Seperti biasa di pagi buta ini ketika suara ayam jago belum terdengar berkokok, Saras sudah bangun untuk menyiapkan kebutuhan berjualan.
Meski hanya menjual nasi goreng ia tetap bersyukur bisa bertahan hidup mencukupi kebutuhan tanpa seorang suami.
Dulu sebelum Joni ketagihan main judi, kehidupannya bisa di katakan kalangan menengah ke atas sebab ia bisa merasakan gaji bulanan dari sang suami yang bekerja sebagai karyawan pabrik.
Joni yang terpengaruh hasutan temannya lah yang membuat ia menggelapkan dana pabrik dan harus di PHK secara tidak hormat. Uangnya apa lagi kalau tidak ia gunakan untuk berjudi online.
Dan terpaksa Saras harus turun tangan untuk mencukupi kebutuhan hidup. Ia harus bekerja sebagai buruh cuci di sebuah laundry yang tak jauh dari tempatnya tinggal.
Tak cukup sampai di situ, semua barang berharga hingga sertifikat rumah pun ludes digunakan Joni sebagai jaminan ia saat berjudi.
Semua itu membuat Saras menyesal telah menerima Joni menjadi suaminya. Nasi sudah menjadi bubur, mau bagaimana lagi.
Hingga sebuah tragedi saat pesta sabung ayam di area sekitar rumah kontrakan, Saras menghubungi polisi bahwa ada judi sabung ayam. Polisi segera datang dan meringkus Joni beserta pelaku yang lain.
Joni sangat marah pada Saras karena dilaporkan polisi. Seketika itu juga Joni menalak 3.
"Aku bersyukur ya Bang tidak menjadi istri mu lagi. Dan kamu jangan menyesal jika suatu saat nanti hidupku dengan Bagas akan lebih baik." ujar Saras kala itu.
Joni meludah, "Ch, setan kamu ya ! Awas saja jika aku bebas dari penjara aku akan membuat hidupmu tidak bahagia." ancamnya murka sebelum digiring ke mobil polisi.
Saras juga mendapat amukan dari para wanita yang suaminya ikut dipenjara. Mereka adalah Rika, Weni dan Susi.
"Sekarang kamu menjadi janda, sukurin kamu ! Makanya jadi wanita jangan belagu sok melapor ke polisi segala." nyinyir Weni begitu membenci Saras bahkan sejak awal pindah ke kontrakan.
"Emang enak menjanda janda." imbuh Susi.
Rika tak berkomentar, ia hanya memasang wajah sungut nan penuh kebencian.
Saras juga dipecat dari tempatnya bekerja lantaran tidak mau sang majikan ketiban sial.
Imbas dari kelakuan Joni tidak hanya pada sang mantan istri tapi pada pria kecil bernama Bagas. Ia mendapat rundungan dari teman sekelasnya dengan perkataan yang menyakitkan.
"Heh, anak penjudi, masih berani sekolah rupanya." ejek salah satu teman Bagas yang tidak lain anaknya Weni.
"Teman - teman, tahu tidak kalau sekarang ibunya Bagas menjadi janda." imbuh Raka anaknya Rika.
"Janda? Apa itu janda?" tanya teman yang lain.
"Itu, wanita yang dicerai suaminya." Tentu saja Raka tahu semua dan mengikuti perkataan ibunya.
Bagas tak berani menatap wajah semua teman - temannya, ia hanya menunduk lalu menangis. Dan bahkan setiap akan berangkat sekolah cacian dan hinaan selalu ia dengar tapi tak pernah ia gubris. Ia tak pernah mengeluh pada sang bunda karena tak ingin menambah beban. Tugasnya hanya belajar yang rajin agar orang tua bangga dengan prestasinya.
Guru kelas nya pun terkadang juga memandang sebelah mata terhadapnya.
Dan semenjak itulah, Saras memulai usaha bisnis kecil - kecilan. Saat perawan dulu ia hobi sekali memasak. Menjual nasi goreng menjadi pilihan nya. Ia membuka warung nasi goreng di rumah kontrakan. Terkadang jika Bagas tidak ada tugas dari sekolah ia membantu ibu sebisanya.
Usaha di awal memang tak semulus apa yang dibayangkan namun Saras tetap berserah diri pada sang Illahi.
Suatu ketika salah satu warga yang tidak sempat memasak karena tabung gas di rumahnya habis, ia memilih membeli nasi goreng di tempat Saras.
Dengan senang hati Saras melayani pembeli pertamanya dan kesan pertama membuatnya bisa tersenyum lebar.
"Wah, masakan nasi gorengmu enak, Saras! Aku mau dibungkus satu lagi." ujar bu Rina tetangga sebelah.
"Iya Bu, ini pedas atau bagaimana?" tanya Saras seramah mungkin.
"Samakan dengan yang tadi."
Saras segera membuat pesanan untuk bu Rina.
Dan waktu terus bergulir dagangan Saras makin terkenal dan laris manis.
Tentu saja hal itu tidak membuat Rika senang. "Enak saja kini dia yang untung, sementara aku tidak mendapatkan apa - apa selama suamiku dipenjara olehnya. Lihat saja, aku akan membuatmu di usir dari kontrakan." geramnya lalu menyelinap saat Saras sibuk melayani pembeli.
Dan ...
"Kecoa!" pekik salah satu pengunjung dan sontak berdiri menghentikan makannya.
Pembeli yang lain pun menoleh lalu kembali memandangi nasi goreng di piring. Merasa ragu untuk memakannya lagi padahal tinggal separuh.
"Ch, tempat ini tidak higienis, lihat saja ada kecoa mati di atas piringku. Bisa - bisa aku jadi sakit perut." omel wanita berambut kriwul.
"Mungkin kebetulan saat Anda datang kemari belum cuci tangan hingga mengundang serangga datang dan mendadak mati di atas piring Anda. Dan jika pun di tempat duduk Anda ada kecoa pasti di tempat lain juga ada, tapi di tempatku aman - aman saja." seorang pria dengan penampilan kaos oblong dan celana jeans bicara dengan santai dan bahkan ia menikmati makanannya.
Melihat pria itu bicara dan makan dengan aman, pengunjung lain mengikuti pergerakannya.
Wanita berambut kriwul merasa kesal lalu pergi tanpa membayar.
Saras mendesah kasar dan mengikhlaskan yang sudah terjadi.
Saras menghampiri pria yang menolongnya, "Terimakasih Tuan, dengan Anda berbicara seperti tadi membuat pelanggan tetap bisa menikmati nasi goreng di sini."
Pria itu hanya mengangguk datar. Ia sudah selesai dan melakukan pembayaran.
"Ini uang kembalian Anda, Tuan,"
"Tidak perlu. Ambil saja sebagai uang pengganti wanita tadi." ucap pria bernama Fahmi lalu bergegas pergi.
Ia salah satu pencinta kuliner, jika mendengar makanan yang enak ia akan datang untuk mencicipi sekali pun itu sulit ditempuh tempatnya.
"Rasanya lumayan, lain kali aku akan membawakan untuk Sesil. Ia pasti suka." gumamnya lalu memasuki mobil.
Wanita berambut kriwul tadi ternyata suruhan Rika, rencana untuk mengerjai Saras gagal. Rika menyusun akal baru agar Saras segera berakhir.
Seminggu sudah berlalu, dan saatnya jatuh tempo penagih hutang datang.
"Saras, keluar kamu dan jangan mencoba menghindar sekali pun kamu bersembunyi ke lubang buaya aku akan tetap mengejarmu !" teriak pak Bordir sedangkan kedua bodyguard nya mengetuk pintu.
Saras mendengar teriakan pria gempal dan bergegas keluar. Saras mencari toples biasa ia menyimpan uang namun tak menemukannya. Ia semakin resah dan takut.
Ketakutannya semakin memuncah karena uang yang ia tabung tak ada di tempatnya. "Kemana semua uangku?" gusarnya dalam hati.
Gedoran pintu semakin melengking. Saras bergegas membukakan pintu dan mencoba untuk bernegoisasi.
"Kurang ajar sekali kamu ya! Sudah aku kasih tempo satu minggu masih mengelak untuk bayar hutang." Bordir menarik hijab Saras lalu menghempaskan tubuhnya keluar rumah.
Para tetangga pun berhamburan keluar rumah setelah mendengar jeritan.
Bagas berlari menghampiri sang bunda, ia memeluk sambil menangis.
Saras merintih merasakan kram di perutnya akibat benturan dengan tembok.
Saras mengiba namun tak diindahkan.
"Mulai sekarang kamu pergi dari rumah ini!" usir Bordir.
Di kerumunan itu, Rika mendusel dan berteriak dengan lantang. "Perhiasan ku di curi, dan aku yakin janda ini yang telah mencurinya! Apa diantara kalian juga bernasib sama denganku!"
Beberapa warga segera kembali masuk ke dalam rumah untuk mengecek perhiasan mereka yang ternyata hilang.
"Iya, punyaku juga hilang!" seru warga lain.
Bodyguard masuk kembali ke dalam rumah Saras untuk mengecek dan ternyata ia menemukan kantong merah berisi perhiasan.
Setelah bodyguard memperlihatkan apa yang ia temukan, warga sangat marah dan menghakimi Saras.
"Aku tidak mencurinya !" elak Saras dan melindungi wajahnya dari amukan warga.
Pak Rt terlambat datang melerai mereka yang main hakim sendiri.
Saras hanya mampu menangis dan mengiba tapi pak Rt tidak bisa melakukan apapun karena bukti yang memberatkan Saras.
"Yah, cambuk saja dia agar jera!" usul Rika yang disetujui oleh dua temannya Weni dan Susi.
Pak Rt awalnya tidak setuju dengan hukuman cambuk namun ia kalah suara dengan warga.
Saras di seret lalu diikat di sebuah pohon.
Sementara Bagas dalam pengamanan pak Rt.
Rika yang begitu benci pada Saras yang akan memulai cambuk duluan.
Dengan tatapan bengis ia mencambuk tubuh Saras hingga ia berteriak kesakitan.
"Hentikan ...!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
guntur 1609
ohh ternyata sifahmi toh. mana mau sisil makanan sprti tu
2024-10-26
0
guntur 1609
wah saraf tuh gurunya. masa tenaga pengajar sepwrti tu. tdk mendidik. untung ni hanya sebuah cerita. kalau memang ada seperti tu di dunia nyata. harus di fikirkan ukang sbg pengajar pendidik
2024-10-26
0
Evy
Tetangga yang kejaaam... fitnah yang luar biasa jahatnya..
2024-09-17
0