"Papa!" sapa Zain dengan wajah polosnya.
Radit menoleh, terlihat Zain berjalan tertatih menghampirinya. Radit memutar tubuhnya, menanti putra kesayangannya sampai di depannya. Zain bocah lima tahun yang memiliki kebutuhan khusus. Berat badannya tak seperti anak lainnya. Dia sang kurus, bukan karena gizi yang tak mencukupi. Namun penyerapan gizi dalam tubuh Zain lebih lambat. Bahkan Zain baru bisa berjalan di usia 4 tahun. Secara fisik, Zain sempurna tanpa cacat. Namun lahir prematur dan lemah, membuat pertumbuhan Zain sedikit terhambat.
"Maaf tuan besar, tuan muda memaksa ingin bertemu anda!" ujar Ifa, Radit mengangguk sembari mengedipkan kedua matanya.
Pertanda Radit tidak keberatan akan kedatangan Zain. Bagi orang lain mungkin Zain terbelakang. Namun tidak Radit, Zain segalanya dalam hidupnya. Alasan Radit bisa tersenyum di sela kepalsuan dan kesepian di sekitarnya. Zain putra pertamanya, putra yang sangat disayanginya. Radit mampu melakukan segalanya, asalkan Zain bahagia. Termasuk menikah dengan Nissa, hangat senja yang dirindukan Zain selama ini.
"Ada apa Zain? Kenapa datang ke kamar papa?" ujar Radit, Zain menoleh ke kanan dan ke kiri. Tubuh kecilnya terhuyung mengikuti langkah kaki yang lemah.
Radit terenyuh, melihat kondisi putranya. Namun tak sekalipun, Radit malu dengan kondisi Zain. Bahkan Radit tak pernah menganggap kekurangan Zain. Bagi Radit, putranya sempurna dan akan selalu sempurna. Radit selalu melindungi Zain dari hinaan orang lain. Zain segalanya dalam hidup Radit. Buah cinta pertamanya, meski kandas saat cinta itu mekar.
"Zain!" ujar Radit lebih keras, Zain tersentak. Dengan wajah polosnya, Zain menatap penuh harap ke arah Radit. Tatapan yang mudah ditebak oleh Radit.
"Ifa, tinggalkan Zain di sini!"
"Baik tuan!" sahut Ifa, lalu berjalan keluar dari kamar Radit.
"Zain, kemarilah!" ujar Radit, seraya menggendong Zain.
Radit menggendong tubuh Zain dengan penuh kehangatan. Zain pribadi yang tak mudah ditebak. Dia selalu berubah-ubah keinginannya. Namun dia teguh pada satu keinginan. Hanya Radit yang bisa memahami amarah dan keinginan Zain. Radit terus melangkah sembari menggendong Zain. Kamar utama yang digunakan Radit, berada di lantai dua. Sebuah kamar megah nan luas. Sebab itu Radit memilih menggendong Zain. Agar putranya tidak merasa lelah.
"Zain, dia yang kamu cari!" bisik Radit pada Zain, bocoh lima tahun itu mengangguk. Bahkan Zain memberontak ingin turun. Zain ingin segera menemui orang yang dicarinya sejak tadi. Namun keinginan Zain harus tertahan. Tatkala Radit mendekap Zain dengan sangat erat. Jelas Radit melarang Zain turun dari gendongannya.
"Papa!"
"Zain, dia sedang sholat. Setelah selesai, kamu bisa menemuinya!" ujar Radit lirih, Zain menggelengkan kepalanya. Zain hanya ingin bertemu dengannya.
"Papa!"
"Zain, sebentar lagi!" ujar Radit, Zain menangis. Jeritan Zain mengusik kekhusyukan Nissa yang sedang sholat.
"Kenapa menangis?" ujar Nissa, tepat di belakang Radit dan Zain.
Tap Tap Tap Tap Tap
"Mama!" teriak Zain lantang, lalu berlari memeluk Nissa. Seketika Nissa terpaku, ketika merasakan hangat pelukan Zain. Kedua kaki Nissa seolah terbakar, saat Zain menyandarkan tubuh kecilnya.
"Dia putraku, Zain Al Ghiffari!" ujar Radit, Nissa menunduk. Dia melihat Zain tengH memeluk kakinya dengan sangat erat.
"Kenapa menangis? Jagoan tidak boleh menangis!" ujar Nissa, sesaat setelah dia duduk berjongkok di depan Zain. Nissa menyeka air mata Zain dengan lembut. Zain memeluk Nissa dengan begitu erat. Zain mengalungkan tangan di leher Nissa. Bergelayut manja pada ibu pengganti dalam hidupnya dan Radit.
"Mama!"
"Iya sayang, ini mama!" ujar Nissa, Radit termenung menatap Nissa. Pertama kalinya Nissa dan Zain bertemu. Namun seolah, mereka sudah sangat lama saling mengenal.
Nissa menggendong Zain, Nissa membawa Zain duduk di sofa panjang di kamar Radit. Perselisihan Radit dan Nissa berakhir. Ketika Radit membawa Nissa menuju kamarnya. Keduanya tinggal di satu kamar yang sama. Sebuah kamar yang menghadap langsung ke arah barat. Tempat paling indah bagi Nissa. Ufuk dimana sang senja bangkit dan tidur di peraduannya? Kamar yang tanpa Nissa sadari, telah dipersiapkan secara khusus oleh Radit untuknya.
Nissa mendekap erat Zain, memangku hangat dalam pelukannya. Nissa terenyuh melihat sikap hangat Zain. Pertama kalinya mereka bertemu, tapi Zain sudah sangat menyayanginya. Entah kenapa naluri alamiah Nissa sebagai seorang ibu timbul? Nissa merasakan ketenangan, ketika memeluk tubuh mungil Zain. Nissa menyadari kekurangan Zain. Namun Nissa juga mengetahui cara menangananinya. Nissa sangat paham, anak seperti Zain sangatlah istimewa.
"Dia begitu mengenalku, padahal ini pertama kalinya kami bertemu!" batin Nissa sendu, tak percaya akan kasih sayang yang ditunjukkan Zain padanya.
"Zain sayang, sudah makan?" ujar Nissa, sembari memangku Zain. Bocah polos itu menggelengkan kepalanya. Nissa terkejut, hari sudah sangat sore. Namun Zain belum makan siang, hal yang tidak mungkin dalam keluarga tuan besar Raditya.
"Sekarang Zain turun, minta papa menyuapi Zain!"
"Dia tidak akan bersedia!" sahut Radit, sebelum Nissa selesai mengatakannya. Nissa menoleh ke arah Zain. Seketika Zain mengangguk, seakan perkataan Radit benar adanya.
"Kamu lihat bukan!" ujar Radit bangga diri, Nissa mendudukkan Zain di sofa. Sedangkan Nissa berjongkok tepat di depan Zain.
Nissa menatap lekat wajah bocah polos Zain. Nissa mengusap lembut wajah tampan yang menurun dari sang ayah. Mata coklat nan jernih, alis tebal berwarna hitam. Perpaduan dua benih unggul yang sempurna. Meski ada kekurangan yang kelak tertutupi oleh kelebihan Zain. Nissa menggenggam erat tangan Zain. Nissa menempelkan tangan mungil Zain di pipinya. Terasa hangat penuh ketulusan, cinta tanpa pamrih dan murni. Radit diam menatap lekat Nissa dan Zain. Hubungan yang tak biasa, sebab hanya ada ketulusan dan kasih sayang.
"Sekarang sudah sore, Zain harus makan. Mama yang menyuapi, boleh?" ujar Nissa hangat, Zain diam membisu. Radit tersenyum, dia sudah mengerti jawaban putranya.
Zain anak berkebutuhan khusus yang sangat spesial. Rasa nyaman Zain hanya ada pada satu sosok. Zain tidak akan terbiasa dengan hal-hal baru. Sejak kecil, Ifa yang menyuapi Zain. Sebab itu, sampai sekarang hanya Ifa yang bisa menyuapi Zain. Bahkan Radit tidak akan sanggup menyuapi Zain.
"Zain, mama yang menyuapi!" ujar Nissa hangat, Zain tetap diam. Nissa menghela napas, merasa usahanya sia-sia. Nissa bangkit dari duduknya, tapi langkahnya terhenti. Tatkala Zain menarik tangannya, Nissa langsung menoleh. Dengan isyarat mata, Nissa bertanya pada Zain.
"Zain lapar!"
"Lalu!" sahut Nissa dingin, Zain merengek saat menyadari Nissa marah padanya. Radit diam melihat sikap Nissa. Seakan Radit percaya, Nissa paham cara menangani Zain.
"Mama!" ujar Zain di sela isak tangisnya.
"Kenapa mama?" sahut Nissa dingin dan sinis, Zain merengek. Radit hendak menghampirinya, tapi Nissa menghadang Radit. Nissa melarang Radit mendekati Zain.
"Mama, Zain makan!"
"Mama atau mbak Ifa?"
"Mama!" sahut Zain polos, Nissa menarik tubuh Zain dalam pelukannya.
"Sekarang duduk, mama akan mengambilkan makanan!" ujar Nissa, Zain mengangguk dalam pelukannya.
"Tidak perlu Nissa, Ifa yang akan mengantar makanan kemari!" ujar Radit, Nissa tak menggubris perkataan Radit.
"Zain tidak hanya butuh kemewahan, tapi dia butuh kasih sayang yang nyata. Dia sempurna, saat kita menganggapnya sempurna. Dia pintar, saat kita terus mengajarinya. Namun dia akan bodoh dan manja, saat kita terus membiarkan dan tidak mengajarinya mandiri. Dia memang anak khusus, tapi tidak lemah. Jangan pernah biarkan dia belajar sendiri. Dia putramu, genggam tangannya dan ajak dia berjalan melihat dunia. Ketakutanmu akan kelemahannya, hanya akan membuatnya semakin lemah dan bergantung!" tutur Nissa tegas, tepat di samping Radit.
"Dia memahami putraku!" batin Radit sendu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 117 Episodes
Comments
Yuli Yuli
km g akan salah radyt pilih Nissa JD istrimu, di sabar pnyanyang JK mk menyinyakn km yg akan nyesel
2024-03-29
0
Rita Riau
bentar lagi kamu Radit akan jatuh cinta pada Nissa
2023-12-28
0
Eli Mawarti
wow aku JD terharu....🥹🥹😭
2023-11-26
0