Dia memasukkan semuanya ke dalam tas, lalu beranjak turun dari kasur menuju ruang makan.
Ketika hendak melangkah pergi keluar kamar, dia merasakan ada sesuatu yang sedang mendekat secara perlahan.
Dia merasakan firasat semacam itu.
Ada sesuatu yang menghampirinya, tetapi dia tidak bisa melihatnya.
Naya menoleh ke arah gorden jendelanya yang sedikit bergoyang.
Aneh.
Jendelanya tertutup, jadi tidak mungkin angin bertiup masuk.
Naya menajamkan mata, melihat sedikit ke arah celah gorden jendela.
Naya sontak langsung membungkam mulutnya setelah melihat sesuatu berupa bayangan hitam di balik sana.
Hal itu terjadi hanya sebentar kemudian bayangan hitam itu segera menghilang.
Naya
Apa itu?
Naya penasaran, tetapi tidak berani memastikan. Akhirnya dengan langkah cepat dia bergegas mendekati pintu, dia hendak membukanya tetapi ada sesuatu yang melesat cepat ke arahnya.
Di sisi lain, setelah memakirkan mobilnya ke dalam garasi, Araf bergegas masuk ke dalam rumah.
Sudah ada Neilan yang menyambutnya, lalu tanpa berlama-lama dia berjalan menuju ruang makan.
Neilan mengetuk pintu Aizan.
Neilan
Ayo makan.
Aizan yang tengah bermain game membalas.
Aizan
Iya.
Aizan beranjak dari kasur meninggalkan kamarnya. Perhatiannya sempat tertuju pada kamar Naya tetapi setelah itu tertuju pada ruang keluarga dengan tv yang menyala.
Aizan mengerutkan alis.
Aizan
Siapa yang nyalain tv?
Kemudian berjalan menuju ruang keluarga untuk mematikan tv nya.
Aizan
Ganaya, kah?
Ujarnya lagi. Siapa yang sering menyalakan tv kalau bukan dia.
Terus kenapa juga tidak dimatikan padahal mau makan malam.
Saat Aizan hendak kembali berjalan menuju ruang makan, bingkai foto yang berada di atas bufet berdebam jatuh.
Dia sedikit terkejut.
Angin? Tidak, mungkin. Tadi juga sempat bergetar, lalu sekarang jatuh?
Tanpa merasa ragu, Aizan mengambil bingkai foto itu dan menaruhnya kembali ke tempat semula.
Dia kembali melangkah, dan sesaat itu juga dia mendengar suara.
Comments