk di belakang meja penuh dokumen. Dia melihat ke arah Rika dengan tatapan serius.

"Ah, akhirnya kau sadar, Rika," ucap dokter itu sambil tersenyum. "Duduklah."

Rika duduk dengan ragu-ragu, sementara Fuka berdiri di sampingnya, menggenggam tangannya dengan erat.

Rika mendapati dirinya di sebuah dunia yang penuh dengan hal baru dan keindahan, sebuah campuran antara teknologi maju dan alam yang memukau. Di sekelilingnya, bangunan-bangunan besar dan megah menjulang tinggi dengan arsitektur yang menggabungkan gaya klasik dan futuristik.

Gedung-gedung itu dilengkapi dengan jendela-jendela besar dari kaca bening yang memantulkan sinar matahari, menciptakan pemandangan yang hampir magis dan cerah.

Langit cerah dengan warna biru yang menenangkan, dihiasi oleh beberapa awan putih yang melayang lambat. Di antara gedung-gedung, terdapat taman-taman hijau dengan pepohonan besar dan bunga-bunga berwarna-warni yang bermekaran, menciptakan kontras yang indah dengan struktur beton dan kaca di sekitarnya. Burung-burung berkicau riang, menambah suasana damai dan harmonis.

Di kejauhan, terlihat kendaraan-kendaraan terbang melintasi langit, bergerak dengan tenang dan tanpa suara.

Teknologi di dunia ini tampaknya sangat maju, dengan berbagai perangkat dan alat yang terlihat canggih dan efisien, namun tetap terintegrasi harmonis dengan alam sekitar. Di jalan-jalan, orang-orang berjalan dengan tenang, mengenakan pakaian yang elegan dan rapi, mencerminkan budaya yang mungkin menjunjung tinggi kesopanan dan keindahan.

Koridor akademi tempat Rika berada tampak sangat bersih dan teratur, dengan dekorasi yang elegan dan minimalis.

Lampu-lampu yang tergantung di langit-langit memberikan pencahayaan lembut, menciptakan suasana yang nyaman dan tenang. Pintu-pintu ruangan dihiasi dengan ukiran halus dan tanda-tanda digital yang menunjukkan identitas masing-masing ruangan.

Di luar, tiang-tiang bendera dengan lambang yang tidak dikenalnya berkibar diterpa angin, menambah kesan resmi dan megah. Suara gemerisik dedaunan dan kicauan burung berpadu dengan suara lembut dari aliran air di kolam-kolam kecil yang tersebar di taman, menciptakan simfoni alam yang menenangkan.

Itulah dunia lain yang ditempati oleh Rika Uenohara sekarang.

Episodes
1 Rika Uenohara (Arc 1: Siapa Aku Sebenarnya)
2 Seorang Teman Selalu Bersama
3 Janji Pertemanan
4 Sebuah Masalah Akademi
5 Aegis Imitation VS Iron-Horphastor Red
6 Kebenaran Asuka
7 Pemimpin Kelas 2-A
8 Mereka Sekarang Bersama
9 Perang Di Perbatasan Wilayah
10 Keresahan Fukari Terhadap Rika
11 Mereka Adalah Generasi Ke 2
12 Aku Adalah Dirimu
13 Masalah Keluarga Akagami
14 Dorongan Hati Yang Kuat.
15 Hari Baru Di Akademi
16 Pemimpin Komite Keamanan
17 Berkumpulnya Gadis-Gadis Katafrakt
18 Bagaimanapun, Aku Adalah Temanmu
19 Gargantia Grand Prix (Arc 2: Katafraktus Sentra)
20 Aku Adalah Maiestas
21 Empat Perempuan Berprestasi
22 Pergerakan Alexandrite
23 Kediaman Silvervelt
24 Investigasi Wilayah Elysia
25 Maiestas Dan Suffer Bersama
26 Aku Benar-Benar Merindukanmu
27 Maiestas Berlatih
28 Apakah Dia Seorang Musuh?
29 Alexandrite Yang Tak Bisa Ditebak
30 Serangan Menuju Gedung Parlemen
31 Persiapan Gargantia Grand Prix (Part 1)
32 Persiapan Gargantia Grand Prix (Part 2)
33 Persiapan Gargantia Grand Prix (Part 3)
34 Persiapan Gargantia Grand Prix (Part 4)
35 Persiapan Gargantia Grand Prix (Part 5)
36 Hari Gargantia Grand Prix
37 Elesis Traphos VS Iron-Breaker Altrapsis
38 Serangan Terakhir Elesis-Traphos
39 Ketegangan Sebelum Pertandingan
40 Sang Penjaga Langit, Saturnus Orphus!
41 Mengungkap Rencana Eliot
42 Invasion Arnoida
43 Pelarian Di Bawah Serangan: Pertempuran Udara!
44 Keahlian Fukari Gehenna
45 Asuka Kagami
46 Bala Bantuan Pengkhianat
47 Saturnus Orphus VS Nuberious Strators
48 Mereka Terjatuh
49 Mantan General, Katafrakt Nexus
50 Kembalinya Katafrakt Legendaris Azure-Zero Orphus
51 Azure Zero & Iron-Horphastor Red VS Aegis Imitation (Part 1)
52 Azure Zero & Iron-Horphastor Red VS Aegis Imitation (Part 2)
53 Azure Zero & Iron-Horphastor Red VS Aegis Imitation (Part 3)
54 Azure Zero & Iron-Horphastor Red VS Aegis Imitation (Part 4)
55 Azure Zero & Iron-Horphastor Red VS Aegis Imitation (Part 5)
56 Azure Zero & Iron-Horphastor Red VS Aegis Imitation (Part 6)
57 Azure Zero & Iron-Horphastor Red VS Aegis Imitation (Part 7)
58 Azure Zero & Iron-Horphastor Red VS Aegis Imitation (Part 8)
59 Liberators Gigan Armour Breaker, Siap berperang!!
60 Aegis Imitation Orphus VS Liberators Gigan Armour Breaker
61 Pertempuran Di Lautan
62 Fukari Beraksi, Liberators Tidak Akan Kalah!!
63 Perjuangan Fukari Untuk Rika
64 Kekalahan Kesatria Langit
65 Pengkhianatan Didalam Pertempuran Katafrakt
66 Info update
Episodes

Updated 66 Episodes

1
Rika Uenohara (Arc 1: Siapa Aku Sebenarnya)
2
Seorang Teman Selalu Bersama
3
Janji Pertemanan
4
Sebuah Masalah Akademi
5
Aegis Imitation VS Iron-Horphastor Red
6
Kebenaran Asuka
7
Pemimpin Kelas 2-A
8
Mereka Sekarang Bersama
9
Perang Di Perbatasan Wilayah
10
Keresahan Fukari Terhadap Rika
11
Mereka Adalah Generasi Ke 2
12
Aku Adalah Dirimu
13
Masalah Keluarga Akagami
14
Dorongan Hati Yang Kuat.
15
Hari Baru Di Akademi
16
Pemimpin Komite Keamanan
17
Berkumpulnya Gadis-Gadis Katafrakt
18
Bagaimanapun, Aku Adalah Temanmu
19
Gargantia Grand Prix (Arc 2: Katafraktus Sentra)
20
Aku Adalah Maiestas
21
Empat Perempuan Berprestasi
22
Pergerakan Alexandrite
23
Kediaman Silvervelt
24
Investigasi Wilayah Elysia
25
Maiestas Dan Suffer Bersama
26
Aku Benar-Benar Merindukanmu
27
Maiestas Berlatih
28
Apakah Dia Seorang Musuh?
29
Alexandrite Yang Tak Bisa Ditebak
30
Serangan Menuju Gedung Parlemen
31
Persiapan Gargantia Grand Prix (Part 1)
32
Persiapan Gargantia Grand Prix (Part 2)
33
Persiapan Gargantia Grand Prix (Part 3)
34
Persiapan Gargantia Grand Prix (Part 4)
35
Persiapan Gargantia Grand Prix (Part 5)
36
Hari Gargantia Grand Prix
37
Elesis Traphos VS Iron-Breaker Altrapsis
38
Serangan Terakhir Elesis-Traphos
39
Ketegangan Sebelum Pertandingan
40
Sang Penjaga Langit, Saturnus Orphus!
41
Mengungkap Rencana Eliot
42
Invasion Arnoida
43
Pelarian Di Bawah Serangan: Pertempuran Udara!
44
Keahlian Fukari Gehenna
45
Asuka Kagami
46
Bala Bantuan Pengkhianat
47
Saturnus Orphus VS Nuberious Strators
48
Mereka Terjatuh
49
Mantan General, Katafrakt Nexus
50
Kembalinya Katafrakt Legendaris Azure-Zero Orphus
51
Azure Zero & Iron-Horphastor Red VS Aegis Imitation (Part 1)
52
Azure Zero & Iron-Horphastor Red VS Aegis Imitation (Part 2)
53
Azure Zero & Iron-Horphastor Red VS Aegis Imitation (Part 3)
54
Azure Zero & Iron-Horphastor Red VS Aegis Imitation (Part 4)
55
Azure Zero & Iron-Horphastor Red VS Aegis Imitation (Part 5)
56
Azure Zero & Iron-Horphastor Red VS Aegis Imitation (Part 6)
57
Azure Zero & Iron-Horphastor Red VS Aegis Imitation (Part 7)
58
Azure Zero & Iron-Horphastor Red VS Aegis Imitation (Part 8)
59
Liberators Gigan Armour Breaker, Siap berperang!!
60
Aegis Imitation Orphus VS Liberators Gigan Armour Breaker
61
Pertempuran Di Lautan
62
Fukari Beraksi, Liberators Tidak Akan Kalah!!
63
Perjuangan Fukari Untuk Rika
64
Kekalahan Kesatria Langit
65
Pengkhianatan Didalam Pertempuran Katafrakt
66
Info update

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!