Menikahi Janda

Pukul 15.30 Fahmi telah menyelesaikan operasi lebih cepat dari waktu yang ditentukan. Operasi bedah yang ia tangani bersama tiga dokter lainnya cukup singkat, hanya satu setengah jam lamanya. Mengeluarkan timah panas dari tubuh pasien yang terlibat baku tembak.

Lantas Fahmi bergegas berganti pakaian.

"Mumpung malam Minggu, apel nih!" goda dari rekan kerjanya.

"Apaan sih Dokter Bella!" sahut singkat Fahmi dengan malu.

Kemudian Fahmi berjalan menuju parkiran.

Mumpung langit belum tampak gelap ia akan mampir ke rumah pasien yang selama ini menjadi pelanggan tetapnya untuk ia pantau perkembangannya setelah operasi jantung.

Fahmi tergolong dokter yang ramah yang tak pernah pandang bulu siapapun yang menjadi pasiennya. Membesuk orang sakit pun tak masalah baginya. Dan karena sikapnya yang lembut itu, banyak orang yang lebih menyukai dokter Fahmi sebagai dokter bedah ketimbang dokter lainnya.

Dan di usianya yang matang dan mapan itu, ia akan mengakhiri masa lajangnya dengan menikahi gadis konglomerat seminggu lagi.

Bersyukurlah, pria pensiunan tentara yang menjadi pasiennya itu telah menunjukkan perubahan yang semakin membaik saat Fahmi berkunjung ke rumahnya. Lantas Fahmi pamit undur diri.

Ia teringat jika jalan akan pulang ini melewati sebuah warung penjual nasi goreng yang cukup lumayan enak rasanya. Sekedar lewat saja dan apabila masih buka ia akan membungkus satu untuk ia berikan pada Sesil. Yah, benar perkataan Bella tadi, mumpung malam Minggu.

Terlihat kerumunan ditempat yang akan ia tuju. Fahmi menepikan mobil lalu mematikan mesin. Terdengar sayup - sayup suara jeritan wanita yang memilukan hati. Fahmi menajamkan pendengarannya dan ia memang tak salah mendengar.

Kemudian ia mempercepat langkahnya ke arah kerumunan itu.

Tampak seorang wanita yang dianiaya oleh seorang wanita juga sedang banyak warga yang hanya sebagai penonton saja. Seperti mereka tidak punya jiwa kemanusian. Lantas pancasila sila ke dua hanya untuk hiasan di telinga saja kah?

Fahmi tidak terima dengan ketidakadilan yang ia lihat itu.

"Hentikan!" teriaknya yang berhasil membuat semua orang menoleh ke arahnya. Termasuk Saras.

Ia sudah tidak kuat lagi. Kedua lututnya gemetaran menahan bobot tubuhnya.

Begitu Rika menurunkan cambuknya, Bagas melepaskan diri dari dekapan pak Rt lalu berlari ke arah ibunya.

"Bunda ...." teriaknya panjang dan lansung memeluk Saras yang merasakan sekujur tubuhnya perih.

"Bagas," Saras mengerjapkan kedua matanya, rasanya ia ingin pingsan.

"Tindakan kalian ini bisa saya perkara kan ke polisi karena telah main hakim sendiri!" tegas Fahmi yang segera melepas ikatan Saras.

Mendengar kata polisi, Rika sedikit bergidik dan mencari kesempatan lalu menyelinap kabur. Ia tidak ingin bernasib sama dengan sang suami.

"Janda ini telah mencuri." Susi memprovokasi seraya menunjukkan barang bukti sebuah perhiasan yang ia genggam di tangan.

Tubuh Saras terlihat lemah tak berdaya lagi, Fahmi memegangi pundaknya dan dengan pelan membantunya untuk duduk selonjor ditemani Bagas. Fahmi akan menyelesaikan duduk perkara ini.

"Aku tidak mencuri. Demi Allah aku rela nyawaku dicabut jika aku benar mencuri." bisik Saras dengan mulut bergetar sangking lelahnya menerima cambukan yang entah sudah berapa kali ia rasakan.

Fahmi melirik Saras dan mendapati kejujuran di wajahnya. Kemudian ia berkata dengan lantang. "Aku percaya jika wanita ini tidak mencuri."

"Ada buktinya, telah ditemukan kantong berisi perhiasan milik warga yang sudah ia curi di rumahnya." sela salah satu warga sambil menunjuk Saras.

Lagi, Saras mengelak tuduhan itu, "Aku tidak mencuri, sungguh!" sambil menggelengkan kepala sebagai penegasan memang bukanlah dia pelakunya.

"Aku yakin bundaku telah difitnah. Bundaku orang baik, tidak mungkin mencuri." imbuh Bagas, pria kecil itu lalu mendekap erat tubuh ibunya.

Saras mengabaikan rasa sakit di sekujur tubuhnya sesaat mendapatkan pelukan dari Bagas. Pria kecil itu adalah obat dari segala rasa sakitnya.

"Alah, kamu tahu apa bocah kecil tentang Ibumu !" sarkas Weni.

"Kamu juga tidak mampu melunasi hutang, lebih baik kamu pergi dari sini!" imbuh Bordir menambah berat untuk Saras bertahan di lingkungan itu. Jika pun ia bertahan pasti percuma juga, semua orang telah mengecapnya sebagai pencuri.

"Iya, pergi saja! Aku tidak mau punya tetangga seorang pencuri."

Tanpa banyak cek cok lagi, Fahmi mengeluarkan dompet tebalnya. "Berapa hutangnya, aku yang akan melunasinya." ucapnya tegas.

"Kamu siapa, suami juga bukan, untuk apa membela janda ini?" tukas Susi yang tak terima jika Saras ada yang membela. Ia pikir dengan membuat Saras menderita sakit hatinya sudah terobati dan sangat impas atas yang Saras lakukan terhadap suaminya yang kini mendekam di penjara.

Mendengar ada yang akan melunasi hutang Saras, Bordir mengambil kesempatan emas ini dengan menaikkan nominal dari sebelumnya. "Satu juta !" serunya girang. Memang mengambil kesempatan dalam kesempitan sangatlah menguntungkan.

Saras menggeleng samar dan mengutuk atas tindakan Bordir yang terlalu bandit itu. "Kurang ajar kamu, tempo hari lalu kamu bilang 600 ribu, kenapa sekarang menjadi satu juta!" umpat Saras tak terima. Jika benar satu juta uang yang pria baik ini berikan maka akan bertambah pula hutangnya.

"Ch, kamu telat bayarnya makanya hutang kamu berbunga." ujar Bordir sembari tertawa gelak.

Fahmi mengeluarkan 10 lembar uang berwarna merah dari dompet hitamnya dan menyerahkan pada si penagih hutang.

Kemudian Bordir beserta anak buahnya pergi setelah menerima uang dengan membawa keuntungan besar.

Fahmi membantu Saras untuk bangkit, "Ayo, kita pergi dari sini!" ajak Fahmi yang membuat Saras tak mengerti.

Bukankah hutangnya pada Bordir sudah lunas berarti ia bisa menempati rumah kontrakannya kembali kan ? Dan memulai penghasilan baru untuk mencicil hutang dengan tinggal di lingkungan yang sulit.

"Kamu mau membawa janda ini pergi? Kemana? Ke hotel kah? Itu artinya kalian hidup kumpul kebo lalu berzina deh!" Susi mengompori dan berhasil membuat warga emosi.

"Ya, kami tidak mau itu terjadi. Kamu hanya orang asing yang tidak jelas."

"Wanita ini janda sedang kamu pria, kucing disodori ikan saja mau apa lagi kamu."

Pak Rt yang sejak tadi terdiam karena kesulitan untuk memulai bicara kini mengangkat suara.

"Saudara siapa? Apakah mengenal saudari Saras sebelumnya?"

"Fahmi Effendi. Aku seorang dokter. Aku tidak kenal sama sekali dengannya."

"Begini saudara Fahmi, jika kamu ingin membawa Saras pergi, kamu harus punya status yang jelas."

Fahmi tampak berpikir dan bisikan kasak kusuk mulai terdengar diantara mulut warga yang juga mempengaruhi pikirannya. Jika mengajak wanita janda ini pergi akan mau bawa kemana dia.

Lantas diamnya Fahmi membuat semua orang bergemuruh tak sabar menunggu keputusannya.

"Nikahi saja janda ini!" sarkas salah satu warga yang serentak mendapat persetujuan langsung dari yang lain.

Sepertinya Fahmi mengalami jalan buntu dalam pemikirannya dan mungkin keputusan ini yang terbaik meski sama sekali Fahmi tak mengenal janda beranak satu ini.

"Ya, aku akan menikahi Saras."

Terpopuler

Comments

sella surya amanda

sella surya amanda

lanjut

2024-05-05

0

lihat semua
Episodes
1 Renterner Datang
2 Fitnah Yang Keji
3 Menikahi Janda
4 Menikahi Janda 2
5 Membawa Pulang
6 Menerimanya Menjadi Menantu
7 Semakin Benci
8 Sarapan Bersama
9 Menemui Sesil
10 Sebuah Tamparan
11 Masakan Enak
12 Menjadi Buron
13 Pindah
14 Sadar Posisi
15 Pernikahan Yang Kedua
16 Rasa Itu
17 Sebuah Kerinduan
18 Nasi Goreng
19 Cemburu ? Itu Pasti.
20 Dia Hamil
21 Ketahuan Hamil.
22 Amukan Sesil
23 Bertemu Joni
24 Rekayasa
25 Kepanikan Fahmi
26 Kelicikan Sesil
27 Menjaga Bagas
28 Mencari
29 Bersama Bagas
30 Karena Kamu Adalah Istriku
31 Terbongkar
32 Terbongkar -2
33 Terbongkar - 3
34 Menemukan Bagas
35 Mengajak Berpisah
36 Kebebasan Amira
37 Sesil Keluar
38 Jangan Iri
39 Kasmaran
40 Joni Berhasil Kabur
41 Sigap
42 Siapa Saras ?
43 Tertangkap
44 Nego Berhasil
45 Nego Berhasil 2
46 Penangkapan
47 Tamu Tak Terduga
48 Jebakan Sesil
49 Siapa Bilang Kamu Bekas Orang Lain ?
50 Sakit Tak Berdarah
51 Alergi
52 Garis Dua
53 Kedatangan Joni
54 Menghasut
55 Marah
56 Berkunjung
57 Tak Sudi
58 Sulit Untuk didekati
59 Serangan Brutal
60 Menjadi Tahanan
61 Keguguran
62 Keguguran 2
63 Keajaiban
64 Titik Terang
65 Titik Terang 2
66 Mencari
67 Meminta Maaf
68 Persalinan
69 Lahiran
70 Sakila dan Sakira
71 Hasil Tes
72 Kecelakaan
73 End
Episodes

Updated 73 Episodes

1
Renterner Datang
2
Fitnah Yang Keji
3
Menikahi Janda
4
Menikahi Janda 2
5
Membawa Pulang
6
Menerimanya Menjadi Menantu
7
Semakin Benci
8
Sarapan Bersama
9
Menemui Sesil
10
Sebuah Tamparan
11
Masakan Enak
12
Menjadi Buron
13
Pindah
14
Sadar Posisi
15
Pernikahan Yang Kedua
16
Rasa Itu
17
Sebuah Kerinduan
18
Nasi Goreng
19
Cemburu ? Itu Pasti.
20
Dia Hamil
21
Ketahuan Hamil.
22
Amukan Sesil
23
Bertemu Joni
24
Rekayasa
25
Kepanikan Fahmi
26
Kelicikan Sesil
27
Menjaga Bagas
28
Mencari
29
Bersama Bagas
30
Karena Kamu Adalah Istriku
31
Terbongkar
32
Terbongkar -2
33
Terbongkar - 3
34
Menemukan Bagas
35
Mengajak Berpisah
36
Kebebasan Amira
37
Sesil Keluar
38
Jangan Iri
39
Kasmaran
40
Joni Berhasil Kabur
41
Sigap
42
Siapa Saras ?
43
Tertangkap
44
Nego Berhasil
45
Nego Berhasil 2
46
Penangkapan
47
Tamu Tak Terduga
48
Jebakan Sesil
49
Siapa Bilang Kamu Bekas Orang Lain ?
50
Sakit Tak Berdarah
51
Alergi
52
Garis Dua
53
Kedatangan Joni
54
Menghasut
55
Marah
56
Berkunjung
57
Tak Sudi
58
Sulit Untuk didekati
59
Serangan Brutal
60
Menjadi Tahanan
61
Keguguran
62
Keguguran 2
63
Keajaiban
64
Titik Terang
65
Titik Terang 2
66
Mencari
67
Meminta Maaf
68
Persalinan
69
Lahiran
70
Sakila dan Sakira
71
Hasil Tes
72
Kecelakaan
73
End

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!