...༻⎚༺...
Erick meringiskan wajah karena jijik. Bagaimana tidak? Air kencing bayi Alan tak sengaja masuk ke mulutnya.
"Ugh... Aku mau ke kamar mandi dulu!" Erick bergegas berlari ke kamar mandi.
"Eh, tunggu! Kenapa kau tinggalkan aku?" protes Issac yang tak terima dirinya disuruh menjaga dua bayi. Dia mengusap kasar wajahnya dan segera menutupi senjata pribadi bayi Alan dan Aron dengan kain.
"Dasar setan kecil!" cibir Issac.
Tangisan bayi Alan dan Aron semakin menjadi-jadi. Issac berusaha keras menenangkan. Namun usahanya tidak menghasilkan apapun.
Brian yang ada di luar kamar, sampai pusing mendengar suara tangisan bayi. Terlebih bayi yang menangis ada dua.
"Aku harus mengurus sesuatu. Kita bicara lagi nanti," kata Brian yang segera mengakhiri panggilan teleponnya. Dia mendatangi kamar bayi Alan dan Aron.
"Kenapa mereka terus menangis?" timpal Brian sembari mendekati posisi Issac.
Ketika Brian muncul, bayi Alan dan Aron langsung berhenti menangis. Keduanya menatap Brian secara bersamaan.
"Mereka berhenti menangis! Aku rasa itu karena dirimu," ungkap Issac.
"Jangan bicara omong kosong! Mana mungkin mereka berhenti menangis karenaku?" tanggap Brian tak percaya.
"Kalau begitu, cobalah pergi lagi," saran Issac.
Brian awalnya ragu. Namun dia menurut saja karena ingin memastikan. Benar saja, saat Brian pergi, si kembar menangis lagi.
Buru-buru Brian kembali masuk. Bayi Alan dan Aron pun berhenti menangis.
"Lihat! Kita sudah melihat buktinya kan? Mereka pasti sangat menyukaimu!" tukas Issac.
"Tapi kenapa? Aku bahkan tidak pernah menyukai anak-anak. Apalagi bayi," ujar Brian seraya meringis jijik.
"Kau mungkin begitu. Tapi bayi-bayi ini merasakan hal berbeda. Kalau begini, sebaiknya kau saja yang jaga mereka."
"Enak saja! Aku tidak mau!" Brian menolak tegas.
"Kalau begitu biarkan saja mereka terus menangis sampai mati," tanggap Issac sembari berjalan menuju pintu.
"Kau mau kemana?" tanya Brian.
"Kamar mandi. Wajahku harus dibersihkan dari air kencing," jawab Issac yang segera menghilang dari balik pintu.
"Sial!" Brian mengusap kasar wajahnya dengan kesal.
Bayi Alan dan Aron tersenyum pada Brian secara bersamaan. Keduanya seolah tahu siapa sebenarnya lelaki itu bagi mereka.
"Apa?! Senyuman kalian itu tidak akan bisa meluluhkanku!" kata Brian ketus. Dia terpaksa duduk ke kursi untuk menjaga bayi Alan dan Aron di kamar.
...***...
Diva sangat frustasi dengan menghilangnya bayi Alan dan Aron. Dia sedang berbaring di ranjang karena kelelahan mencari.
"Kau sebaiknya istirahat dulu. Ayahmu sudah melaporkan semuanya ke polisi. Dia juga membayar detektif swasta profesional. Sebentar lagi Alan dan Aron pasti ketemu," ujar Nathalie.
"Aku harap begitu. Aku sangat mencemaskan mereka, Mom..." isak Diva.
Sementara di luar, Samuel sedang berdiskusi dengan detektif swasta bayarannya. Mereka menemukan keanehan mengenai pelayan baru yang sempat bekerja kemarin. Detektif swasta yang bernama Peter itu akan menyelidiki lebih lanjut mengenai pelayan baru misterius tersebut.
Malam telah tiba. Diva tidak karuan tidur karena terus memikirkan bayi-bayinya. Ia selalu gelisah sendiri jika tidak melakukan sesuatu.
Diva duduk ke tepi ranjang. Dia ambil ponsel dan menghubungi Peter. Kebetulan dirinya tahu kalau detektif itu sudah menemukan petunjuk kecil.
"Halo?" jawab Peter dari seberang telepon.
"Temui aku di bar sekarang!" ujar Diva.
"Apa?! Tapi--"
"Tidak ada penolakan!" potong Diva tegas. Ia segera bersiap dan beranjak pergi.
Bertemulah Diva dengan Peter di bar. Diva memaksa Peter untuk memberitahunya mengenai petunjuk yang sudah didapat.
"Aku tidak bisa memberitahu. Ayahmu--"
Bruk!
Diva menggeplak meja sambil mengeluarkan segepok uang.
"Aku akan membayarmu!" ucap Diva.
"Nona, tapi aku--"
"Oh ternyata masih kurang. Ini aku tambahkan lagi." Diva kembali memotong perkataan Peter. Dia menambahkan segepok uang lagi agar bisa dapat informasi dari lelaki tersebut.
"Kau sangat mengerikan sekali, Nona..." komentar Peter. Perlahan dia mengambil dua gepok uang yang diberikan Diva.
"Kau tidak akan pernah mengerti perasaan seorang ibu yang kehilangan anaknya!" tukas Diva.
Peter memberitahukan informasi mengenai petunjuk yang ditemukannya pada Diva. Dia juga tak lupa mengatakan kalau dirinya menemukan rekaman CCTV sebuah truk mencurigakan.
"Apa kau menyelidiki kemana truk itu pergi?" tanya Diva.
"Aku sedang berusaha. Apa kau berniat ingin mencari anakmu sendiri?" balas Peter.
"Ya. Aku tidak bisa hanya berdiam diri di rumah. Memikirkan keadaan dua bayiku sekarang membuatku gila," ungkap Diva.
"Tapi melakukan pencarian terlalu berbahaya. Orang yang menculik kedua anakmu kemungkinan berbahaya."
"Karena itulah kedua anakku harus ditemukan secepatnya!" Diva berucap dengan lantang. Kemudian beranjak dari bar.
Demi bayi Alan dan Aron, Diva melakukan segala cara untuk mencari. Kini dia berusaha menemukan truk yang disebutkan Peter melalui rekaman CCTV. Diva yakin truk itulah yang membawa kedua bayinya pergi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments
Maria Lina
lgi thor mantap hehe
2023-12-04
1