Aizan dan Neilan mengarahkan pandangannya ke atas.
Apa mungkin sekering listriknya meletus?
Ctas!
Kali ini bunyinya terdengar dari arah ruang keluarga.
Sontak mereka berdua langsung berjalan ke arah depan.
Tidak ada apa-apa, tapi bunyi letusan itu masih ada dan kini suaranya terdengar dari kamar Naya.
Neilan melangkah mendekati kamar Naya, dia membuka pintu.
Terlihat Naya tengah menggambar sesuatu.
Neilan dan Aizan masuk ke dalam sambil memperhatikan seisi ruangan.
Sesaat itu juga Naya bertanya.
Naya
Kenapa?
Neilan
Kamu denger suara?
Neilan balik bertanya sambil melangkah mendekati Naya yang duduk di atas kasur.
Naya menggeleng.
Naya
Nggak. Emangnya suara apa?
Aizan
Kayak meletus gitu.
Aizan
Suaranya dari sini.
Naya
Tapi aku gak denger apa-apa.
Aizan
Masa?
Naya
Iya. Daritadi aku ngegambar gak denger apa-apa.
Aizan
Keras banget loh suaranya. Apa mungkin dari luar ya, Ma?
Neilan tak langsung membalas. Dia menghela nafas singkat.
Neilan
Nanti mama panggil tukang aja buat mastiin.
Neilan
Takut kenapa-napa.
Neilan
Kedengerannya kayak sekering listrik soalnya.
Aizan
Yaudah
Aizan beranjak keluar menuju kamarnya.
Dia menggantung tasnya, kemudian bergegas mandi.
Lima belas menit kemudian ketika merasa sudah cukup tenang, sayup-sayup suara ketukan terperangkap oleh telinganya.
Asalnya dari depan pintu kamar.
Aizan yang tengah menyisir rambut itu mulai melangkah ke arah pintu, dia membukanya, dan tidak melihat siapa-siapa.
Pintu kamar Naya masih tertutup.
Mamanya terlihat masih memasak di dapur.
Lalu ayahnya juga belum pulang.
Lalu siapa yang membuat suara ketukan?
Aizan
GANAYA!
Aizan berseru keras memanggil adiknya.
Naya membalas seruan keras itu dengan berkata 'APA?!
Aizan terdiam. Dia menarik nafas panjang kemudian menghembuskannya perlahan. Sambil menunggu waktu makan malam, dia memilih kembali masuk ke dalam kamar.
Comments