Hansen keluar dari kamarnya dan mendapati papa dan mama tirinya serta Olivia ternyata masih ada.
Dengan langkah cepat ia menuruni anak tangga, dan tanpa menoleh melewati mereka semua.
"Mau kemana kamu?" tanya sang papa.
"Pulang!" Hansen dengan ketus menjawab. Kemudian berlalu begitu saja.
"Lihat anakmu, kita sebagai orang tua pun tidak digubris nya sama sekali," kata Roweina.
"Hansen, jika kamu tidak kembali, maka semua fasilitas mu akan papa cabut!"
Hansen menghentikan langkahnya, hanya tinggal dua langkah ia akan mencapai pintu. Kemudian ia berbalik menghampiri papanya.
Tanpa berkata apa-apa, Hansen mengeluarkan dompetnya dan memberikan kartu pemberian papanya.
Juga kunci mobil pemberian papanya, lalu ia kembali kedalam kamarnya untuk mengambil kunci motor. Karena motor adalah miliknya sendiri.
"Hansen!" pekik Aland, dadanya naik turun menahan amarahnya. Tangannya terangkat hendak menampar Hansen.
Namun Hansen pasrah saja, akhirnya Aland menurunkan tangan nya dan mengepal kuat. Ia semakin emosi karena Hansen sudah pandai membangkang.
"Sebaiknya urus istrimu saja, Tuan Aland. Anggap saja anda tidak mempunyai anak." Hansen pun berlalu dari situ dengan menenteng helm dan jaket.
"Hansen." Olivia berlari kecil lalu merangkul tangan Hansen. Hansen menepis tangan Olivia.
"Pa, Mama sedih dengan sikap Hansen seperti itu. Apakah kita terlalu keras mendidiknya? Sejak kecil aku merawatnya dan menganggap nya sebagai anakku sendiri. Tapi ...." Roweina menangis dan tidak dapat melanjutkan ucapannya.
Aland merangkul istrinya untuk menenangkan nya. "Kamu tidak salah, Ma. Memang Hansen nya saja yang sulit diatur."
Hansen melajukan motornya dijalan raya. Ia benar-benar kalut saat ini. Tanpa teman, tanpa tujuan.
Beruntung dia tidak melampiaskan emosinya pada minuman dan obat terlarang. Hansen berhenti disebuah jembatan.
Ia berdiri disisi jembatan, tanpa sengaja Merpati melihat situasi tersebut. Iapun menghentikan motornya.
"Hei, jangan!" teriak Merpati. Ia berlari lalu menarik tangan Hansen.
"Masih muda mau bunuh diri, kalau kecewa sekalipun, bunuh diri bukan solusi nya," kata Merpati.
"Siapa yang ingin bunuh diri?"
"Tadi itu, jika tidak ingin bunuh diri, lalu apa?"
Hansen tidak menjawab, kemudian ia tertawa cukup nyaring. Merpati heran dan menganggap jika jika pria didepannya ini stress.
"Saraf nih orang, kabur ah," gumam Merpati.
Hansen menghentikan tawanya, lalu segera menghampiri motornya. Ia ingin mengejar gadis itu.
"Hei tunggu!" teriak Hansen. Namun Merpati tidak mendengar teriakkan tersebut.
Merpati melihat ke kaca spion, ia tersenyum karena ada motor di belakangnya sedang mengejarnya.
Merpati melajukan motornya, Hansen pun mengejar nya. Merpati semakin melajukan motornya dan menyalip beberapa kendaraan lainnya.
Hansen pun terus mengejar, hingga dilampu merah Merpati semakin melajukan motornya saat lampu masih kuning.
Merpati melihat kebelakang, ternyata Hansen terjebak lampu merah. Merpati menghentikan motornya dan menunjukkan jempol ke bawah kepada Hansen.
"Sial, baru kali ini aku diremehkan seorang perempuan, siapa dia sebenarnya?" gumam Hansen.
Hansen tidak dapat melihat wajah Merpati, karena Merpati memakai helm full face. Hansen akhirnya kembali ke apartemen miliknya.
....
"Haah ... semoga saja dia tidak mengenaliku," gumam Merpati.
Merpati berhenti di sebuah cafe, ia tadi dari rumah neneknya. Hanya sekedar ingin menemui sang nenek.
"Cafe latte satu," ucap Merpati pada pelayan. Pelayan hanya mengangguk, belum sempat ia bertanya, namun sudah keduluan Merpati.
"Hai! Boleh gabung?" tanya seorang pria.
"Memangnya tidak ada tempat lain? Tuh banyak yang kosong," tunjuk Merpati menggunakan mulutnya.
"Jangan jutek dong, nanti cantiknya hilang," jawab pria itu.
"Hai Nona." Satu orang lagi mendekat dan langsung mencolek dagu Merpati. Merpati menangkap tangan pria itu dan memelintirnya.
"Aakh...!" Jerit pria itu. Kemudian Merpati mendorong pria itu hingga membentur meja disebelahnya.
Pria yang satunya langsung pergi karena takut, apalagi saat melihat Merpati memelintir tangan pria mesum itu.
"Mau coba lagi?" tanya Merpati pada pria yang terbentur meja. Namun pria itu menggeleng dan langsung kabur juga.
Beruntung pengunjung tidak ramai saat ini, jadi mereka hanya melihat saja. Pelayan cafe pun datang dengan membawa pesanan Merpati.
"Terima kasih mbak, itu saya akan ganti rugi," ucap Merpati.
"Tidak perlu Nona, lagipula tidak ada kerusakan sama sekali," jawab pelayan itu.
Merpati tersenyum, kemudian ia menyeruput minumannya. Pelayan pun kembali ketempat semula, karena tidak sibuk jadi bisa beristirahat sejenak.
Merpati membayar dengan uang cash, ia jarang menggunakan kartu, kecuali jika ke mall atau supermarket.
....
"Kemana saja kamu, Dek?" tanya Elang saat Merpati sudah tiba di mansion.
"Dari mansion nenek," jawab Merpati. Kemudian berlalu melewati kakaknya itu.
Merpati menghempaskan tubuhnya diatas ranjang, ia merasa lelah hari ini. Dalam seharian ini ada saja hal aneh yang ia temui.
"Kenapa sayang?" tanya Abbey saat masuk kedalam kamar putrinya.
"Gak ada apa-apa, Ma. Hanya ketemu orang aneh di jembatan. Masa masih muda mau bunuh diri, beruntung cepat ku tarik tangannya," jawab Merpati.
"Mungkin orang itu ingin menenangkan diri," kata Abbey.
"Masa menenangkan diri di tepi jembatan, aku yakin orang itu ingin bunuh diri," ucap Merpati.
"Ya sudah, kamu mandi ya, mama ingin masak dulu kasihan pelayan." ujar Abbey.
Keesokan harinya ...
Merpati sudah tiba di kampus bersama Elang. Hari ini mereka menjadi pusat perhatian, karena berjalan secara bersamaan berempat.
Kemarin sepertinya mereka belum menyadari keempat orang tersebut. Tapi kali ini mereka di buat takjub, ternyata masih ada yang lebih tampan dari Hansen.
"Siapa cowok itu?" tanya Olivia yang baru menyadari adanya Elang.
"Mahasiswa baru deh kayanya. Itu cewek kemarin, kan?" tanya Rosa.
"Ya, awas saja nanti dia, kemarin dia bisa lolos, namun tidak untuk kali ini," ucap Olivia.
"Apa yang akan kau lakukan? Kaki ku saja masih sakit bekas diinjak nya kemarin," tanya Vivian.
"Ada deh, nanti kalian akan tahu," jawab Olivia.
Sebenarnya rekannya itu sudah muak dengan tingkah Olivia, namun jika tidak diikuti, mereka tidak dapat uang jajan.
Mereka juga memanfaatkan situasi ini agar dapat uang jajan setiap hari. Maklum lah, mereka juga bukan orang kaya. Hanya Olivia yang kaya diantara mereka.
Hansen hari ini datang terlambat, ia menggunakan masker untuk menutupi wajahnya.
Kemarin sepulang dari mansion orang tuanya, Hansen berlatih karate. Karena dulu dia tidak serius dalam berlatih.
Dengan menonton dari ponsel, ia melatih dirinya sendiri. Ia tidak ingin di pandang remeh oleh orang lain.
Terutama cewek yang menolongnya kemarin. Masih teringat jelas saat cewek itu dengan lihainya melawan musuhnya.
Karena kecapean berlatih, Hansen jadi terlambat bangun. Melihat Hansen datang, Olivia langsung menghampirinya.
"Hansen, aku belikan makanan untukmu, kamu pasti belum makan, kan?"
"Tidak perlu repot-repot, aku bisa urus diriku sendiri."
Hansen terus berjalan tanpa menggubris Olivia. Hansen berhenti saat melihat Merpati di dampingi tiga cowok tampan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
Isabela Devi
Uda di tolak jg masih aja nempel kaya perangko, dasar olivia kaya ulat kekek aja
2024-07-01
2
Gina Taklasi
cape deh ulat bulunya kebanyakkan tapi seru kalau ada ulat bulu. ulat keket
2024-06-17
1
Sani Srimulyani
bener2 muka tembok si olivia, greget banget aku sumpah pengen bejek2 tuh mukanya.
2024-05-29
1