Sepasang insan yang baru saja mengikrar pernikahan telah berada di dalam mobil menuju pulang sesuai permintaan Wisnu. Layaknya seorang istri Adira ikut bersama dengan suaminya.
Keduanya duduk berdampingan tanpa satu kata pun. Suasana hening terasa begitu asing. Ya ampun pernikahan apa ini? Lelaki di sampingnya begitu dingin dan pelit bicara.
Adira mengarahkan pandangan keluar jendela mengamati pemandangan malam. Sembari sesekali tangannya naik menyeka air mata yang turun setetes di pipi. Mengingat setelah sekian lama ia berpisah dengan adik-adiknya.
“Pergilah. Ikut suami kakak. Kakak telah menikah dan punya kehidupan rumah tangga sendiri. Tidak pantas jika kita tinggal bersama,” ujar Aska.
“Kakak Jangan khawatir kami bisa menjaga diri kami,” tambah Andra.
Bulir bening kembali jatuh ketika mengingat ucapan kedua adiknya. Dua pembuat onar yang selalu membuatnya pusing itu, sangat bijaksana dan mengerti tugas seorang istri. Mereka kekeh tidak ingin ikut bersama Adira. Padahal Adira sudah memaksa mereka ikut tinggal bersama.
Adik Adira tidak mau kehadiran mereka akan menjadi beban yang bisa menghancurkan rumah tangga sang kakak. Sudut hati lain Adira ada rasa bangga adiknya bisa berpikir dewasa.
Laju kendaraan mulai melambat, melalui sebuah gerbang, tanda mereka telah sampai. Netra Adira mengamati rumah mewah berkonsep modern minimalis. Adira berdecak kagum.
“Rumahnya bagus sekali,” batin Adira termenung.
“Turunlah!” Suara berat membela suasana terdengar dari sebelah Adira.
Adira tersadar dari lamunan menatap lelaki tampan yang telah menjadi suami kini telah turun lebih dulu meninggalkannya.
Adira pun turun, berjalan mengikuti, terlihat kesulitan mengejar langkah panjang Elgi.
Elgi masuk ke dalam rumah lebih dulu di sambut oleh perempuan tua berusia sekitar 60 tahun.
“Tuan sudah kembali,” sapa perempuan tua bernama Anna dengan senyum ramah.
“Selamat atas pernikahannya,” tambah Bibi Anna.
“Emm,” balas Elgi dengan deheman. Wajahnya masih sama datar tak berekspresi.
Adira yang kini berdiri di belakang Elgi mengamati penampakan isi di dalam rumah mewah.
Bibi Anna mengarahkan netranya pada Adira.
“Nona Adira selamat datang,” sapa bibi Anna dengan senyum lebar.
Adira tercengang, perempuan tua itu tahu namanya.
“Saya Bibi Anna yang mengurus rumah ini,” ujar bibi Anna memperkenalkan diri.
“Ikutlah bersamanya,” sela Elgi singkat.
Bibi Anna pun berjalan mendekat ke arah Adira.
“Mari nona saya antar ke kamar,” ucap bibi Anna mengarahkan Adira untuk ikut bersamanya.
Dengan langkah ragu Adira pun berjalan meninggalkan Elgi yang masih berdiri di tempat.
***
Adira telah membersihkan diri, berganti pakaian yang memang telah di siapkan untuknya.
Adira menghempas tubuh lelahnya ke kasur besar.
“Ah rasanya nyaman sekali,” ucap Adira norak, meregangkan tubuhnya merasakan kasur empuk yang membuat urat syaraf tegang Adira menjadi rileks.
Sumpah dia tidak pernah merasakan kasur seempuk ini. Jiwa miskin Adira meronta. Adira termenung menatap langit-langit kamar. Kini dia telah menjadi seorang istri. Rasanya ia masih tidak percaya.
Istri ...
Tubuh Adira meremang memikirkan apa yang akan di lalui oleh sepasang pengantin baru seperti dirinya.
Ya, ini adalah malam pertamanya. Apa ia akan melakukan hubungan itu? Apakah Elgi meminta haknya.
Adira meneguk ludah kasar membayangkan malam panas yang akan di lalui, irama jantung Adira bertalun semakin cepat. Netranya menatap ke arah pintu. Lelaki asing itu belum juga masuk ke dalam kamar.
“Dia belum masuk,” batin Adira.
Manik mata Adira sekali lagi menyisiri area kamar. Adira termenung pikirannya mengudara di atas kepala. Rumah ini begitu mewah membuat Adira bertanya.
“Namanya Elgi Nayaka,” gumam Adira hanya itu yang baru ia tahu.
“Apa benar ini rumahnya? Apa dia sangat kaya? Apa pekerjaannya?” batin Adira terus bergulat dengan pikirannya. Semua terasa masih misteri.
Hingga tak lama kelopak matanya terasa berat. Sungguh beberapa hari ini sangat melelahkan untuknya hingga menguras tenaga. Adira masuk ke dalam dunia mimpi tanpa menunggu lelaki itu masuk.
***
Mentari pagi masuk melalui celah jendela menyilaukan mata. Adira mulai tersadar.
Adira tersentak saat kelopak matanya telah terbuka sempurna. Dia berada di tempat asing. Hingga perempuan ini tersadar mengalihkan iris mata ke arah sisi kasur yang kosong.
“Ke mana dia?” netra Adira menyisir seluruh ruangan mengira jika lelaki yang telah menjadi suaminya itu tidur bersama dengannya.
“Dia tidak tidur di kamar ini?” gumam Adira mengambil kesimpulan setelah melihat seprei di sisinya masih rapi.
“Dia tidak menyentuhku.”
Ada perasaan lega merasuk hati Adira dia tidak menghabiskan malam pengantin dengan suaminya.
Adira memutuskan turun dari ranjang untuk membersihkan diri. Setelahnya keluar kamar.
“Selamat pagi nona Adira,” sapa perempuan tua itu dengan lembut saat melihat penampakan Adira hingga membuat Adira tersentak kaget.
“Pagi Bi,” balas Adira menarik garis bibirnya kaku.
“Saya sudah menyiapkan sarapan untuk anda,” ucap bibi Anna.
Bibi Anna menggiring Adira duduk di kursi makan.
Tubuh Adira bak robot terasa kaku, semua terasa baru untuknya. Kini dia telah berada di depan sebuah hidangan. Uhg, dia bak nyonya besar yang di layani.
“Silakan nona,” ujar bibi Anna.
Untuk sementara Adira mengabaikan menu sarapan. Netranya berputar mengamati suasana rumah yang sepi.
“Apa Anda mencari tuan Elgi!” tebak bibi Anna.
Adira terjengkit. Dia ketahuan. Ya dia mencari lelaki yang telah menjadi suaminya di mana dia? Kenapa hingga hari ini dia tidak menampakkan diri. Di mana dia?
“Semalam tuan Elgi keluar dan belum kembali,” jelas bibi Anna.
“Nona saya harap Anda banyak bersabar dan mencoba memaklumi sikap tuan Elgi karna selama ini dia tinggal di Jerman. Budaya dan kebiasaannya telah berubah dia butuh penyesuaian,” jelas bibi Anna seolah memberi pengertian mengapa lelaki itu tidak bersama Adira semalam.
“Selama ini dia tinggal di Jerman,” ulang Adira terkesan dengan info yang di dapat.
“Iya, sudah sejak tiga belas tahun. Tepatnya setelah kejadian itu. Kasihan tuan Elgi, dia juga menjadi korban.
“Dia kembali karena permintaan papanya, menikah dengan Anda dan melanjutkan perusahaan,” jelas bibi Anna.
Rasa takjub di dalam hati Adira setelah mendengar cerita singkat dari bibi Anna. Ternyata lelaki yang menikahinya. Bukan lelaki sembarangan. Lelaki kaya yang selama ini tinggal di Jerman. Sedangkan dia siapa dia? Perempuan miskin dan tak berpendidikan tinggi.
Adira mengingat suasana kamar di malam pertama yang sepi.
“Dia tidak menginginkan pernikahan ini,” batin Adira.
Entah mengapa perasaannya menjadi miris, dia merasa menjadi pengantin yang tidak di inginkan. Dia diabaikan di malam pertama.
“Dia pemimpin perusahaan,” batin Adira lagi.
Oh ... bak bumi dan langit perbedaan mereka.
****
Jerman lagi ya warga. Entah mengapa Sya suka aja nyebut negara itu. Padahal Sya juga ngak tahu tentang negara itu. Yang Sya tahu di situ ada bunda Corla. Cuma itu.
Like
Coment
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
ike
ada apa dgn 13 th yg lalu? Spakah elgi penyebab meninggalnya ayah adira?
2023-11-05
1
🍭ͪ ͩ𝕸y💞 |ㄚ卂卄 ʰⁱᵃᵗᵘˢ
ada apa dengan 13 tahun lalu, apa ada hubungan nya sama kecelakaan yang buat ayah Adira meninggal 🤔
2023-10-25
11
Sukma Sae
wkwkwkwk
seng penting pernah lihat bunda corla...
2023-10-18
1