"Baiklah semuanya, kita akan melanjutkannya ke babak perempat final, ronde pertama, Erick melawan Thoriq, silahkan memasuki arena"
"Aku di ronde pertama lagi? Baiklah, aku duluan, Tinia" ucap Erick.
Tinia tidak menjawab, hanya melambaikan tangan kepada Erick. Tinia sedang bingung, apakah dirinya masih mencintai Erick atau tidak, karena dirinya sendiri masih ingin berdekatan dengan Erick. Tinia bergumam,
"Erick...."
Sementara itu, Alri tidak sengaja berpapasan dengan Lyra yang juga menarik perhatian Alri sedari tadi.
Akan tetapi Alri ingin menghiraukan nya dan memutuskan untuk terus berjalan, tiba-tiba Lyra berkata,
"Ability magic Eater, dan juga Absorbtion. Seharusnya manusia biasa seperti mu tidak mampu memiliki nya, lalu bagaimana kamu mendapatkannya?" Tanya Lyra.
"Bagiamana kamu tau ability ku? Siapa kamu sebenarnya?" Tanya Alri dengan penasaran.
Alri merasa bahwa gadis elf yang ada dihadapannya sangat berbahaya dan berpotensi untuk menjadi lawannya di babak berikutnya.
"Sayang sekali kita tidak akan bertemu di babak perempat final, kita baru akan bertemu di babak final." Ucap Lyra dengan wajah datar.
Ucapan Lyra membuat Alri terkejut, bagaimana bisa dia mengetahui hal tersebut, tiba-tiba tangan kanan Alri bereaksi dengan mengeluarkan asap berwarna merah. Alri tau jika tangan kanannya berasap warna merah, artinya ada pengguna ability lainnya di sekitar dirinya.
"Kamu juga...punya Ability? Bagaimana bisa?" Tanya Alri dengan penasaran.
Lyra terkejut mendengar ucapan Alri, bahkan dirinya belum memberitahu kalau ia juga memiliki Ability.
"Bagaimana kamu mengetahui nya?" Tanya Lyra sambil menatap tajam ke arah Alri.
"Ini adalah ability ketiga ku, Ability Detector. Aku bisa mengetahui apakah ada pengguna ability lain di sekitar ku jika mereka menggunakan ability miliknya. Jika asap berwarna merah, maka ability orang tersebut berpotensi sangat berbahaya " jelas Alri.
"Kamu...pemilik 3 ability?!" Ucap Lyra dengan wajah terkejut.
"Tidak heran kita akan bertemu di final nanti, sepertinya kamu orang yang dapat dipercaya. Aku memiliki ability yang dapat memprediksi masa depan, aku sudah memprediksi pertarungan ini berkali-kali dan hasilnya tetap sama, kita berdua bertemu di masa depan, ability ku bernama Predict Move" kelas Lyra.
............
Kembali ke arena, Erick dan Thoriq sudah siap di arena. Erick telah mencari tau semua orang yang memasuki babak perempat final.
(Thoriq Maulana, salah satu pemilik ability khusus yaitu "Construction" dapat menciptakan sesuatu yang bersifat fisik, sekaligus ia juga menguasai elemen air, kurasa ini akan sedikit sulit) batin Erick.
"Mulai!"
Thoriq menggunakan ability miliknya untuk menciptakan miniatur kota di arena untuk membuat Erick kesulitan dalam bergerak. Akan tetapi hal tersebut sama sekali tidak mempengaruhi kecepatan Erick sedikitpun. Setelah mendapatkan momentum, Erick melakukan serangan balasan dengan menembakkan bola angin ke arah Thoriq.
Thoriq menciptakan dinding air untuk menghalangi laju dan daya serang dari bola angin milik Erick dan melakukan serangan balasan dengan menciptakan palu dari air dengan kekuatan yang sama dengan palu asli.
Dengan kecepatan super palu berhasil mengenai tepat di kepala Erick hingga membuatnya terpental dan hampir keluar dari arena. Erick memusatkan energi sihir miliknya hingga mencapai titik yang telah ia tentukan. Ia mengarahkan tangannya ke arah Thoriq, aura dingin dari es dan angin mulai muncul dari tangan Erick. Menciptakan sebuah es dengan bentuk runcing di ujung nya.
"Forward" es tersebut melaju dengan kecepatan tinggi yang bahkan tidak dapat dihindari oleh Thoriq. Tiba-tiba sesuatu yang tidak terduga terjadi, es tersebut hancur sendiri bahkan sebelum mengenai Thoriq, pandangannya terhalang oleh serpihan es yang ada di hadapannya.
Setelah serpihan es menghilang, sebuah pukulan mengarah ke wajah Thoriq dan mengenainya hingga Thoriq keluar dari arena. Pertarungan dimenangkan oleh Erick. Ternyata sesaat sebelum Erick menembakkan es miliknya, dia menggunakan sihir angin miliknya untuk meningkatkan kecepatan miliknya.
"Pemenangnya, ERICK!"
Erick memenangkan babak perempat final dan melaju ke babak semifinal
Erick kembali ke lorong dan melakukan tos dengan Tinia.
Sementara itu Lyra dan Alri. Mereka saling mewaspadai satu sama lain, dengan wajah datar Lyra berkata,
"Pemilik 3 ability, sebuah kehormatan. Kalau gitu izinkan aku memperkenalkan diri. Namaku Lyra Derrwood, keturunan langsung dari demigod Elf."
Tentu Alri sangat terkejut dengan ucapan Lyra
"Demigod.....elf?" Tanya Alri dengan heran
Tiba-tiba terdengar suara guru yang akan memanggil peserta ronde kedua.
"Ronde kedua, Lyra melawan Luminas, silahkan ke atas Arena."
Lyra kembali menoleh ke arah Alri dan berkata.
"Bukan waktu yang tepat bagimu untuk mengetahui tentang ku, kalahkan aku, jika kamu benar-benar penasaran denganku." Ucap Lyra dengan ekspresi datar berjalan meninggalkan Alri menuju ke arena.
Lyra saling berhadapan dengan Luminas, seorang gadis berambut perak, penerima berkah sihir cahaya dan ability yang bernama Judgement. Ini akan jadi lawan yang sulit bagi Lyra.
Lyra:(Ability Judgement, dan melakukan penghakiman sesuka hati, jika kamu terbukti bersalah, kamu akan mati. Kurasa dia tidak akan seberani itu untuk mengeluarkan ability yang sangat berbahaya itu) batinnya.
Luminas menatap Lyra dengan tatapan tajam menusuk.
(Lyra, seorang High elf yang memiliki energi sihir yang melimpah, menguasai 3 elemen sihir, Angin, air, dan cahaya. Hanya dengan mengeluarkan energi sihir nya ke udara, semua orang langsung pingsan seperti yang terjadi di babak penyisihan, benar-benar mengerikan)
(Untuk berjaga-jaga aku akan menyiapkan ability Judgement milikku) Batinnya.
"Pertarungan, dimulai!"
Luminas menyerang Lyra menggunakan sihir cahaya miliknya, menembakkan peluru cahaya dengan sangat mudah, tentu Lyra dapat dengan mudah menghindari bola cahaya tersebut.
"Fast Forward!" Lyra menggunakan kekuatan cahaya miliknya untuk meningkatkan kecepatan miliknya dan menyerang Luminas dengan pukulan yang dilapisi oleh sihir angin.
Luminas menyadari hal tersebut dan berpindah dengan cepat menggunakan sihir teleportasi. Hal tersebut membuat Lyra memukul arena hingga hancur, Luminas yang berada di belakang Lyra menyiapkan sihir cahaya miliknya, membentuk sebuah peluru misil yang cukup besar dan dnegan cepat ia menembakkan misil cahaya itu ke arah Lyra. Dalam sepersekian detik, Lyra berpindah tempat dengan sihir teleportasi miliknya, dan terjadi sebuah ledakan dari misil cahaya tersebut.
(Sial! Bagaimana mungkin dia bisa berpindah secepat itu, kurasa tidak ada pilihan lain!)
Luminas memusatkan energi sihir miliknya
"Dalam kehidupan yang abadi, terdapat siksaan yang abadi, dalam kehidupan yang harmonis, terdapat penyesalan yang tragis, dalam dunia yang manis, terdapat dunia yang sadis, dalam nama dewi Reona, aku persembahkan kepadamu.... JUDGEMENT!"
Sebuah kubah menutupi area sekitar Lyra dan Luminas, di dalam kubah tersebut Lyra tidak bisa berbohong bahkan tidak bisa mematahkan ability tersebut. Sosok yang cukup besar muncul di hadapan Lyra, pembawa sebuah sabit yang seakan dapat membunuh Lyra kapanpun makhluk itu mau.
"Apakah kamu pernah melakukan pembunuhan?" Tanya makhluk itu.
Lyra hanya bisa jujur dan berkata....."iya"
Makhluk itu kembali berkata,
"Apakah kamu pernah membuat orang terdekatmu menangisi mu?"
"Iya"
"Apakah kamu.....menangisi mereka juga?"
"Tidak"
"Apa kamu..... mengkhianati keluarga mu?"
"Iya"
"Apa kamu.....menyesal?"
Lyra menghela nafas dan berkata,
"Tidak"
"Terbukti bersalah, siap di eksekusi"
Luminas yang mendengar itu seakan tidak menyangka bahwa yang ada di hadapannya pernah membunuh seseorang.
Makhluk itu mulai mengangkat sabitnya, melihat hal tersebut Lyra terpaksa mulai menggunakan ability miliknya. Lyra mengangkat tangannya, seakan ingin menahan serangan sabit tersebut dengan tangan kosong.
(Apa yang dia pikirkan? Ingin menahan serangan sabit penghakiman dengan tangan kosong? Dia akan langsung mati!) pikir Luminas
Tiba-tiba tangan Lyra mengeluarkan cahaya berwarna ungu dan hijau, menciptakan sebuah energi yang cukup besar bahwa setara dengan ability Judgement, akan tetapi itu tidak di sadari oleh Luminas.
"Command......breaker"
Saat serangan sabit semakin mendekat dan mendekati tangan Lyra, seketika sabit tersebut hancur berkeping-keping bahkan sebelum menyentuh tangan Lyra. Perlahan pula makhluk itu mengalami retakan pada tubuhnya, mengeluarkan sebuah cahaya yang sangat menyilaukan mata dan akhirnya hancur berkeping-keping.
Lyra menatap ke arah Luminas, kemudian menatap ke atas. Ia mengalihkan pandanganya kembali ke Luminas, berjalan perlahan ke arahnya.
Luminas yang syok dengan apa yang dia lihat seakan tidak percaya bahwa hal tersebut bisa terjadi.
(Bagaimana....mungkin, itu hukum alam, bagaimana mungkin dia bisa mematahkan nya!) Pikirnya
Lyra semakin dekat dengan Luminas
"Biar kuberitahu kamu satu hal, apa kamu tau tentang ability "Command"? Jika kamu tidak tau, maka akan kuberitahu" ucap Lyra.
Luminas benar-benar tidak henti-henti nya dibuat syok, dia sangat tau Ability "Command" itu seperti apa, bahkan seharusnya high elf seperti Lyra tidak mampu memiliki nya.
"Ability command, memungkinkan mu untuk menciptakan sesuatu sesuai dengan imajinasi mu, dan aku ingin perjelas satu hal padamu" ucap Lyra.
Lyra berjalan melewati Luminas, kubah yang menutupi mereka perlahan mengalami retakan, retakan itu semakin membesar dan membesar hingga cahaya matahari mampu memasukinya.
Lyra kembali berkata,
"Aku Lyra.....sang Demigod Elf"
Kubah tersebut hancur dan di saat yang bersamaan Luminas mengakui kekalahannya.
Para siswa yang melihatnya seakan tidak percaya bahwa Lyra baru saja mengalahkan pemilik Ability terkuat, tapi Alri tidak kaget, karena sedari awal dia telah mengetahui bahwa Lyra memiliki ability yang sangat kuat.
"Pemenangnya adalah, Lyra!"
Lyra berjalan keluar arena dan bertemu kembali dengan Alri.
Lyra tersenyum kecil dan berkata,
"Aku menantikan aksimu, Alri"
"Baiklah, ronde berikutnya, Tinia melawan Andika, silahkan memasuki Arena"
"Giliran ku!" Ucap Tinia sambil memandang Erick.
"Lebih baik kamu mewaspadai musuhmu, Tina. Pria bernama Andika itu, harusnya kamu sudah tidak asing dengannya kan? Aku yakin Alri juga mengenalnya" ucap Erick
Tinia mengangguk paham dan berjalan memasuki arena, disana sudah ada sosok pria berambut pendek yang memiliki rambut berwarna putih, pria tu tersenyum dan berkata,
"Lama tak berjumpa, Tinia." Ucap pria itu.
"Lama tak berjumpa, Andika, sekarang kamu memiliki energi sihir yang sangat besar, padahal dulu kamu hanya bocah ingusan" canda Tinia.
"Semua orang memiliki masa untuk berubah, Tinia. Bagaimana kalau kita main cepat?"
"Main cepat? Apa maksudmu?" Tanya Tinia dengan heran.
"Kita akan menggunakan sihir terkuat kita masing-masing, yang tumbang maka dia yang kalah, bagaimana?"
Tinia tersenyum kecil, perlahan energi sihir miliknya menyebar ke seluruh tubuh, ia menjawab ucapan Andika
"Baiklah, aku terima tawaranmu, kurasa aku akan mengingat mu, jika di antara kita lolos ke babak semifinal, maka langkah kita akan terhenti di sana." Ucap Tinia sambil menatap wajah tempat ia berpijak
Andika langsung menyadari ucapan Tinia dan berkata,
"Aku tau, 3 orang yang lolos ke babak berikutnya merupakan orang layak dijuluki sebagai 'monster' karena kekuatan yang mereka miliki"
Tinia nyengir setelah mendengar ucapan andika, perlahan ia menciptakan sihir angin dan es miliknya, menggabungkannya untuk menciptakan sebuah teknik sihir yang diberi nama "Icywind"
"Hmmm, kamu sepertinya sangat yakin Alri akan lolos ke babak berikutnya, padahal kamu sendiri belum bertemu lagi dengannya." Jawab Tinia.
Energi sihir mengalir ke seluruh tubuh Andika, petir mulai menyelimuti tangan nya bersamaan dengan air yang melapisi petir Tersebut. Andika menguasai elemen air dan juga petir.
"Tentu saja, kamu tidak ingat saat SD dia selalu berada satu langkah di depan kita? Mungkin dia tidak mampu menguasai satu elemen pun, tapi dia memiliki Ability yang paling mengerikan" ucap Andika.
Percikan petir mulai terpancar dari tangan Andika, dia memberikan nama untuk teknik sihir itu dengan nama yang aneh, "Wet Electric"
"Ronde ketiga babak perempat final....DIMULAI!"
Tanpa jeda sedikitpun mereka berlari dengan sangat cepat dan mulai melayangkan serangan terkuat mereka. Kepalan tangan mereka saling bertabrakan hingga menciptakan ledakan yang sangat dahsyat bahkan mampu mengguncang Arena.
Setelah tabrakan yang sangat dahsyat, perlahan Tinia mulai bergetar dan akhirnya bertekuk lutut karena tekanan yang diakibatkan benturan tadi sangatlah besar.
Tinia menatap Andika sebelum akhirnya dia tidak sadarkan diri.
"Pemenangnya....Andika!"
Pertandingan dimenangkan oleh Andika. Dengan hati-hati, Andika mengangkat tubuh Tinia dan pergi meninggalkan arena Pertarungan.
Ia ber pas-pasan dengan Alri, tanpa sepatah katapun dari Andika ia terus berjalan melewati Alri. Alri berkata,
"Aku harap....kita bertemu di babak semifinal" gumamnya, tentu Andika juga mendengarnya.
"Baiklah, ronde terakhir di babak perempat final, Alri melawan Erwin, silahkan."
"Lucky..." Gumam Erwin.
Alri berjalan menuju Arena, tanpa pikir panjang ia mengaktifkan ability miliknya, membuat asap berwarna putih mulai menyelimuti tangannya, namun kali ini ada yang berbeda.
Alri dan Erwin saling berhadapan, saling menganalisa satu sama lain. Erwin, seorang pengguna elemen asap dan juga bumi.
Erwin memiliki rekam jejak saat ia masih smp, menjadi pengguna elemen asap terbaik di tingkat provinsi dan kekuatan petir yang benar-benar kuat.
"Jadi kamu yang bernama Alri? Pertama-tama aku berterimakasih padamu karena telah menyadarkan kembali sahabatku yang bego itu" ucap Erwin.
Tentu Alri bingung dengan ucapan Erwin, orang yang ia sadarkan? Siapa?
"Apa maksudmu?" Tanya Alri.
"Orang yang kamu lawan di babak penyisihan tadi, ia adalah sahabatku. Sebagai sahabatnya aku benar-benar bersyukur karena dia akhirnya sadar akan sifatnya yang arogan.
Alri akhirnya mengingat siapa yang dimaksud oleh Erwin, Ryuu.
"Oh, lelaki itu sahabat mu? Yah, dia memiliki masa depan yang bagus, daripada memanfaatkan sebuah fakta bahwa dia adalah keturunan dari penyihir terhebat hanya demi kesombongan, lebih baik untuk melakukan hal baik." Jelas Alri.
Erwin tertawa kecil mendengar penjelasan dari Alri.
"Kamu benar-benar menarik, aku jadi semakin ingin mengalahkan mu"
"Pertarungan.....DIMULAI!"
Asap putih mulai berubah menjadi sebuah aura berwarna merah. Dengan kecepatan yang dimilikinya Alri memukul Erwin dengan sekuat tenaga, akan tetapi Erwin berhasil menciptakan dinding pelindung dari tanah sepersekian detik sebelum pukulan tersebut mendekat.
Akan tetapi dinding tersebut tidak bertahan lama, dengan Ability miliknya Alri menyerap dinding tanah tersebut hingga menghilang sepenuhnya, tentu Erwin telah mengantisipasi hal tersebut, sesaat setelah dinding tanah menghilang, ia menciptakan gumpalan asap untuk memperlambat gerakan Alri.
Alri menyerap gumpalan asap tersebut dan menyerang Erwin dengan gumpalan asap yang lebih kuat dan lebih mengganggu. Menyadari hal tersebut dengan cepat ia menghindari gumpalan asap tersebut dan berakhir mengenai sang wali kelas.
Pertarungan terus berlangsung dengan sengit, gelombang besar akan segera terjadi, Alri menciptakan sebuah tombak dari energi sihir yabg yang telah ia serap sedari tadi.
"Hey, bagaimana kalau kita adu kecepatan saja?" Ucap Alri, tombak miliknya menjadi sebuah tombak sihir yang memiliki kemampuan bumi.
"Kecepatan? Baiklah, aku terima tantangan mu" Erwin mengangkat tangannya dan seketika sebuah pedang muncul di tangannya. Ia melapisi pedang tersebut dengan asap yang bahkan dapat memotong pohon.
Wali kelas akhirnya berhasil keluar dari gumpalan asap, ia melihat Alri dan Erwin telah melakukan charge seakan menunggu aba-aba.
Wali kelas Tio berdiri, mengangkat tangannya ke atas
"MULAI!"
Alri melempar tombaknya ke arah Erwin dengan kecepatan penuh, Erwin berlari dengan kecepatan yang sangat cepat. Erwin siap menghadapi serangan tombak Alri.
Alri berlari seakan mengajar tombak miliknya, ia mengangkat tangannya dan ber teleportasi ke tombak miliknya. Tabrakan dua senjata tidak terelakkan, menciptakan sebuah gelombang kejut yang sangat besar, bahkan mampu menghancurkan tembok penghalang antara arena dan penonton.
Lyra menggunakan Ability miliknya untuk menciptakan pelindung baru
"Command, Barrier!" Sebuah penghalang baru berlapis-lapis tercipta dengan sangat mudah.
Sebuah orang terkejut melihat tembok penghalang baru dengan mudahnya tercipta.
Setelah lama bertabrakan, akhirnya tabrakan tersebut menemukan akhirnya, menciptakan sebuah ledakan yang sangat dahsyat bahkan asapnya menutupi penonton.
Ryuu yang ada di lorong hanya bisa melihat pertarungan dahsyat tersebut, mulai menyadari bahwa dirinya memang sangat Arogan. Erick dan juga Andika yang baru bertemu dengannya tidak menyangka dengan kekuatan besar yang dimiliki oleh Alri.
Lyra tersenyum kecil dan berkata,
"Semakin menarik" gumamnya
Perlahan asap yang menutupi akhirnya menghilang dan menunjukkan hasil dari pertarungan tersebut.....
"Pemenangnya.....Alri!"
Semua siswa 10-3 seakan tidak percaya, bagaimana mungkin seseorang yang tidak menguasai satu elemen pun bisa menciptakan sebuah pertarungan yang sangat dahsyat.
Alri mengulurkan tangannya kepada Erwin
"Pertarungan yang hebat, sobat."
Erwin hanya tersenyum dan meraih tangan Alri
"Kamu juga."
Wali kota batuk akibat dari asap tersebut, ia kembali berkata
"Baiklah, kita akan masuk ke babak semifinal, tersisa 4 siswa yang masih bertahan hingga saat ini. Erick, Andika, Lyra, dan juga Alri."
"Hanya akan ada dua ronde, ronde pertama adalah Alri melawan Andika"
Andika sedikit terkejut dan tersenyum kecil.
"Ronde kedua adalah Erick melawan Lyra"
Erick dan andika saling bertatapan satu sama lain
"Sepertinya kita berdua sama-sama melawan monster" ucap erick sambil melipat keuda tangannya di dada
Andika tertawa kecil sebelum menjawab ucapan Erick
"Kamu benar, aku melawan sahabatku sendiri, sementara kamu melawan sang high elf yang memiliki ability yang tidak masuk akal"
Andika menatap ke lorong menuju arena dan berkata,
"Ini akan semakin seru....."
BERSAMBUNG~~~~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments