"Maaf pak saya tidak bermaksud apa-apa sama sekali. Saya sekali lagi mengucapkan terima kasih kepada Bapak yang tidur memecat saya," lanjut Ayleen.
Alam geleng-geleng kepala dan langsung pergi begitu saja tanpa mengatakan apalagi.
"Maaf pak!" ucap Ayleen mengangkat kepala dan melihat sudah tidak ada pria itu di depannya.
"Kenapa pergi begitu saja!"
"Huhhhhh, tidak apa-apa yang penting aku tidak mendapatkan masalah dengan dia dan uang ini tetap ada bersamaku," ucap Ayleen yang memang sejak tadi yang di harapkannya hanya uang itu tetap menjadi miliknya.
"Hmmm kalau di lihat-lihat pak Alam lucu juga, dia sangat cuek, dingin tetapi sepertinya dia sangat baik," batin Ayleen dengan tersenyum yang melihat kepergian Alam yang sudah keluar dari Perusahaan. Ayleen malah terus memandangi pria itu.
**********
Tak.
Suara saklar lampu yang hidup dengan Ayleen yang memasuki rumah yang simpel dan sederhana. Ayleen yang tinggal di perumahan susun di lantai 4. Ayleen sudah lama tinggal di sana dan sering berbaur dengan warga sekitar.
Hanya ada 1 kamar tidur, ada ruang tamu dan juga dapur yang memang rumah itu sangat simpel. Walau simpel tetapi sangat rapi. Ayleen memang hanya tinggal sendiri saja di rumah itu.
Hhhhhh
"Hari ini melelehkan sekali!" gumam Ayleen yang menjatuhkan diri di sofa dengan memejamkan mata.
"Kepala ku sakit dan pasti karena terlalu banyak bekerja. Jadi terasa begitu berat!" keluh Ayleen dengan memejamkan mata yang mendongakkan kepala ke atas melihat langit-langit ruangan itu.
Tangan Ayleen meraih tasnya. Mata yang sempat terpejam itu langsung terbuka saat tangan itu mengeluarkan uang yang diberikan Alam tadi.
"Lumayan! untung tidak mengambil kembali," gumam Ayleen dengan tersenyum.
"Huhhh daripada aku mengeluh tentang aku lelah apa tidak. Sebaiknya aku ke mini market dan beli banyak cemilan!" gumam Ayleen dengan cepat semangat kembali dan langsung berdiri dari tempat duduknya.
Sebelum berangkat Ayleen bersih-bersih dulu karena tubuh terasa lengket yang seharian beraktivitas di kantor. Ayleen juga tipe wanita yang bersih.
*********
"Aku sudah mengatakan pada Kakek jangan pernah mencampuri pekerjaanku!" tegas Alam dengan nada marah saat berhadapan dengan sang kakek di rumah dan juga wanita yang sekitar berusia 50 tahunan di sampingnya yang lebih cocok dipanggil ibu. Tetapi wanita yang berwajah judes itu adalah nenek Alam istri kedua dari sang kakek.
"Aku tidak mencampuri pekerjaan kamu Alam. Aku hanya mengawasimu dan jika aku tidak mengawasimu semua ini tidak akan terjadi," tegas Brawijaya.
"Kakek hanya menyuruh dia untuk menjadi mata-mataku dan aku tidak perlu ada orang lain yang harus ikut campur dengan pekerjaanku!" tegas Alam menekan suara.
"Kamu hanya salah paham Alam!" sahut Yesi yang terlihat sedih.
"Diamlah aku tidak bicara kepadamu!" sentak Alam.
"Jaga sikap kamu Alam!" tegur kakek.
"Kamu apa tidak bisa menghargai orang yang lebih tua di rumah ini!" Wijaya jelas begitu marah ketika istrinya dibentak dan tidak dihargai.
"Jika ingin dihargai di rumah ini. Maka harus membuat diri sendiri merasa dihargai," tegas Alam.
"Kau benar-benar selalu menantang Kakek!" sentak Wijaya dengan emosi dan sampai darah tinggi.
Prang.
Tiba-tiba terdengar suara benda pecah yang membuat semua orang melihat kearah suara itu.
"Kenapa ada yang teriak-teriak di rumah ini!" tiba-tiba wanita paruh baya memasuki rumah yang terlihat modis namun berjalan sempoyongan yang bisa ditebak jika wanita itu sedang mabuk.
"Kalian benar-benar sangat berisik dan menggangu ku saja, bagaimana jika nanti ada Polisi?" Wanita itu bergerutu dengan langkah yang semakin tidak terkendalikan.
"Kau lebih baik mengurus ibumu daripada kau harus mengurus istri ku!" tegas Wijaya. Mona menyunggingkan senyum melihat kelakukan anak tirinya itu yang tak lain ibu Alam.
"Nyonya pelan-pelan!" seorang pria yang sepertinya pengawal dari wanita itu yang mencoba membantu Riana, ibu kandung Alam
"Kau mungkin bisa sombong dengan pekerjaan yang Kau kerjakan selalu berhasil. Tetapi kau lihat ibumu sudah tua tetapi yang bisa dia lakukan hanya mabuk-mabuk saja," sinis Wijaya.
"Dia adalah putrimu dan seharusnya anda sebagai Ayah memberi dia nasehat dan membimbing dia menjadi lebih baik, bukan malah sibuk mencari istri baru dan terpengaruh oleh istri baru anda!" tegas Alam dengan berani.
"Kau berani sekali bicara seperti itu!" Wijaya sampai berdiri karena tidak terima dengan perkataan Alam.
"Sayang sudahlah!" Mona yang langsung mencegah sang suami.
"Jaga bicaramu Alam. Aku bisa pelan-pelan mengurangi aset yang kau miliki jika kau semakin lancang berbicara kepadaku!" ancam Wijaya.
"Lakukan jika bisa dan suruh istri baru mengalahkan ku secara profesional!" tegas Alam yang meninggalkan tempat tersebut pergi begitu saja dengan menantang Mona.
"Cucu kurang ajar!" maki Wijaya dan Mona yang mencoba menenangkan sang suami dengan mengusap-ngusap dada sang suami.
Namun Alam yang menaiki anak tangga tiba-tiba memegang dada dan juga memegang dingding tangga. Dellon asisten yang sejak tadi berada di dekatnya melihat hal itu dan langsung buru-buru menghampiri Alam.
"Tuan tidak apa-apa?" tanya Dellon.
"Tidak aku tidak apa-apa!" jawab Alam dengan nafas yang tidak stabil.
"Apa kita perlu ke rumah sakit?" tanya Dellon.
"Kamu jangan berlebihan di sini ada mereka jadi bersikaplah biasa!" tegas Alam.
"Baik tuan!" sahut Dellon.
Alam menghela nafas dan mencoba untuk kuat dan menaiki anak tangga. Dellon pun mengikut Alam.
*********
Sesampai di kamar Alam. Alam yang duduk di pinggir ranjang dan Dellon yang langsung memberikan Alam obat.
"Ini tuan!" ucap Dellon.
"Makasih!" Alam langsung menelan pil tersebut dengan meneguk air putih.
Alam menghela nafas yang berusaha untuk tenang.
"Bagaimana keadaan tuan?" tanya Dellon.
"Aku jauh lebih baik! Jaga sikap kamu saat di depan mereka. Aku tidak ingin mereka tahu kelemahan ku. Kau harus tahu yang ku hadapi orang-orang yang di luar nalar, serakah dan hanya ingin menang sendiri. Jika mereka tahu kelemahan ku mereka akan menyerangku dengan brutal," ucap Alam mengingatkan.
"Baik tuan, saya hanya tidak bisa mengendalikan diri saya takut tuan kenapa-kenapa!" ucap Dellon.
"Jangan khawatir aku tidak selemah itu," sahut Alam.
Dellon hanya menganggukkan kepala.
**********
Mini Market
Terlihat Ayleen yang memilih banyak makanan siap saji yang di masukkan kedalam keranjang. Ayleen dengan outfit crop yang di padukan dengan rok span di atas mata kaki dengan memakai sepatu putih terlihat asyik sendiri yang sejak tadi memasukan beberapa cemilan dan makanan siap saji kedalam keranjang yang di tenteng nya.
"Wau ini seperti rasa baru!" Ayleen mengambil mie instan yang pedas.
"Ini seperti yang sering di makan food vlogger deh!" gumam Ayleen.
"Aku coba saja!" Ayleen langsung memasukkan ke dalam keranjangnya.
"Aku rasa sudah cukup dan aku sebaiknya aku langsung membayar saja," Ayleen langsung pergi ke kasir.
Ayleen berdiri di belakang tubuh seorang pria yang sangat tegap kadang melakukan pembayaran minuman yang diambil.
"Ada lagi tuan?" tanya kasir tersebut.
"Tidak ada!" jawabnya.
"Baiklah terima kasih yang sering datang ke toko kami," ucap wanita itu dengan ramah.
Pria itu hanya mengangguk dan langsung membalikkan tubuh berhadapan dengan Ayleen yang membuat Ayleen kaget.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Aurora
paling alam
2024-06-15
0
⁽⁽ଘ[🐾©️le🅾️🦋]ଓ⁾⁾
Siapakah dia
apakah Alam🤔🤔
2024-06-02
0