Beberapa jam berlalu, Asta yang sedang fokus dengan layar laptop di tempatnya langsung menoleh saat mendengar suara pintu terbuka. Ternyata itu adalah rekan bisnis sekaligus sahabatnya yang tidak dan tidak bukan adalah Dion. Asta pun segera menutup laptopnya dan beranjak untuk menyambut kedatangan Dion.
" Bagaimana kabarmu, Dion? " tanya Asta setelah memeluk Dion sebentar.
Mereka berdua sudah cukup lama tidak bertemu karena kesibukan masing-masing dan biasanya yang sering bertemu dengannya untuk melakukan kerja sama adalah ayah dari sahabatnya itu.
" Kabarku sangat baik, Asta " jawab Dion menepuk pundak Asta dan tersenyum.
Kemudian, Asta mengajak Dion untuk duduk di sofa yang ada di sana. Pertemuan kali ini terasa lebih santai karena Asta dan Dion adalah sahabat baik, terlebih lagi mereka hanya berdua saja. Asta juga tidak lupa meminta Nita untuk menyiapkan minuman untuk mereka berdua.
" Kamu sendiri bagaimana? Apa sudah mempunyai calon Tante untuk kedua anakku? " tanya Dion dengan pertanyaan yang sangat malas Asta jawab.
" Kamu sudah tahu sendiri jawabannya, Dion. Jadi jangan bertanya tentang hal itu lagi " jawab Asta dengan kesal.
Dion hanya tertawa kecil mendengar itu karena memang tujuan bertanya selain memastikan adalah untuk membuat sahabatnya itu kesal. Dion sudah menduga karena jika Asta juga menemukan calon istrinya, pasti sahabatnya itu sudah memberitahukannya.
" Oh iya, ngomong-ngomong sekretaris kamu baru? Sepertinya itu bukan orang yang biasanya menyapa aku saat datang ke sini " tanya Dion yang memang sudah bertemu dengan Nita di depan.
" Iya, dia sekretaris baruku dan baru mulai bekerja kemarin. Sekretarisku yang lama mengundurkan diri sehingga aku mencari sekretaris baru " jawab Asta.
" Kalau begitu dekati saja dia, Asta. Aku lihat dia sangat cantik dan sepertinya juga baik " ucap Dion pada Asta.
" Jangan bicara aneh-aneh, dia mungkin saja sudah memiliki kekasih. Aku juga sedang tidak tertarik untuk mendekati siapapun " jawab Asta malas.
Meski merasakan hal yang berbeda dengan Nita tapi mungkin itu hanya kagum saja dengan kecantikan dan kemampuan yang wanita itu miliki, sehingga masih tidak ada niatan untuk memulai hubungan baru apalagi dengan sekretarisnya sendiri.
" Baru kekasih, masih bisa direbut sebelum menjadi suaminya. Dia belum menikah, kan? " tanya Dion memastikan.
" Kalau dari biodatanya yang aku baca, di masih lajang " jawab Asta.
Belum sempat Dion bicara lagi, pintu ruangan itu terbuka dan menampilkan Nita yang membawa sebuah nampan di tangannya.
" Permisi, Tuan " sapa Nita menunduk hormat.
Kemudian Nita segera meletakan dua cangkir kopi yang dibawanya ke atas meja.
" Silahkan, Tuan " ucap Nita dengan sangat sopan.
" Terima kasih, Nita " jawab Asta dan Dion hanya menganggukkan kepalanya.
" Saya permisi dulu, Tuan " ucap Nita menundukkan tubuhnya hormat pada Asta dan Dion.
Aska pun menjawabnya dengan sebuah anggukan kepala.
Nita langsung keluar dari ruangan itu karena tidak ingin menganggu Asta yang mungkin sedang membicarakan sesuatu yang penting dengan rekan bisnisnya, lagipula kehadirannya tidak dibutuhkan di sana.
" Minumlah " ucap Asta mempersilahkan Dion untuk meminum kopi yang dibawa oleh Nita.
Dion menganggukkan kepalanya dan mengambil secangkir kopi di depannya lalu meminumnya, begitu juga dengan Asta.
" Kenapa rasanya begini? Ini bukan buatan Nita " batin Asta saat merasakan kopi itu.
Entah mengapa rasa kopi itu terasa kurang dan tidak seenak kopi buatan Nita. Mungkin mulai sekarang kopi buatan Nita yang paling enak menurut Asta dan sangat pas di lidahnya.
" Mana berkas perjanjian kerja sama itu? Kita harus menyelesaikan semua ini sebelum jam makan siang karena aku sudah berjanji akan makan siang bersama dengan anak dan istriku " ucap Dion meletakkan kembali secangkir kopi itu di atas meja.
Asta menganggukkan kepalanya lalu mengambil berkas perjanjian kerja sama antara dua perusahaan mereka dan memulai pembahas tentang itu. Karena sudah sedari lama menjalin kerja sama dan selalu berakhir baik, Dion begitu percaya pada Asta dan semua yang tertulis di dalam perjanjian kerja sama itu juga saling menguntungkan.
" Aku pergi dulu " pamit Dion bangkit dari posisi duduknya.
" Iya " jawab Asta.
Setelah itu, Asta mengantar Dion keluar dari ruangannya hingga di depan pintu.
" Siapa namamu? " tanya Dion saat melihat Nita.
" Nita, Tuan " jawab Nita.
Nita sendiri merasa bingung karena tiba-tiba rekan bisnis atasannya itu menanyakan tentang namanya.
" Nita, tolong selalu ingatkan Asta untuk makan siang ya. Kasihan dia itu perjaka tua jadi tidak ada yang mengingatkannya untuk sekedar makan " ucap Dion pada Nita yang membuat Asta sangat kesal.
Aska tentu saja sangat malu dikatakan perjaka tua oleh Dion apalagi di depan Nita. Seolah-olah dirinya merupakan pria yang sangat menyedihkan, padahal mungkin memang sedikit menyedihkan.
" Sial, Dion benar-benar ingin membuat aku malu di depan Nita " umpat Asta di dalam hati.
" Ah iya, baik, Tuan " jawab Nita tersenyum canggung.
" Hei, aku tidak semenyedihkan itu ya " ucap Asta tidak terima dan menatap tajam ke arah sahabatnya itu.
Dion bukannya takut malah tertawa dengan keras sembari berjalan menjauh dari sana.
" Nita, jangan dengarkan apa kata Dion ya. Dia memang begitu, suka sekali membuat saya kesal. Saya juga tidak semenyedihkan yang dia katakan " ucap Asta merasa sangat malu.
" Iya Tuan " jawab Nita menganggukkan kepalanya mengerti.
Nita juga tidak ingin terlalu ambil pusing karena hal itu juga tidak terlalu penting untuk dirinya yang hanya seorang sekretaris.
" Oh iya Nita, mulai sekarang kamu yang harus membuatkan kopi atau minuman yang lainnya untuk saya. Hanya buatan kamu yang saya mau dan saya tidak mau jika bukan kamu yang membuatnya. Jadi tolong buatkan saya kopi setiap pagi atau saat saya menginginkannya. Apa kamu mengerti, Nita? " ucap Asta pada Nita.
Sejak meminum kopi buatan wanita itu, kopi yang lain memang terasa kurang enak dan tidak cocok di lidahnya. Sehingga Asta tidak ingin meminum kopi yang lain dan hanya buatan Nita. Entah kenapa juga Asta tidak tahu tapi memang kopi buatan Nita sangat enak dan cocok di lidahnya, sangat aneh memang.
" Iya Tuan, saya mengerti " jawab Nita mengangguk patuh.
Walaupun sebenarnya bingung, Nita tetap menuruti pria yang merupakan atasannya itu. Lagipula tidak sulit dan hanya membuatkan kopi setiap pagi atau saat Asta menginginkannya saja.
" Kalau begitu, lanjutkan pekerjaanmu " ucap Asta lalu masuk ke dalam ruangannya.
" Baik, Tuan " jawab Nita.
Setelah itu, Nita mendudukkan tubuhnya di kursi kerjanya dan kembali melanjutkan pekerjaannya. Ia juga harus tetap bersiap-siap jikalau nanti Asta membutuhkan bantuannya.
***
Mohon bantuan vote, like dan komentarnya ya 😊 Terima kasih 😊🙏 Tetap dukung saya ya 😘
Tolong follow akun NT saya " Gadis Taurus " ya 😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 123 Episodes
Comments