4. Permintaan

“Aku ingin keluar."

Raka berdecak sebal karena Sella tiba-tiba masuk ke dalam ruang kerjanya tanpa mengetuk pintu. Akhir-akhir ini, Sella sudah mulai berani kepadanya.

“Enggak!” jawab Raka dingin.

“Aku nggak akan kabur kayak Kak Melly,” kata Sella.

Raka melirik Sella. “Tidak dengar ucapanku, Sella?”

“Kenapa sih, kamu selalu melarangku? Aku hanya ingin keluar, aku bosan.” Sella benar-benar kehilangan kesabarannya. “Aku juga rindu dengan Mama dan Papa,” cicitnya.

Raka kesal. “Silahkan.”

Sella berbinar. “Benar, boleh keluar?”

“Hm, pergilah, aku juga malas melihat wajahmu.”

Sella bahagia walaupun tutur kata sang suami membuat dirinya sakit hati. Akhirnya dia boleh keluar setelah dua bulan lebih dikurung di rumahnya.

•••

“Mama!”

Gania yang mendengar itu terkejut, dia melihat Sella berlari masuk ke dalam rumahnya dengan senyum cerah. Gania langsung memeluk tubuh anaknya dengan erat, dia merindukan Sella.

“Sella!”

“Aku kangen Mama..” cicit Sella lirih.

Gania membawa Sella masuk ke dalam rumah. Keadaan rumah masih sama, tapi sepi. Ah, betapa rindunya Sella dengan rumah ini.

“Kak Melly masih belum pulang?” tanya Sella.

Gania menggeleng. "Melly tidak pernah memberi kabar apapun, Sella. Dia hilang tanpa jejak. Bahkan, Papa mu masih belum menemukannya."

Sella menunduk, dirinya sedih. "Mas Raka juga seperti itu, dia sibuk mencari Kak Melly, Ma."

Hati Gania sakit mendengarnya, dia tahu bahwa Raka tidak mencintai Sella. Lebih sakit lagi jika ternyata Raka tidak memperbolehkan Sella untuk melanjutkan kuliah.

Gania sudah membujuk Zito untuk berkata kepada Raka tentang pendidikan Sella, namun Zito tidak ingin ambil pusing dan malah memarahi Gania. Zito sibuk untuk mencari Melly.

"Kamu disini, Sella?" Kaget Zito saat melihat Sella yang sedang duduk di ruang tamu.

"Iya, Pa!" Sella tersenyum.

Zito tersenyum kecut. "Senang kamu menjadi istri Raka?"

"Maksud Papa?"

"Hm," Zito duduk dihadapan Gania dan Sella. "Kamu senang kan bisa menggantikan posisi Melly?"

Gania mengerutkan dahi. "Pa? Papa ngomong apa sih? Kan, Papa yang menyuruh Sella untuk menikah dengan Raka, menggantikan Melly."

Zito tampak acuh. "Mungkin saja Sella sengaja membiarkan Melly pergi, sekarang katakan, dimana Melly?"

Sella tidak percaya dengan perkataan yang keluar dari mulut Zito. Kenapa Zito tega mengatakan hal seperti itu? Dirinya saja tidak mengerti dimana Melly saat ini.

"Aku gak tahu dimana Kak Melly, Pa," kata Sella bergetar.

"Jika Melly sudah kembali, segera lah kamu menceraikan Raka. Raka itu hanya cocok untuk kakakmu." Ujar Zito. "Lagi pula, Raka tidak mencintai kamu kan, Sella?"

"Papa!" Tegur Gania.

"Mudah sekali Papa ngomong kayak gitu?" Sella menatap Zito tidak percaya.

"Sudahlah." Zito berdiri. "Papa harus pergi ke kantor." Setelah itu, pria itu kemudian pergi meninggalkan mereka berdua.

Gania menghela napas, Sella menangis di dalam pelukannya. Zito keterlaluan.

•••

Jari Raka berhenti mengetik saat Sella pulang lebih cepat, yang menyita perhatian Raka ialah Sella masuk tanpa mengucapkan apapun dan parahnya dia sedang menangis. Raka menjadi bingung kenapa gadis itu menangis, padahal dia baru pulang dari rumah orang tuanya.

Raka mengemasi laptopnya, kemudian berdiri. Lelaki itu kemudian memanggil Risma, pelayan pribadi Sella.

"Iya Tuan?" Risma datang tergopoh-gopoh.

"Urus Sella yang ada di kamarnya, saya akan berangkat meeting dengan Nino," kata Raka.

Risma mengangguk. "Baik, Tuan."

Raka kemudian melenggang pergi diikuti dengan Nino dibelakangnya. Sebenernya, Raka sangat pernasaran apa yang terjadi dengan Sella.

Lelaki itu kemudian masuk ke dalam mobil hitam kebanggaannya, dia menatap sesaat ke arah jendela kamar Sella namun detik berikutnya dirinya mengalihkan pandanganya.

"Nino," panggil Raka.

"Iya, Tuan?"

"Cari tahu kenapa Sella menangis saat pulang dari rumah orang tuanya."

Di lain sisi, Sella masih menangis. Dirinya merasa sangat sedih, terutama Zito yang memojokkan dirinya. Dia merasa jika takdir tidak begitu adil dengannya, mimpinya juga harus lupus begitu saja.

"Nona Sella," panggil Risma dari balik pintu. "Apakah Nona baik-baik saja?"

Sella tidak menjawab, matanya menatap langit-langit kamarnya.

"Nona?"

"Aku baik-baik saja," jawab Sella kemudian.

"Tuan menyuruh saya untuk mengurus Nona."

Barulah Sella beranjak dari posisi berbaringnya. Apa kata Risma tadi? Raka menyuruhnya untuk mengurusi Sella?

Sella kemudian membuka pintu kamarnya. "Dimana Mas Raka?"

"Tuan Raka sedang meeting," jawab Risma. "Sebelum berangkat, Tuan menyuruh saya untuk mengurus Nona karena Tuan melihat Nona menangis," lanjutnya.

Sella sedikit mengukir senyum, lalu mempersilahkan Risma untuk melanjutkan pekerjaannya di dapur. Gadis itu kembali masuk ke kamarnya, sambil membayangkan wajah Raka.

Astaga, Sella sudah mulai mencintai Raka.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!