THE ADVENTURE OF STAZARS
Hujan mulai mengguyur medan perang yang hancur, irama tembakan senjata bercampur dengan jeritan para manusia yang sekarat. Suara Ledakan di mana-mana, asap hitam membumbung tinggi ke langit yang gelap. Rasa takut menyelimuti segalanya, seperti selimut tebal yang mencekik. Hanif sebagai komandan perang naik ke atas batu dan berteriak. "Semuanya!! kita tidak boleh menyerah!!" Teriak Hanif. Hanif bertujuan membangkitkan semangat juang pasukannya kembali.
Evan sebagai wakilnya menambahkan. "Itu benar, kita tidak boleh mundur!! Tidak peduli apa pun yang akan terjadi!! Kita harus bertahan di sini!! bahkan jika itu berarti kita harus mati!!" Teriak Evan untuk meyakinkan semangat di sisi lain.
Semua prajurit yang mendengar kata kata itu dari komandan dan wakilnya serentak berteriak dan langsung maju ke area musuh dengan semangat membara. Beberapa saat kemudian Hanif bersembunyi di balik batu besar sambil mengisi ulang senjata, Hanif melihat Sultan dan langsung memberi perintah. "Sultan lempar bom ke arah sana!" Teriak Hanif.
Sultan kaget dan hampir menjatuhkan senjatanya. "SIAP!" Jawab Sultan, lalu dia mengambil bom dari tasnya, dan Sultan melempar bomnya ke lokasi yang disuruh, bom itu meledak saat bersentuhan dengan tanah. Setelah ledakan dari bomnya mereda, dan Hanif sudah selesai mengisi ulang senjatanya dia keluar dari tempat persembunyian-nya dan kembali menyerang musuhnya.
Selama pertempuran Hanif yang berada di deket Sultan sering memperhatikan Sultan yang kurang mahir di barisan depan, Hanif memerintahkan Sultan Untuk balik ke barisan belakang. " Sultan sepertinya lebih baik kau bantu Supply." Ucap Hanif yang tidak ingin kehilangan siapapun lagi.
Sultan yang mendengar perkataan itu, dengan ekspresi kurang semangat meng iyakan perintah itu." Dimengerti," Ucap Sultan yang kurang semangat.
Di sebelah kiri pertempuran terdapat Evan dan Arya. Prajurit musuh menodongkan senjatanya ke arah Arya. "Matilah kau," Ucap prajurit musuh melesatkan pelurunya.
Evan melihat Arya yang sedang lengah dengan sekitar dengan cepat bergegas menghampiri. "Awas Arya!" Ucap Evan sambil mendorong Arya dan menembak prajurit musuh. Namun sayangnya peluru tersebut terkena di bahunya Evan, lalu dengan cepat Evan langsung melancarkan pelurunya ke prajurit musuh tersebut.
Arya melihat sekitar dengan kepala yang sedikit pusing. "Arghhh, apa yang terjadi?" tanya Arya, setelah mendingan Arya menoleh ke sekitar dan melihat bahu Evan berdarah.
"Hah, Evan, apa yang terjadi? Apa kau tidak apa-apa!?" Tanya Arya yang panik setelah melihat bahu Evan yang berdarah.
Evan berdiri kembali dan tersenyum kepada Arya. "Tenang saja Arya aku baik-baik saja." Dengan tersenyum.
Evan mulai membalut lukanya supaya tidak mengeluarkan darah lagi. Setelah membalut lukanya dia mulai menghadap ke musuh kembali. "Arya, dari pada mementingkan luka ini lebih baik kita kembali fokus kepada musuh." Ucap Evan dengan tenang menyuruh Arya konsentrasi.
Arya juga berdiri kembali dan menatap ke depan kembali. "Maafkan aku Evan, tadi aku sedang lengah, dan kau benar Evan, ini bukan saatnya untuk termenung dan bimbang." Ucap Arya yang mulai mendapatkan keberaniannya.
Evan menepuk dada Arya. "Begitu dong semangat." Ucap Evan dengan senyuman.
Arya membalas dengan senyuman. Arya mengepalkan tangannya dengan sangat erat. “(Sekarang aku tidak boleh bimbang dengan keputusan yang aku pilih, hanya ini yang aku harus lakukan)" Ucap Arya dalam hati.
Setelah Arya selesai mempertimbangkan sesuatu, Arya bergegas pergi menghampiri tim supply yang berada di barisan belakang. "Evan, aku pergi Sebentar." Ucap Arya berjalan menjauh ke belakang.
"Oke." Jawab Evan yang mulai maju kembali.
Setelah Arya sampai di tempat supply, Arya melihat Sultan yang sedang membantu pasukan supply, Arya bergegas menghampiri Sultan. "Hei Sultan, apakah ada senjata jarak dekat seperti shotgun?" Tanya Arya.
Sultan berfikir sejenak. "Sepertinya ada." Jawab Sultan.
"Bolehkah aku memakainya?" Tanya Arya.
Setelah mendengar permintaan Arya, Sultan langsung bergegas menyiapkan keperluan untuk senjata shotgun "Ya tentu, ini shotgun nya." Jawab Sultan melempar shotgun dan memberikan pelurunya ke Arya.
Arya mempersiapkan semua yang dibutuhkan. "Terima kasih Sultan." Ucap Arya.
Setelah Arya siap, dia langsung menatap ke depan kembali. "Aku sudah siap mempertaruhkan hidupku untuk peperangan ini walau pun aku akan mati di sini, dan aku tidak akan mengulangi kesalahan yang sama!" Dalam hati Arya yang sudah di penuhi rasa amarah dan memegang senjatanya erat dan tiba-tiba di mata Arya muncul bintang gelap.
Arya tanpa satu kata pun langsung berlari kembali ke barisan depan, setelah Arya sampai di barisan depan Arya tidak berhenti di dekat pasukannya melainkan Arya langsung menerjang pasukan musuh, pasukan musuh yang melihat Arya mendekat mereka pun meluncurkan serangannya. Arya tidak berhenti, tetapi dia malah menghindari peluru yang berdatangan dari pihak lawan dan menembaki kembali musuh-musuhnya tanpa ragu.
Di sisi musuh. Prajurit dari kejauhan yang melihat satu orang langsung menerjang wilayahnya dan menghabisi para pasukannya dengan buas dia langsung masuk ke dalam tenda dengan panik dan memberitahukan ke kaptennya. "Kapten gawat ada satu orang yang langsung menerjang wilayah kita, dan membunuh prajurit dengan cepat." Ucap prajurit musuh yang panik.
"Hah, satu orang! dia nekat sekali?” kapten tersebut tersenyum. “Tapi kalian tidak perlu risau Jika dia hanya sendiri, dia tidak akan bertahan lama!" Ucap kapten dengan nada arogan.
Prajurit itu tidak yakin dengan kata-kata kaptennya. "Tatatapiii, kapten, dia itu." Ucap prajuritnya dengan panik.
Kapten itu tidak memperdulikan perkataan dari prajuritnya dan keluar dari tenda untuk melihatnya, dan setelah beberapa menit melihat cara bertempur Arya yang sangatlah lincah, Kapten mulai terdiam.
Tapi kapten masih berfikir bahwa dia tidak akan bertahan lama. "Dia tidak akan bertahan" Ucap Kapten musuh.
Namun setelah melihat tidak ada peluru yang terkena dia melainkan para pasukannya yang mati dia mulai sangat panik. "Dia tidak...." Ucap Kapten musuh yang mulai panik.
Kapten mulai berkeringat dan pucat. "Dia.." Ucap Kapten yang semakin panik.
"Dia, dia, dia kenapa bisa seperti itu!! Kenapa dia bisa menghindari semua peluru yang di tembakan!! dan kenapa dia bisa selalu menembak secara tepat!!" Dalam hati kapten.
Prajurit yang melihat kapten terdiam, dan seperti kurang sehat menanyakan "Kapten kau baik-baik saja? Wajahmu pucat loh." Tanya prajurit musuh.
Kapten yang tidak mau kehilangan harga dirinya sebagai kapten "Tidak apa-apa. Kalian semua dengarkan, kerahkan semua kekuatan yang kalian miliki untuk membunuh orang tersebut!" Perintah Kapten yang mulai kesal dan menunjuk ke arah Arya.
"Siap laksanakan!" teriak semua prajurit.
Kapten menampar dirinya sendiri. "Tenang saja diriku, sebentar lagi bom itu akan datang, dan dia pasti mati maka dari itu aku tidak perlu takut lagi, dan lebih baik aku kabur menghindari jangkauan ledakan bom itu." Ucap Kapten dalam hatinya sambil tersenyum.
Kembali ke sisi Evan, Hanif, Sultan, dan yang lain.
Sultan maju ke barisan depan untuk memberikan supply dan kebetulan Evan dan Hanif sedangkan bersama. Sultan mengasih persedian ke Hanif dan Evan. "Nih pelurunya." Ucap Sultan.
"Terima kasih Sultan, Tapi dia benar-benar sangat nekat sekali." Ucap Evan yang melihat Arya membantai musuhnya.
Sultan belum sempat melihat ke pertempuran yang hanya ada Arya di kepung musuh. "Siapa?" Tanya Sultan yang masih membereskan peluru.
Hanif menjawab seperti sudah mengerti apa yang dia lakukan. "Ya dia memang selalu nekat." Ucap Hanif menjawab dengan santai.
"Hei Arya kau pasti melakukan hal senekat ini untuk balas dendam mereka kan? Maafkan aku gara gara tidak bisa membantu." Dalam hati Hanif yang melihat Arya membunuh musuhnya satu persatu.
Setelah selesai membereskan keperluan peluru, Sultan melihat ke arah Arya yang bertarung sendiri. "Tapi bagaimana dia bisa menghindari semua peluru yang di luncurkan dan memakai shotgun seperti itu?" Tanya Sultan yang melihat kelincahan Arya menghindari peluru yang berdatangan.
Hanif berfikir. "Entahlah, tapi setahuku dia memiliki mata yang bagus, dan dia sangat alih dengan senjata jarak dekat." Jawab Hanif yang juga bingung.
Sultan tidak mendengarkan yang di bicarakan Hanif di hanya melihat Arya yang berjuang dengan keras. "Hei dari pada kita hanya berbincang di sini dan tidak melakukan apa-apa, bukannya lebih baik kita membantu Arya mengalahkan pasukan musuh?" Tanya Sultan melihat perjuangan Arya yang sangat hebat.
"Kau benar Sultan, kita tidak boleh menyerahkan hanya ke pasukan dan Arya, sedangkan kita hanya melihat dan ngobrol." Ucap Hanif.
"Jadi, apakah aku bisa ikut pertempuran? Hanif?" Tanya Sultan dengan mata penuh semangat.
Hanif yang melihat semangat Sultan. "Ya kau boleh ikut." Jawab Hanif.
Evan yang sudah siap "Mari kita maju." Ucap Evan sambil tersenyum.
Sultan mengangkat senjatanya ke atas. "Ya mari kita habisin mereka!!" Teriak Sultan.
Setelah beberapa jam kemudian. Arya menahan tubuhnya dengan senjata. "Ha,ha,ha tidak ini belum selesai." Ucap Arya sambil terengah-engah dan membersihkan keringatnya.
Arya telah mengalahkan 76 orang secara sendiri. Evan, Hanif, dan sultan menghampiri Arya yang sedang istirahat.
"Yo Arya gimana rasanya mengalahkan musuh secara sendiri dan nekat." Sapa Hanif.
"Kenapa kamu melakukan hal senekat tadi Arya?" Tanya Sultan ke Arya.
"Alasan pribadi." Jawab Arya dengan ekspresi menakutkan.
"Masalah apa Arya?" Ucap Evan.
"Untuk apa kalian ingin mengetahui masalah pribadiku." Ucap Arya dengan tatapan mencengkam ke mereka bertiga dan muncul kembali bintangnya.
"Kali saja ada yang bisa kami bantu untuk masalah pribadi mu Arya." Ucap Evan.
"Hah membantu? Tau apa kalian tentang masalah pribadiku hah!" Ucap Arya.
"Kami ingin benar-benar membantumu Arya." Ucap Hanif dengan tulus.
"Cukup, aku tidak ingin kalian ikut campur dalam urusan pribadiku." Ucap Arya dengan emosi. Sebelum Arya pergi dia menatap ke arah Hanif sesaat dan langsung pergi kembali ke medan pertempuran.
"Hei apa kalian lihat mata Arya kenapa bisa seperti itu? dan juga Kenapa dia semarah itu?" Tanya Sultan yang heran.
"Kalau masalah matanya lebih baik jangan di bahas, dan untuk kenapa dia marah karena dia memiliki masa lalu yang kelam." Ucap Hanif yang melihat tatapan Arya.
"Masa lalu apa yang membuat dia begitu nekat dalam pertempuran ini?" Tanya Evan yang penasaran.
"Coba kalian tebak, dia sudah berapa kali ikut perang?" pertanyaan Hanif.
"Dua, atau tiga?" jawab Evan dengan asal.
"Ya, dia sudah melewati satu pertempuran yang lebih parah dari pertempuran ini." Ucap Hanif.
"Memang apa yang terjadi di pertempuran itu?" Tanya Sultan sambil keheranan.
"Kalian pernah dengar tidak korban yang selamat dari pertempuran itu?" Ucap Hanif.
"Ya aku tau yang selamat hanya sepuluh orang dari dua ratus empat puluh tujuh orang." Jawab Evan.
"Yang selamat hanya sepuluh orang dari pertempuran itu! memangnya apa yang terjadi!" Ucap Sultan sambil terkejut.
"Yang terjadi di pertempuran itu." Sebelum Hanif menyelesaikan pembicaraannya Evan memotong pembicaraan.
Evan menunjuk ke Arah atas. "Hei lihat ke atas, apa itu!" Ucap Evan yang kebingungan.
Hanif dengan tenang. "Begitukah, mereka memakainya lagi. Arya mungkin kali ini kita tidak akan selamat, dan aku berterima kasih kepadamu Arya karena kau berani untuk bales dendam." Ucap Hanif sambil menatap ke atas yang sudah mengetahui apa yang akan terjadi.
"Kenapa memangnya?" Tanya Sultan yang kebingungan akan tingkah laku Hanif yang berubah mendadak.
"Maafkan aku semuanya, maafkan aku karena tidak bisa melakukan apa-apa, aku adalah teman dan komandan yang payah yang bahkan tidak bisa berani balas dendam." Ucap Hanif yang mulai memikirkan kembali masa lalunya yang tidak bisa menyelamatkan siapa-siapa.
Evan terjatuh beku. "Begitukah kita akan mati. Ibu maafkan Aku, karena tidak bisa kembali dan menepati janjiku." Ucap Evan yang terduduk diam di tanah dan menatap ke langit sambil meneteskan air mata.
Sultan yang masih berharap untuk hidup, dia berteriak untuk membangkitkan semangat mereka berdua. "Kalau begitu ayo lari!! Woi kalian ayo lari!! sejauh mungkin!! Apakah kalian ingin mati!?" Ucap Sultan dengan Teriak.
"Percuma saja Sultan. Kita ini sedang berada di tengah medan pertempuran, jika ingin selamat dari ledakan, kau harus menempuh jarak yang jauh untuk menghindari ledakannya." Ucap Hanif nada tenang.
Sultan menarik baju Hanif. "Kalau begitu lebih baik berusaha lari untuk menghindar dari bom itu, dari pada menyerah dan menatapi masa lalu! Ayo Evan." Ucap Sultan dengan teriak dan berlari menjauh sambil menarik Evan.
Setelah itu bom-bom mulai di jatuhkan, dan komandan musuh yang sedang berlari tiba-tiba kakinya terkena tembakan dia pun terjatuh dia langsung melihat ke belakang dengan teropongnya, dan melihat Arya yang memegang senjata sniper, dan melihat ke arahnya. "Kenapa? kenapa?" ucapnya sambil merangkak menjauh.
Arya melepas senjatanya. "Maaf semuanya, aku tidak bisa membalaskan dendam kalian." Pikiran Arya dengan ekspresi sedih dan mulai meneteskan air mata.
Setelah bomnya jatuh ke tanah dan meledak menghabiskan semua orang tanpa tersisa. Di kegelapan yang penuh bintang terlihat Arya, Hanif, Evan, dan Sultan dan setelah beberapa saat mereka tersadar. "Ini di mana? Kenapa tubuhku tidak bisa di gerakan." Tanya Hanif yang berusaha menggerakkan tubuhnya.
"Hei Arya, Hanif, Sultan. Bukankah kita sudah mati? Kenapa kita masih hidup?" Ucap Evan yang kebingungan dengan keadaan.
"Aku tidak mengerti apa yang telah terjadi sekarang." Ucap Sultan.
Saat mereka kebingungan ada bintang yang menghampiri. "Apaan itu?" Ucap Evan yang melihat bintangnya datang.
Setelah tepat di depan Arya, Hanif, Evan, dan Sultan. Bintang itu berubah wujud seperti manusia tapi dia memiliki sayap. "Siapa kau? Dan tempat apa ini?" Ucap Hanif dengan tegas ke sosok misterius di depannya.
"Aku adalah Starla penghubung antara dunia manusia dengan dunia stazars. Dan Tempat ini adalah perbatasan antara dua dunia." Jawab Starla ke mereka berempat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments