Sarah diam termangu menerima tawaran Salma yang sangat berat menurutnya. "Tapi aku sudah punya pacar Salma, terus... kami saling mencintai," Jawabnya kemudian. Nampak gurat kesedihan di wajah Sarah.
"Siapa pacar loe?" Salma kaget juga mendengarnya. Dia belum mau dipusingkan dengan yang namanya hubungan pernikahan. Selama ini temannya rata-rata pria, tetapi hanya sekedar bersahabat. Daripada pacaran pasti hidupnya diatur. Jangan ini, jangan itu. Harus begini, harus begitu. Salma ingin hidup bebas bergaul dengan siapapun yang penting tidak melanggar norma.
"Dia namanya Rafi, guru aku di sekolah Sal," lirih Sarah. Dirinya dengan Rafi sudah menjalin hubungan selama satu tahun. Jika Rafi tahu dibohongi, sudah jelas guru yang baik hati itu akan sakit hati kepadanya.
"Oh guru..." Salma akhirnya ragu keluar dari kandang Harimau, masuk ke mulut buaya. Sejenak saling diam, tetapi Salma berpikir lagi. Menggantikan Sarah setidaknya baru pacaran, tidak mungkin juga Rafi akan menerima dirinya yang tidak sempurna seperti Sarah.
"Sarah... pepatah mengatakan. Jodoh tidak akan kemana. Makanya kita jalani dulu, mau ya Sarah... pleass..." Salma pun merayu.
Sarah menarik napas panjang, mengeluarkan kasar. Mungkin benar yang dikatakan Salma. Jika Rafi memang jodohnya, pasti akan bersatu entah bagaimana caranya. Pada akhirnya Sarah mengangguk.
"Yayy... tos..." Salma mengangkat tangan, disambut tangan Sarah. Mereka lantas makan diselingi obrolan. Keduanya menanyakan sifat Rafi dengan Haris. Begitu juga dengan sifat orang tua masing-masing.
"Sekarang kita tukar pakaian," Salma menarit tangan Sarah ke toilet mall setelah makan. Di sana mereka buka seragam sekolah masing-masing.
"Bau ketek loe, nggak?" Celetuk Salma hidungnya bergerak-gerak khas mencium sesuatu.
"Enak saja! Kamu, yang bau ketiakmu," Sarah merengut. Wajar jika bau-bau sedikit sebab sudah dia kenakan seharian.
"Hahaha..." Salma tertawa ngakak, memberikan bajunya yang baunya kebangetan itu. Lalu menerima baju Sarah. Dia endus baju putih milik Sarah yang masih wangi menurutnya.
Sementara Sarah tidak banyak bicara. Dia paham, Salma agak tomboy dan cuek. Mukanya saja kusam dan berminyak. Mungkin tidak pernah dibersihkan apa lagi sampai mengenakan wewangian.
Mereka segera mengenakan baju putih yang sudah di tangan masing-masing. Bukan hanya baju yang mereka tukar. Koper dan dokumen sekolah pun sama.
"Sekarang gue minta nomor handphone loe," Salma mengeluarkan handphone dari tas.
"Aku nggak punya hp" polos Sarah.
"Idih! Miskin amat sih loe? Segitu pelitnya ibu tiri loe. Awas saja nanti gue porotin," Omel Salma, lalu mengajak Sarah ke konter handphone, menyuruh nya untuk memilih.
"Beneran," Sarah menoleh Salma. Harga handphone paling murah saja satu juta, tetapi Salma begitu mudahnya hendak membeli.
"Pilih saja Sarah, karena kita tukar tempat, kartu atm gue, untuk loe. Terus... isinya kita bagi dua," Salma memberikan benda tipis yang berisi sekitar 50han juta, lalu akan ambil setengahnya saja. Tanpa mau ada penolakan.
Tangan Sarah gemetaran memegang atm tersebut. Rasa terkejutnya akan dibelikan handphone pun belum hilang, sudah dikejutkan lagi dengan mudahnya Salma memberikan atm kepadanya. Sekaya apa... orang tua Salma? Pertanyaan itu muncul di benak Sarah.
"Jangan bengong. Ayo cepat pilih sudah sore ini" Salma meletakan atm ke telapak tangan Sarah.
Dengan ragu-ragu Sarah menerima atm, kemudian ambil handphone sesuai pilihan salma. Karena Salma ingin handphone milik Sarah bermerk sama dengannya.
Di depan mall, Salma memberikan motornya kepada Sarah. "Alamat Nyokap gue, sudah gue kirim ke handphone loe," Pungkas Salma. Gadis itu pun rela berdesakan numpang angkutan menuju kediaman Sarah.
***************
Sarah masih termangu di depan mall, tidak percaya ada orang seperti Salma. Ya... boleh dia senang, karena terbebas dari ibu tiri. Tetapi tentu saja dia menjadi wanita jahat, telah membohongi Rafi. Pria yang tengah menghibur kala dia sedih, jika sesekali curhat tentang ibu tirinya.
"Maafkan aku Mas Rafi," Monolognnya. Lalu dia naik ke atas motor, kemudian pergi menggunakan Google maps.
Rumah lantai dua, berpagar tinggi itulah alamat yang dia tuju. Sebenarnya rumah papa Aiman tidak kalah besar, tetapi apa gunanya jika sudah dikuasai ibu tiri.
Seperti yang sudah diberi tahu Salma, Sarah memencet bel. Tidak lama kemudian, muncul wanita seusia dengan ibu tirinya membuka pagar.
"Ma-mama..." Ucap Sarah gagap. Lidahnya rasanya kelu untuk memanggil wanita di hadapannya.
"Ya ampun Non Salma... akhirnya Non pulang. Hehehe... tapi jangan panggil saya Mama Non. Pasti Non merasa bersalah sama Mama jadi bibi ini Non kira Mama" Bibik cengengesan.
Sarah menyembunyikan rasa terkejut ternyata salah orang. "Oh iya Bibi... Mama kemana?" Sarah menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Rupanya wanita di depanya adalah art.
"Itu dia Non, Nyonya bingung loh mencari Non Salma," tutur bibi panjang lebar, lalu menekan tombol handphone menghubungi orang tua Salma sesuai perintah. Sarah mendengar dari perbincangan itu, jika Salma hanya pergi ke salon. Mungkin saja bibi melihat wajah yang dia sangka Salma itu memang glowing.
Sarah menarik napas panjang, hatinya sebenarnya sedih. Dia awalnya berpikir hanya Rafi yang dia bohongi. Tetapi rupanya akan membohongi banyak orang. Namun, semua sudah terlanjur, Sarah harus terima konsekuensinnya atas kebohongan yang dia buat.
"Nyonya sedang dalam perjalanan pulang Non. Ayo masuk Non, kok malah bengong." Bibi menurunkan koper dari motor, kemudian mengantar Sarah ke kamar.
Kamar besar, banyak fasilitas, itulah kamar Salma yang akan dipakai Sarah. Sarah benar-benar seperti mimpi menjadi putri mendadak. Betapa tidak? Kamar dirinya tidak semewah ini.
"Sekarang Nona istirahat saja, biar bibi yang membereskan pakaian. Non kok dari tadi bengong terus... tenang saja Non, dijodohkan itu tidak seberat yang Non pikirkan" Bibi merasa heran. Karena Salma telah berubah 180 derajat. Biasanya Salma bersikap penyinyilan, tetapi saat ini pendiam dan banyak melamun.
"Iya Bi... saya mandi dulu," Sarah segera ke kamar mandi. Bau kecut baju Salma membuat kepalanya lama-lama pusing.
Selesai mandi sudah tidak ada bibi di kamar. Ia membuka lemari melihat pakaian Salma. Rupanya baju mahal semua, tetapi kebanyakan baju tanpa lengan dan celana selutut.
Sarah memilih baju piama kemudian melempar tubuhnya ke kasur, tidak lama kemudian tidur. Sebelum maghrib, dia bangun. Matanya mengerjap kala seorang wanita yang tengah mantengin handphone duduk di sofa. "Pasti itu mamanya Salma" Batinya lalu Sarah menyeret bokongnya hendak turun.
"Salma..." Wanita tersebut segera bangkit, memeluk tubuh Sarah yang dia pikir Salma.
"Kamu itu loh, bikin mama bingung," Ia colek hidung Sarah menatapnya lekat. Ada yang berbeda dengan wajah putrinya.
Sarah hanya tersenyum saja, bingung entah mau menjawab apa.
"Terimakasih sayang... kamu sudah meluangkan waktu untuk ke salon, berarti nanti malam sudah siap menerima lamaran Haris bukan?" Wanita paruh baya itu senang, melihat penampilan putrinya telah berubah.
Deg.
Dada Sarah merasa sesak, nanti malam lamaran? Secepat itukah? Ya Allah... wajah Sarah berubah pucat.
...~Bersambung~...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
Anita Jenius
wah.. kisah ibu tiri rupanya.
lanjutkan ceritanya menarik thor.
2024-04-12
1
Eka elisa
klian sodara kyaknya sarah... salma idup bhgia ma mama mu sdngkn kmu idup mndrita krna tinggl ma ibu tiri yg durjana..
2024-03-11
2
Lee
Dilamar pacar aja kaget apalagi di lamar orang yang belum dknal tmbah kaget lg..😱
2024-03-04
1