Chapter 3:Ability

*Ruang kepala sekolah*

"Kenapa anda tidak memberitahu kami terlebih dahulu? Bukannya kami sudah katakan bahwa jika ingin mengundang seseorang memasuki akademi ini harus mendapatkan persetujuan dari ketua OSIS terlebih dahulu." Ucap Ferdinand dengan nada yang kesal.

"Emang apa salahnya mengundang orang yang berbakat? Pemilik "kemampuan" juga dapat berkembang, bahkan Kemampuan yang "dia" miliki bisa saja menghancurkan mu" ucap Eriana dengan senyum menyeringai ke arah Ferdinand.

Eriana berdiri dari meja kerjanya dan berjalan mendekati Ferdinand dan melewatinya, saat ia hendak membuka pintu, Eriana menoleh ke arah Ferdinand dan berkata "Satu hal yang bisa kukatakan adalah, Ability lebih superior daripada sihir itu sendiri"

ucapnya sambil membuka pintu dan pergi meninggalkan Ferdinand dan Deona terdiam di dalam ruangan.

*Rumah Alri*

Hari ini Erick bersama Tinia sedang berada di rumah Alri untuk sparing melawan Alri.

"Kalian yakin? Kenapa tidak di lapangan saja? Aku takut rumahku kenapa-kenapa nih" ucap Alri dengan khawatir.

"Tenang saja, kita tidak harus mengeluarkan kekuatan penuh kok" ucap Erick menenangkan Alri.

"Sejak dulu aku penasaran dengan "ability" atau "kemapuan" apalah punya mu itu" ucap Tinia dengan penasaran.

"Kalau begitu aku ingin kalian menyerang ku dengan kekuatan terkuat kalian, kurasa dengan itu cukup membuktikan tentang "kemampuan" ku" ucap Alri.

Tinia dan Erick mulai mengerahkan seluruh kekuatan mereka. Tinia menggunakan kekuatan angin miliknya hingga menciptakan semua angin panas dan tajam yang dapat menghabisi musuh dalam sekejap. Erick menggunakan kekuatan es miliknya untuk menciptakan peluru es raksasa yang bahkan lebih besar dari rumah sederhana Alri.

Mereka secara bersamaan mengarahkan sihir mereka kearah Alri, Arisu yang melihat dari dalam rumah sedikit ketakutan dan berlari ke sofa dan menutupi dirinya dengan bantal sofa.

Tentu dengan kemampuan yang dimilikinya, Alri berhasil menghilangkan sihir tersebut dengan sangat mudah. Tinia terkejut dan kembali mengeluarkan sihir angin miliknya, dia melirik ke arah Erick.

"Hey, Erick, ayo kombo!" Ucap Tinia dengan tatapan serius.

Menanggapi ucapan serius Tinia, dengan senyum percaya diri Erick mengeluarkan sihir es berukuran kecil dan tajam dalam jumlah besar, Erick mengarahkan sihir esnya ke sihir angin milik Tinia, dengan percaya diri mereka mengucapkan kombo mereka

"ICYWIND!" Gabungan kedua sihir mereka bergerak ke arah Alri, dengan tatapan serius, tangan kanan Alri mulai berasap kembali, kabur berwarna putih menyelimuti tangannya. Ia mengangkat tangannya dan menghempaskan gabungan sihir Erick dan Tinia dengan sangat mudah.

Mereka berdua kehabisan energi sihir dan jatuh tak berdaya di hadapan Alri. Arisu yang melihat keadaan membaik akhirnya memutuskan untuk keluar dan menyapa Erick dan Tinia.

"Ha-hai, kak Erick, kak Tinia. Lama tak bertemu" sapa Arisu dengan malu-malu.

"Hai, dik Arisu! Lama tidak bertemu!" Tinia berlari ke arah Arisu dan memeluknya dengan erat.

Tiba-tiba Erick melayangkan sebuah tamparan di kepala Tinia yang membuatnya merasakan sakit yang cukup parah di kepala, tanpa merasa bersalah Erick berkata

"Jika kamu memeluknya dengan erat seperti itu, bisa-bisa dik Arisu akan kekurangan oksigen," ucap Erick.

Tinia melepaskan pelukannya dan mengelus kepalanya di bagian Erick menamparnya. Dengan kesal Tinia berbalik dan memukul Erick di bagian perut hingga Erick terpental ke arah Alri, Alri ikut terkena imbas nya.

"SAKIT TAHU!!!" Ujarnya dengan teriak.

"Kak erick, kurasa itu sedikit berlebih jika dengan maksud bercanda," ucap Arisu dengan nada suara yang rendah.

Erick bangkit dan mendekati Tinia dengan maksud ingin meminta maaf.

"Maaf, itu salahku, aku berlebihan bercandanya." Ucap Erick dengan perasaan menyesal.

"Ngomong-ngomong, kudengar kamu mendapatkan berkah dewa, elemen apa saja yang kamu kuasai, Dik Arisu?" Tanya Erick.

Arisu mengangguk, membenarkan ucapan Erick.

"Benar, Kak Erick. Selama aku menderita penyakit aku mendapatkan berkah dewa waktu dan menguasai 3 elemen sihir. Petir, bumi, dan waktu."

Erick, Tinia, dan Alri terkejut mendengar ucapan Arisu. Dengan penasaran Alri berjalan ke arah adiknya dan berkata, "jelaskan padaku, Adikku, kenapa waktu masuk ke dalam sistem elemen sihir?"

"Aku tidak tau, yang kutahu dari sang dewa waktu adalah bahwa elemen di alam semesta ini dibagi menjadi dua, yaitu elemen universal dan elemen outerversal." Jelas Arisu.

Tinia menyentuh kepalanya setelah mendengar ucapan-ucapan yang asing di telinganya

"Yaampun, kepalaku sakit sekali. Universal? Outerversal? Apa-apaan semua itu?" Ucap Tinia dengan heran.

"Kalau dari pemahaman ku, maksud dari universal disini adalah bagian yang hanya ada di bumi sementara outerversal bagian yang tidak ada di bumi atau hanya ada di luar angkasa," jelas Alri tentang ucapan Arisu.

"Apa kamu boleh menunjukkan kekuatan 'waktu' milikmu, dik Arisu?" Tanya Erick dengan penasaran.

Arisu memusatkan energi sihirnya dan menghentikan waktu di sekitar mereka, atau lebih tepatnya di area rumah saja. Sekitar Alri dan yang lainnya menjadi abu-abu akibat dari waktu yang terhenti, mereka takjub dan bingung disaat yang bersamaan, dengan penasaran Tinia bertanya.

"Kenapa waktu kamu tidak berhenti? Kupikir kita juga akan berhenti waktunya kecuali dik Arisu."

"Itu karena aku dapat menentukan siapa saja yang ingin ku hentikan waktunya, aku ingin waktu kak Erick, kak Tinia, dan kakak ku tidak terhenti. Akan tetapi siapapun yang memasuki area yang waktunya terhenti maka waktunya juga akan langsung terhenti." Jelas Arisu.

Arisu melihat ke atas dan menunjuk ke arah burung yang sedang terbang ke arah waktu yang terhenti, saat burung itu masuk seketika waktunya terhenti.

Mereka bertiga terpukau dengan apa yang mereka lihat dan semakin yakin bahwa waktu di area mereka saat ini telah berhenti karena kekuatan berkah milik Arisu.

Alri penasaran apakah kemampuan miliknya dapat menghilangkan sihir waktu ini, dengan penasaran ia mengangkat tangannya hingga asap putih keluar dan menyelimuti tangan kanannya. Dengan ragu ia menghempaskan tangannya dan seketika sesuatu yang tidak terduga terjadi, sihir waktu milik Arisu seketika pecah dan burung yang awalnya tidak bergerak kembali bergerak.

Erick, Tinia, dan Arisu yang melihat apa yang terjadi cukup terkejut dan tidak menyangka dengan apa yang dia lihat. Tentu yang paling terkejut adalah Alri, dia tidak menyangka ternyata kemampuan yang dia miliki bahkan mampu meniadakan sihir waktu. Alri jadi semakin penasaran dengan kemampuan yang ia miliki

*Keesokan harinya di sekolah*

Hari ini Alri sedang makan di kantin sambil terus memikirkan tentang kejadian kemarin, Alri masih tidak menyangka bahwa kemampuan yang ia miliki mampu meniadakan sihir waktu yang merupakan elemen outerversal. Alri mengingat perkataan adiknya tadi malam mengenai "kemampuan" miliknya.

Tadi malam setelah Erick dan Tinia pulang dari rumah Alri, Arisu dan Alri duduk di sofa menonton tv sambil menunggu sang kakak yang sedang membuat makan malam. Tiba-tiba Arisu kepikiran sesuatu tentang "kemampuan" milik kakaknya, Arisu berbalik ke arah kakaknya dan berkata,

"Kak, ini cuma pemikiran liar ku saja, tapi....mungkinkah kalau sebenarnya "kemampuan" milik kakak adalah berkah dari dewa-dewi? Ini membuat ku penasaran" ucap Arisu.

"Kenapa tiba-tiba membahas itu? Apa kamu sangat penasaran dengan 'kemampuan' milikku?" Tanya Alri kepada adiknya.

"Tentu saja aku penasaran, apalagi setelah mengetahui bahwa kemampuan milik mu sangat hebat bahkan bisa meniadakan sihir waktu" ucap Arisu, dia berdiri dari sofa dan berjalan ke arah kakaknya.

"Aku pernah bermimpi saat sedang sakit keras, aku bermimpi bertemu dengan dewa waktu. Dia mengaku sebagai All-Father dan selebihnya tidak ada lagi" jelas Arisu kepada kakaknya.

Alri cukup terkejut mendengar kata "All-Father"

"Sudah seperti mitologi Nordik saja, tapi...jika memang kekuatan mu dan juga kemampuan milikku berhubungan dengan dewa waktu itu mungkin saja kita bisa minta petunjuk tentang kematian ibu."

Seketika atmosfer ruangan menjadi canggung dan berat, Arisu merasa prihatin kepada kakaknya yang masih mencari pelaku sebenarnya dari pembunuhan ibu mereka saat mereka masih balita.

"Jika aku tidak mendengar percakapan paman waktu itu, mungkin saja aku akan menganggap bahwa kematian ibu adalah murni penyakit." Ucap Alri dengan tatapan kosongnya.

"Kalau boleh tau, kenapa kakak menerima undangan memasuki Institut Sihir Bontang? Bukannya kakak akan sulit berkembang disana?" Tanya Arisu dengan penasaran.

"Tidak, adikku. Sulit bukan berarti tidak mungkin, faktanya adalah banyak pemilik "kemampuan" seperti ku yang justru berkembang di sana, salah satunya adalah mendiang ayah." Ucap Alri sambil mendekati adiknya dan mengelus rambutnya.

"Kakak......"

*Kembali ke waktu sekarang*

Erick menepuk pundak Alri dari belakang sambil membawa buku tulis yang baru saja dia beli di koperasi

"Hey, kamu sedang melamun apa? Pasti melamun tentang hal jorok, euhh." Ucap Erick mengejek Alri.

"Apa yang kamu ucapkan, bodoh. Aku hanya memikirkan sedikit tentang perbincangan ku dengan adik ku tersayang tadi malam." Ucap Alri.

Erick sedikit terkejut mendengar kata "sayang" karena Alri tidak pernah mengucapkan kata itu sebelumnya, seketika buku kuduknya berdiri karena menghayal sesuatu yang mengerikan

"Saat kamu bilang sayang, entah kenapa bulu kuduk ku merinding, kamu boleh saja menyebut adik mu 'sayang' tapi dikondisikan tempatnya." Ucap Erick sambil menyentuh tangannya karena merinding.

"Apa salahnya mengungkapkan rasa sayang kepada adik sendiri, kamu ini aneh banget." Alright merespon sambil memukul tangan Erick.

Bel sekolah berbunyi, menandakan waktu belajar akan segera dimulai. Mulai dari sini....semua akan menarik.......

BERSAMBUNG~~~

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!