Aku berlari sekuat tenaga menjauhi danau hitam itu, hatiku dipenuhi ketakutan dan kebingungan. Nafasku tersengal-sengal, dan kegelapan di sekelilingku semakin menebal. Pikiran tentang Arka yang tiba-tiba berubah menjadi sosok yang menakutkan membuatku merasa tercekik. Aku tidak mengerti bagaimana dia bisa berubah sedemikian rupa. Arka yang kukenal adalah anak laki-laki yang baik hati dan selalu tersenyum. Namun, kini dia seolah-olah menjadi bagian dari kegelapan yang menelan hutan ini.
Langkahku semakin cepat saat aku mendengar suara ranting-ranting patah di belakangku. Apakah Arka mengikutiku? Aku tidak berani menoleh ke belakang. Yang kutahu, aku harus terus berlari, terus menjauh dari tempat yang penuh kegelapan itu.
"Aku harus keluar dari sini," bisikku pada diriku sendiri, mencoba memberi semangat. Namun, tidak ada jalan yang jelas di depanku. Pepohonan semakin rapat, dan bayangan mereka tampak seperti monster yang ingin menangkapku.
Tiba-tiba, kakiku terantuk sesuatu, dan aku terjatuh ke tanah. Aku bangkit dengan cepat, tetapi rasa sakit di kakiku membuatku terhuyung-huyung. Aku tetap berusaha berjalan meski tertatih-tatih, mencoba menemukan jalan keluar dari hutan yang tampak semakin tak bersahabat ini.
Dalam kebingungan dan rasa takut yang menguasai, aku tidak menyadari bahwa tanah di bawahku semakin miring. Langkahku yang panik membuatku kehilangan keseimbangan, dan sebelum aku bisa berbuat apa-apa, aku terjatuh ke dalam jurang yang gelap. Tubuhku berguling-guling menuruni lereng curam, dan aku merasakan ranting-ranting tajam serta batu-batu kecil menggores kulitku. Akhirnya, aku jatuh terperosok ke dalam lumpur yang dingin dan lengket.
Aku terbaring di sana sejenak, mencoba mengatur napas yang tersengal-sengal. Tubuhku berlumuran lumpur, dan rasa sakit menjalar dari setiap goresan dan memar yang kurasakan. Aku merasa sangat lelah dan putus asa, ingin menyerah pada kegelapan yang seolah-olah mengepungku dari segala arah.
Namun, sebuah suara aneh menarik perhatianku. Suara teriakan misterius yang terdengar jauh, seperti jeritan-jeritan kesakitan dan ketakutan. Aku berusaha bangkit, meski rasa sakit dan lelah menggerogoti tubuhku. Aku harus tahu dari mana suara itu berasal.
Dengan langkah tertatih-tatih, aku mengikuti suara teriakan itu. Rasa takut yang melumpuhkan membuatku merinding, tetapi keingintahuan dan harapan untuk menemukan jawaban memaksaku terus bergerak. Aku menyusuri jalan setapak yang semakin rapuh, dikelilingi oleh pepohonan yang tampak semakin menyeramkan.
Di ujung jalan itu, aku melihat sebuah pemandangan yang membuatku tertegun. Reruntuhan sebuah desa tua terbentang di depanku, dengan bangunan-bangunan yang telah hancur dan ditelan oleh waktu. Dinding-dinding yang retak dan atap yang roboh ditutupi oleh tanaman merambat, menciptakan suasana yang seolah-olah desa ini telah lama ditinggalkan.
Suara teriakan itu semakin jelas di sini, bergema di antara reruntuhan. Aku merasakan bulu kudukku berdiri, tetapi rasa penasaran mengalahkan ketakutanku. Aku melangkah masuk ke dalam reruntuhan desa itu, berharap menemukan sesuatu yang bisa menjelaskan semua kejadian aneh ini.
Aku menyusuri jalan-jalan sempit yang dipenuhi oleh puing-puing bangunan. Setiap langkah terasa berat, dan setiap sudut tampak seperti menyembunyikan sesuatu yang mengintai. Suara teriakan itu terdengar dari segala arah, membuatku bingung dan takut.
Aku mendekati sebuah rumah tua yang masih berdiri meski tampak rapuh. Suara teriakan itu tampak lebih keras di sini. Dengan hati-hati, aku membuka pintu yang berderit, dan pemandangan di dalam rumah itu membuat jantungku berdebar kencang.
Di dalam rumah itu, aku melihat bayangan-bayangan yang bergerak dengan cepat, seolah-olah mereka sedang menghindari sesuatu. Bayangan-bayangan itu tampak seperti manusia, tetapi mereka bergerak dengan cara yang tidak wajar. Suara teriakan itu keluar dari mulut mereka, tetapi tidak ada kata-kata yang bisa kupahami. Hanya jeritan ketakutan yang terus bergema.
Aku mundur dengan cepat, merasa ngeri dan bingung. Apakah ini akibat dari kegelapan yang dibicarakan Arka? Ataukah ini hanya ilusi yang diciptakan oleh hutan ini? Aku tidak tahu jawabannya, tetapi aku tahu bahwa aku harus keluar dari sini secepat mungkin.
Dengan langkah yang gemetar, aku berlari keluar dari rumah itu dan melanjutkan perjalananku menjauhi desa tua tersebut. Suara teriakan terus mengikuti, membuatku merasa semakin takut dan putus asa. Aku berusaha mencari jalan keluar, tetapi setiap jalan tampak membawa kembali ke tempat yang sama, seolah-olah aku terperangkap dalam lingkaran yang tak berujung.
Aku terjatuh lagi di tengah jalan, tubuhku semakin lelah dan berlumuran lumpur. Aku merasa sangat sendirian dan putus asa. "Tolong...," bisikku dengan suara yang hampir hilang. "Tolong, ada siapa pun yang bisa membantuku?"
Tidak ada jawaban. Hanya suara teriakan yang terus bergema di sekitar reruntuhan desa. Aku merasa seolah-olah seluruh dunia telah melupakan keberadaanku, dan aku benar-benar sendirian di tempat ini.
Aku merasakan air mata mulai mengalir di pipiku. Aku mencoba bangkit, tetapi tubuhku terlalu lelah dan sakit untuk bergerak. Aku merasa begitu putus asa, ingin menyerah pada kegelapan yang mengepungku.
"Apakah ini akhirnya?" pikirku dengan sedih. "Apakah aku akan terjebak di sini selamanya?"
Di saat-saat terakhir itu, aku mendengar suara yang sangat lembut dan familiar. Suara yang selama ini selalu memberikan rasa aman dan nyaman. "Kansha, jangan takut. Aku di sini."
"NENEK!! KENAPA KAU TIDAK DATANG MENGHAMPIRI KU!!" aku berteriak dengan sisa suaraku yang serak dengan nada kesal dan tangis. "Kenapa ia tidak datang padaku? Bukankah aku berarti baginya?" ucapku dengan perlahan duduk serta air mata di pipiku yang tidak bisa kutahan lagi.
Dengan sisa-sisa kekuatan yang kumiliki, aku berusaha bangkit sekali lagi. Aku harus terus mencari jalan keluar, harus terus berharap bahwa ada cahaya di ujung kegelapan ini. Dengan hati yang penuh keteguhan, aku mempersiapkan diriku untuk menghadapi ujian terberat dalam hidupku.
Aku berjalan tertatih-tatih melalui reruntuhan desa, mencoba menghindari bayangan-bayangan yang terus mengintai. Setiap langkah terasa berat, tetapi aku tidak bisa menyerah. Aku harus menemukan jalan keluar dari sisi gelap hutan ini dan kembali ke sisi cahaya Hutan Ajaib.
Saat aku hampir kehilangan harapan, aku melihat sesuatu yang bersinar di kejauhan. Cahaya lembut yang seolah-olah memanggilku. Aku merasa ada kekuatan yang mendorongku untuk terus berjalan, untuk mendekati cahaya itu.
Dengan napas yang tersengal-sengal dan tubuh yang lelah, aku mendekati cahaya itu. Aku merasa ada sesuatu yang menunggu di sana, sesuatu yang bisa membantuku keluar dari kegelapan ini.
Akhirnya, aku tiba di depan sumber cahaya itu. Sebuah pohon besar dengan daun-daun berwarna emas yang bersinar lembut di kegelapan malam. Di bawah pohon itu, aku melihat sosok Nenek Seruni yang tersenyum lembut padaku. "Kansha, kamu telah melalui banyak hal. Sekarang, istirahatlah sejenak. Aku akan menjagamu," katanya dengan suara yang penuh kasih sayang.
"Maaf Nenek telah lalai menjagamu" ujarnya dengan nada lembut dan menyesal.
Aku merasa lega dan aman. Aku tahu bahwa aku telah menemukan tempat yang aman di tengah kegelapan ini. Dengan hati yang penuh harapan, aku membiarkan diriku terjatuh ke pelukan Nenek Seruni, merasakan kehangatan dan kedamaian yang telah lama kurindukan.
Entah kenapa tangisku semakin tak tertahankan setelah bersandar di pangkuannya.
"Nenek jahat!! Kenapa Nenek tidak menolongku sedari tadi? Kansha Terjatuh ke jurang berguling - guling kenapa Nenek tidak menolongku? Pohon - pohon itu seperti ingin memakanku kenapa Nenek tidak menolongku? Kaki kansha sakit.."
"Maaf Kansha, maaf, maaf, maaf. Nenek tahu kalau maaf saja belum cukup, tapi untuk sementara kamu aman disini. Dan tertidurlah kamu kecapekan Kansha" katanya dengan sangat menyesal, ia seperti ingin menangis namun tidak bisa.
Entah kenapa setelah ia menyuruhku tidur, aku langsung merasakan kantuk yang luar biasa. Kesadaranku mulai hilang, dan pandanganku pada Nenek mulai memudar. Lalu apa maksudnya untuk sementara aku aman? Apakah ia hanya menjagaku sementara?..
*****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments
piyo lika pelicia
sabar dek 😭
2024-06-17
0
piyo lika pelicia
bochil pemberani
2024-06-17
0
piyo lika pelicia
wah hati hati dek
2024-06-17
0