Mandapa
Selesai mengantar Gavin ke sekolah, Della mampir sejenak di sebuah cafe kecil yang terletak di pinggir kota.
Pak Suryo senantiasa menunggu Nyonya-nya di dalam mobil karena merasa tidak pantas jika sekiranya dia ikut duduk satu meja dengan Della, walau Della sudah menawarkan kepada Pak Suryo, namun pria paruh baya itu malah menolaknya dengan dalih ingin beristirahat saja di dalam mobil.
Della Morgan
Pesan Matcha Latte-nya satu yah.
Pelayan
Baik. Mohon di tunggu sebentar. ( Sopan + pergi )
Sembari menunggu pesannya datang, Della memainkan ponselnya sejenak, sampai panggilan seseorang menghentikan aktivitasnya.
Jenny Marsella
Ternyata memang kau.. 🥺aku sangat merindukanmu. ( Memeluk Della )
Della Morgan
( Membalas pelukan Jenny )
Jenny Marsella
Kenapa kau tidak membalas pesan ku? ( Melihat Della )
Kau sombong sekali, setelah menikah kau seakan tidak mengenalku.
Jenny Marsella
Ngomong -ngomong kapan terakhir kali kita bertemu? 🤔 ( Mencoba mengingat )
Jenny Marsella
Apa Darren sebegitu nya terhadap mu? Sampai-sampai kau tidak punya waktu untuk sekedar berkumpul dengan kami? Apa dia mengekang mu?
Della Morgan
😌, duduklah dulu. ( Menuntun Jenny untuk duduk )
Della Morgan
Aku minta maaf karena tidak sempat membalas pesan mu, aku terlalu sibuk mengurusi rumah, belum lagi keperluan Darren dan Gavin.
Della Morgan
Dan Darren sama sekali tidak mengekang ku, aku tidak menerima ajakan mu karena aku hanya punya waktu sedikit dengan Darren.
Della Morgan
Kau tau sendiri, kan, dia selalu sibuk dengan pekerjaannya. Kami hanya punya waktu berdua di malam hari, dan tidak mungkin aku menggantikan waktu berharga itu dengan berkumpul dengan kalian.
Jenny Marsella
Jadi menurut mu kami tidak berharga? 🥺.
Della Morgan
Tidak! Bukan seperti itu. Jangan salah paham. Aku sangat ingin mengulanginya lagi, bermain, menghabiskan waktu bersama, berlibur. Aku sangat ingin mengulanginya.
Della Morgan
Tapi, tidak mungkin untuk ku yang sudah berstatuskan istri dan ibu rumah tangga.
Jenny Marsella
Huft...😔, padahal aku sangat ingin kita lengkap seperti dulu lagi.
Della Morgan
Bermainlah ke rumah ku. Kita bisa bersenang-senang di sana. Darren juga sedang tidak di rumah.
Jenny Marsella
Sungguh!!🤩. ( Antusias )
Yeee!! Party!! I'm coming!! 🥳.
Jam sudah menunjukkan pukul 14.30, namun Darren belum juga menghentikan pekerjaannya, atau mungkin akan melewatkan jam makan siangnya.
Darren Nelson
( Fokus pada berkas di atas meja )
Sonia Grace
( Masuk dan berjalan mendekati Darren )
Permisi, Tuan. ( Meletakkan secangkir kopi )
Darren Nelson
( Melihat Sonia ) Apa tidak ada pelayan disini? Kau tidak perlu melakukan hal itu. Itu bukan pekerjaan mu. ( Kembali fokus )
Sonia Grace
Tuan Kenan yang menyuruhku membuatkan mu kopi.
Darren Nelson
( Tidak menjawab ucapan Sonia )
Sonia Grace
Tuan sudah waktunya jam makan siang. Apa Tuan tidak makan? ( Bertanya dengan hati-hati )
Darren Nelson
Aku makan atau tidak itu bukan urusanmu.
Sonia Grace
😐, baiklah. Permisi, Tuan. ( Ingin pergi )
Sonia Grace
( Melihat Darren )
Darren Nelson
Sudah berapa lama kalian magang di perusahaan ini?
Sonia Grace
Sudah hampir satu bulan, Tuan.
Darren Nelson
( Mengangguk ) Sebagai pemimpin perusahaan aku mungkin perlu mengenal kalian bertiga. Aku belum sempat memeriksa data yang dikirim Pak Kenan.
Darren Nelson
Mumpung kita dapat bertemu dan bertatap muka langsung alangkah baiknya jika kalian yang memperkenalkan diri kalian sendiri.
Sonia Grace
( Mengangguk paham ) Baik, Tuan.
Lama menunggu kalimat yang akan disampaikan Darren, Sonia berinisiatif memberikan pertanyaan.
Sonia Grace
Apa aku perlu memanggil teman-teman ku?
Darren Nelson
( Melihat Sonia )
Sepanjang perjalanan ke Ubud, Darren dan ketiga Mahasiswa yang ikut bersamanya sedikit berbincang dan memperkenalkan diri mereka.
Darren memutuskan membawa ketiga mahasiswa itu ikut bersamanya memeriksa pembangunan hotel yang tertunda akibat kurangnya bahan.
Darren Nelson
Aku tidak tau apa saja yang kalian lakukan selama beberapa Minggu di perusahaan.
Darren Nelson
Yang pasti aku tidak mau jika kalian selesai magang kalian malah tidak mendapatkan ilmu apapun, itu jelas akan membawa rumor buruk pada perusahaan ku.
Felix Nadiandra
Terimakasih, Tuan. Suatu kehormatan bagi kami jika direktur utama perusahaan Nelson turun tangan sendiri untuk membimbing kami. ( Senyum )
Lama terdiam, Sonia, Felix dan Winda hanya mengikuti langkah Darren. Siapa yang tidak canggung jika berinteraksi langsung dengan direktur tempat mereka magang.
Darren Nelson
Apa kalian tau mengapa aku memilih membangun hotel di sini? ( Melihat bangunan yang masih setengah jadi )
Winda ( Mahasiswa magang )
Tempatnya bagus?
Darren Nelson
( Melihat Winda ) Tentu saja, mana mungkin aku memilih tempat yang buruk.
Winda ( Mahasiswa magang )
( Malu )
Darren Nelson
Mandapa menawarkan pemandangan Sungai Ayung dan lahan persawahan yang menakjubkan. Hotel ini juga akan dikelilingi oleh lahan hijau yang sangat subur.
Darren Nelson
( Melihat Sonia ) Hm! Nama hotel ini. Aku menamainya Mandapa.
Sonia Grace
( Mengangguk ) Nama yang unik.
Darren Nelson
( Kembali melihat bangunan di depan ) Bangunan hotel ini juga akan memiliki dekorasi yang unik karena terbuat dari kayu dan batu khas Bali.
Sonia Grace
Tidak ada yang unik di sini. ( Melihat bangunan )
Darren Nelson
Tentu saja karena pembangunannya belum selesai.
Sonia Grace
( Melangkah ke depan )
Kaki Sonia tidak sengaja menginjak batu yang mengakibatkan dia tergelincir, untungnya Darren yang dekat dengannya dengan sigap menangkap tubuhnya.
Winda ( Mahasiswa magang )
😱!! ( Kaget melihat pemandangan di depan )
Oh My God!
Sonia Grace
( Menatap Darren )
Darren Nelson
Kau tidak apa-apa?
Sonia Grace
( Sadar + langsung berdiri )
Terimakasih.
Darren Nelson
Hati-hati, banyak batu disini.
Sonia Grace
( Mengangguk )
Darren kembali berjalan diikuti oleh ketiga remaja itu, sepanjang perjalanan mereka, Darren tak henti menjelaskan bagaimana pembangunan terlaksana dengan baik, berapa banyak bahan yang diperlukan, dan bagaimana agar bangunan itu kokoh dan tahan.
Comments