Bab Dua

Hawaa menyusun semua berkas dan perlengkapannya. Jam telah menunjukan pukul setengah lima. Saatnya pulang kerja.

Setelah mejanya rapi, gadis itu berpamitan dengan rekan kerja. Dia berjalan menuju lift. Di dalam hanya ada Hawaa dan satu rekan kerjanya bernama Faisal.

"Pulang dengan siapa?" tanya Faisal ramah.

"Aku dijemput Adam," jawab Hawaa.

"Aku kira tak ada yang jemput, biar aku yang antarkan pulang," balas Faisal.

"Terima kasih, tapi sayangnya aku sudah janji dengan Adam," ucap Hawaa dengan tersenyum.

Di tempat kerja, Hawaa termasuk gadis yang banyak diincar kaum adam. Tapi, dia tak pernah menanggapi. Wajah gadis itu yang imut dan manis banyak membuat lawan jenis ingin mengenalnya lebih dekat, sayang dia tak pernah mau meladeni.

Faisal berjalan bersisian dengan gadis itu hingga keluar ruangan. Adam yang telah menunggu di dalam mobil melihatnya dengan wajah cemberut. Sepertinya kurang suka ada seorang pria yang mendekati Hawaa.

Adam keluar dari mobil dan berjalan menghampiri Hawaa yang sedang berdiri berdua dengan Faisal. Gadis itu belum melihat kehadirannya.

"Assalamualaikum, Hawaa," sapa Adam dengan tersenyum.

"Waalaikumsalam, Adam," jawab Hawaa.

"Apa kita langsung pergi?" tanya Adam.

"Boleh. Faisal, maaf. Aku pamit dulu," ucap Hawaa dengan lembutnya.

"Silakan, tapi lain kali bolehkah aku mengantarmu pulang?" tanya Faisal.

"Hawaa pulang selalu dijemput Abi atau aku," jawab Adam cepat sebelum Hawaa menjawab.

Hawaa memandangi Adam dengan mata melotot. Dia tak suka adik tirinya itu bicara begitu.

"Lain kali, pasti boleh. Aku pergi dulu," jawab Hawaa sambil tersenyum.

Hawaa lalu berjalan menuju mobilnya Adam. Pria itu mengikuti dengan wajah cemberut. Dia membukakan pintu depan untuk kakak tirinya. Namun, Hawaa memilih duduk dibelakang.

"Kanapa duduk di belakang? Aku bukan supir!" ujar Adam.

"Bukankah kita mau menjemput Annisa sekalian?" tanya Hawaa.

"Terus kenapa dengan Annisa?" Bukannya menjawab pertanyaan Hawaa, Adam justru balik bertanya.

"Adam yang ganteng, Annisa kekasihmu nanti yang duduk di depan. Aku malas pindah-pindah," jawab Hawaa.

"Kenapa harus pindah? Kenapa harus Annisa duduk di depan? Wanita yang paling utama kedudukan di hati aku hanya dua, Bunda dan kamu. Jadi kamu yang berhak duduk di sampingku dari pada Annisa. Pindah ...!" perintah Adam.

Hawaa terpaksa keluar. Dia malas berdebat. Memang, beberapa kali mereka pergi jalan bertiga, dia yang selalu duduk di depan. Gadis itu merasa tak enak hati dengan Annisa. Jika dia jadi kekasih Adam, pasti akan sedikit kesal.

Setelah Hawaa duduk, Adam menjalankan mobilnya menuju sebuah kafe. Gadis itu lalu memandangi pria disampingnya.

"Kenapa memandangi aku seperti itu?" tanya Adam.

"Kita tak menjemput Annisa dulu?" Hawaa balik bertanya.

"Annisa langsung ke kafe, karena jarak yang lebih dekat dari kantornya," jawab Adam sambil terus berkonsentrasi ke jalan.

Hawaa membuang pandangannya ke luar jendela. Memandangi jalanan yang macet karena jam pulang kerja. Satu jam perjalanan barulah mereka sampai di tujuan.

Annisa tersenyum saat melihat kedua orang itu masuk ke kafe. Hawaa lalu membalasnya.

"Maaf, lama menunggu. Jalanan jam segini sedang macet parah," ucap Hawaa sambil bersalaman dengan Annisa.

"Iya, Kak. Itulah alasannya kenapa aku memilih datang langsung. Kalau Adam jemput aku juga, bisa-bisa dua jam kita habiskan di jalan saja," balas Annisa.

"Sepertinya sudah waktu salat Magrib. Aku salat dulu," ujar Hawaa.

"Aku juga mau salat. Kamu ...?" tanya Adam.

"Aku lagi dapat ...."

"Kalau begitu, aku dan Hawaa pamit salat dulu," ujar Adam. Mereka berdua lalu menuju musala.

Lima belas menit, Adam telah kembali lagi ke meja. Dia tak melihat Hawaa.

"Apa Hawaa belum kembali?" tanya Adam.

"Belum, maklum saja. Wanita pasti akan membutuhkan waktu lebih lama dari pria," jawab Annisa.

Adam memilih duduk dan memesan makanan untuk Hawaa. Dia sudah hafal makanan apa saja yang gadis itu suka dan tak suka. Annisa memandangi semua dengan intens.

"Kamu mau pesan apa?" tanya Adam.

Annisa mengangkat alisnya mendengar pertanyaan pria itu. Dua tahun menjalin hubungan, dia belum hafal dengan apa saja yang disukai sang kekasih. Dia lalu menyebutkan pesanannya pada pelayan kafe. Setelah semua menu di pesan, orang tersebut lalu pamit pergi.

"Kamu hafal benar makanan kesukaan Hawaa," ucap Annisa.

Belum sempat Adam menjawab, Hawaa yang baru saja muncul menjawabnya.

"Kami telah tinggal satu rumah selama delapan belas tahun, tentu saja sudah hafal dengan kesukaan dan kebiasaan masing-masing," jawab Hawaa.

Hawaa memilih duduk dihadapan keduanya. Dia tersenyum pada Annisa yang terlihat sedikit kesal.

"Nanti juga aku pasti hafal apa kesukaan kamu," ujar Adam dengan lembutnya.

"Seperti kamu mengetahui semua tentang Kak Hawaa?" tanya Annisa.

Adam memandangi wajah Annisa dan Hawaa bergantian. Lalu tersenyum menanggapi ucapan sang kekasih yang sebentar lagi akan menjadi tunangan dan calon istrinya.

"Pasti Adam akan lebih mengenal dan mengetahui tentang kamu dari aku setelah kalian menikah," jawab Hawaa.

"Betul yang dikatakan Hawaa, nanti aku mungkin akan lebih mengenal kamu. Lebih dekat dan lebih dari semuanya setelah kita menikah," balas Adam.

Obrolan mereka terhenti saat pelayan membawakan pesanan. Mereka menyantap semua hidangan dengan lahap. Terakhir Hawaa memakan es krim.

"Kamu tak mau es krim seperti Hawaa?" tanya Adam.

"Nanti aku tambah gendut. Kamu batal nikahi aku," jawab Annisa.

"Kak Hawaa memakan semuanya. Tapi badannya tak gemuk. Tetap stabil dan bagus," balas Adam.

"Mungkin Kak Hawaa tipe badan yang tak mudah melar."

Ketiganya lalu berbincang sekejap. Hingga akhirnya Hawaa berdiri dan pamit.

"Aku pulang duluan, ada yang ingin aku beli," pamit Hawaa.

"Pulang sama saja. Nanti Abi marah jika kamu pulang sendiri," jawab Adam.

"Aku bukan anak kecil lagi, Adam. Aku sudah dua puluh lima tahun. Aku bisa jaga diri," balas Hawaa.

"Tapi ...."

"Adam, jangan berlebihan. Annisa, aku pamit ya," ucap Hawaa. Dia lalu memeluk gadis itu dan cipika-cipiki.

Adam melihat kepergian Hawaa hingga gadis itu hilang dari pandangan. Annisa lalu tersenyum miris.

"Kamu sepertinya sangat mencintai dan menyayangi Hawaa!" seru Annisa.

...----------------...

Terpopuler

Comments

ꪶꫝ🍾⃝ͩDᷞᴇͧᴡᷡɪͣ B⃟Lཽ𝐀⃝🥀ᴳ᯳ᷢ ㅤㅤ

ꪶꫝ🍾⃝ͩDᷞᴇͧᴡᷡɪͣ B⃟Lཽ𝐀⃝🥀ᴳ᯳ᷢ ㅤㅤ

sepertinya Adam suka dan cinta ma Hawa.. tapi karna status hubungan bersaudaraan gk berani sma Abi dan Bunda. Takut Abi dan bunda Marah jika dia menaruh hati ma Putrinya. mungkin begitu, lalu Annisa hnya untuk pelarian aja dan sebagai status aja. 😪😪 Ruwet

2024-05-01

0

Ayu galih wulandari

Ayu galih wulandari

Lanjuuuut kak

2024-05-03

0

Rahmawati

Rahmawati

cantik annisa

2024-04-26

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!