CERITA INI CUKUP MENGURAS EMOSI, APALAGI BAGIAN TERAKHIR. HARAP BIJAKLAH!😊
Pada pukul 19:00 malam
Di Bar mewah. Ada dua orang pria nampak sedang berbincang dan menikmati wine yang mereka pesan.
Alunan musik yang menggema di seluruh ruangan, menambah sensasi bagi keduanya untuk menikmati wine bersama. Bukan hanya itu saja, di Bar ini di suguhkan juga para penari wanita yang sebagian memamerkan bentuk tubuhnya yang indah.
"Dim, tumben ngajak kesini? Lo mau jajan ya??" Ucap seseorang.
"Ck. Dasar gila, aku hanya sedang ada masalah di rumah, Bukan untuk membeli wanita-wanita itu." Ucap seseorang yang tak lain adalah Dimas.
Dimas disini bersama sahabatnya yang bernama Joni, mereka berada di sini awalnya karena ajakan Dimas. Dimas yang merasa kesal karena telah terjadi pertengkaran antara dia dan istrinya tadi sore, Dia pun berinisiatif mengajak Joni untuk menemaninya minum di sebuah Bar.
"Haha santai Bro! Gue kaget dengan jawaban lo, apa sekarang lo mulai mencintai istrimu?" Seru Joni.
Dimas hanya memutar bola matanya dengan malas, dia enggan menjawab pertanyaan konyol yang di lontarkan sahabatnya tersebut.
"Oh iya, gue baru ingat. Apa lo tau kabar Revan?" Tanya Jono.
Saat itu juga Dimas pun langsung menoleh pada Jono. "Tidak, sejak musibah dulu yang terjadi pada dia dan keluarganya, Dia tiba-tiba menghilang dan tak tau dimana sekarang." Meminun wine dengan sekali tegukkan.
"Iya juga ya, gue juga gak tau sekarang dia dimana. Katanya dia sama adiknya yang selamat. Orang tuanya meninggal di tempat." Ucap Jono sambil meminum gelas berisi wine yang dia pegang.
"Shhtt.." Tiba-tiba kepala Dimas terasa pusing. Dia sesekali memijit pelipisnya dan memberhentikan minumnya.
"Dimas, lo kenapa? lo mabuk ya?!" Seru Jono sambil menyadarkan Dimas.
"Aku ke toilet dulu. Sepertinya aku ingin muntah!" Berdiri dengan tubuh sempoyongan.
Jono langsung sigap membantu Dimas yang sudah dalam keadaan mabuk. "Gue antar lo Dim, nanti lo bisa jatuh lagi!" Memapah Dimas.
"Arggh sial, kenapa wanita itu terus muncul dalam pikiranku sih. Gara-gara dia mencium bibirku, aku tidak bisa fokus pada apapun." Ucapnya sambil mabuk dan sempoyongan.
"Eh..." Joni terkejut mendengar ocehan mabuk yang di lontarkan Dimas. Pasalnya, Dimas mengatakan sesuatu yang di luar nalar.
"Apa maksud nih bocah, apa dia sedang mengakui kalau dirinya berselingkuh, begitu??" Ucap hatinya sampai heran.
Dan setelah itu.. Joni pun membawa Dimas memapahnya ke toilet. Tubuh Dimas yang tinggi dan kekar membuat Joni sedikit kesulitan.
"Yakkk kenapa kau sangat berat sih!." Pekik Joni merengek kesal.
"Wanita bodoh.. Pergilah dari pikiranku!!" Mengoceh.
"Astaga berhentilah mengoceh, aku berat membawamu Dimas!!" Ucap Joni semakin kesal.
Saat itu, Joni melihat ada seorang pelayan wanita berjalan di depannya. Dia tanpa ragu meminta tolong pada pelayan tersebut untuk membantu memapah Dimas.
"Pelayan!! Cepat kesini!" Seru Joni memanggil.
"Heu? Anda memanggil saya tuan?" Menunjuk dirinya sendiri.
Joni geram dengan pelayan tersebut, bukannya segera menghampirinya, pelayan itu malah banyak bertanya. "Cepaaaat!! Pinggangku terasa ingin copot!" Merengek.
Pelayan itu pun langsung berjalan cepat menghampiri Joni dan Dimas. "Ada yang bisa saya ban--" Mata menoleh pada seseorang.
"Astaga, bukankah ini pak Dimas??" Pekik hatinya terkejut."
"Cepat tolong aku untuk memapahnya ke toilet!" Ucap Joni pada pelayan tersebut.
"Baik, berikan pada saya. Biar saya saja yang mengantarnya ke toilet." Pintanya pada Joni.
Joni pun merasa lega dengan jawaban si pelayan, pasalnya. Pinggang dia terasa pegal sejak tadi memapah Dimas. "Good. Sudah cantik, anda juga sangat baik nona pelayan. Sana, bawa saja biawak jantan ini, terserah mau kau apakan dia." Berjalan pergi sambil melambaikan tangannya
"Wah.. Tak ku sangka kita bertemu disini pak dosen dingin." Menyeringai.
Seperti yang kalian tebak, pelayan wanita ini adalah Laura, dia bekerja sebagai pelayan yang mengantarkan minuman di Bar ini.
****
Tak lama kemudian.
"Pak, sadarlah!" Menepuk pelan pipi Dimas.
"Engh.. Minggir! Jangan menyentuhku." Mendorong Laura tanpa sadar.
Srettt..
Laura menarik tangan Dimas lalu menangkup wajahnya untuk fokus pada dirinya. "Pak dosen yang dingin. Coba tatap aku! Kau yakin aku tidak boleh menyentuhmu?"
Perlahan mata Dimas menatap Laura, tatapannya terlihat samar-samar. "Kau... Siapa kau?" Masih mabuk dan belum sadar.
Mereka berdua kini berada di toilet, Tangan kanan Dimas menahan pegangan untuk menyeimbangkan tubuhnya pada wastafel toilet.
Sesekali, Dimas membasuh wajahnya agar sadar kembali dan tidak mabuk.
"Kau lupa? dimana saat aku berada di dalam mobilmu, aku mengecup bibir ini." Mengusap pelan bibir Dimas.
Degh.
Perlahan Dimas pun sadar dan teringat tentang kejadian itu. Dimana saat ini kejadian itu terus mengganggu pikirannya.
"Kau.. Kenapa kau ada disini?" Pekik Dimas terkejut.
"Bukannya sudah jelas, aku disini bekerja sebagai pelayan. Bahkan saat ini aku membantumu pak." Jawabnya sambil mengelus wajah Dimas.
"Shht.." Meremang karena sentuhan Laura.
"Arghh." "Kepalaku sangat pusing, sial. Entah berapa gelas wine yang ku minum."
Tiba-tiba, Laura membuka beberapa kancing bajunya di depan Dimas. Dia merasa di dalam toilet ini cukup panas. "Ah.. Kenapa gerah sekali." Ucapnya sambil memamerkan belahan dadanya dan juga lekuk tubuhnya yang indah.
Dimas pun langsung mengalihkan pandangannya. Dia sekarang merasa tubuhnya jadi tegang dan juga terasa panas.
"Pokoknya mau atau tidak mau, pria ini harus menjadi milikku. Dan aku akan menunjukan pada wanita arogan itu, bahwa suaminya akan memilihku." Menatap Dimas.
"Kancingkan kembali bajumu, kau itu mahasiswi dan juga muridku. Jangan sampai mau mencoreng nama kam--"
Chup!
Laura langsung menyambar bibir Dimas. Dia bahkan melakukannya dengan sangat agresif dan membuat Dimas kewalahan.
"Apa yang di lakukan wanita ini. Sial, tubuhku lemas sekali. Aku tidak punya tenaga untuk mendorongnya, wanita ini sangat kuat." Gumam hatinya di sela-sela ciuman.
Perlahan ciuman itu membuat Dimas jadi terbawa suasana. Dia yang awalnya menolak, kini malah menikmatinya.
Laura memberhentikan ciumannya lalu mengalungkan tangannya pada leher Dimas. "Jika kau mau yang lebih, aku akan memberikannya disini."
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
Amalia Serang
lanjut makin penasaran aja
2024-05-26
1
jaran goyang
𝒈𝒂𝒏𝒂𝒔 𝒃𝒈𝒕𝒔 𝒌𝒎 𝒔𝒂𝒚𝒈.... 𝒈𝒓" 𝒃𝒊𝒏𝒊𝒌 𝒏𝒚 𝒅𝒊 𝒌𝒂𝒇𝒆.... 𝒌𝒎 𝒉𝒓𝒔 𝒅𝒑𝒕 𝒌𝒏....
2024-05-26
3
jaran goyang
𝒈𝒐𝒐𝒅
2024-05-26
0