Di sore hari Mawar yang menggunakan kaus putih dan celana training hitam tengah duduk setelah berlari mengelilingi lapangan, dengan nafas yang terengah-engah Mawar mengamati sekeliling lapangan dan memperhatikan setiap orang ada di sekitarnya. Nafas Mawar kembali normal ketika ada seseorang yang tiba-tiba duduk di sampingnya.
"Loker 32 di gym central." Pria itu menjulurkan kunci loker.
tanpa banyak bicara Mawar mengambil kunci itu dan beranjak dari duduknya.
Dengan mengunakan masker dan topi Mawar masuk ke dalam gym dan langsung menuju loker yang di maksud, Mawar membuka loker itu dan menemukan amplop cokelat penuh dengan uang. Mawar mengambil kantung kresek di dalam saku celananya dan memasukan amplop cokelat itu kedalam kresek, sebelum menutup pintu loker Mawar merasa ada yang mengamatinya, Mawar menarik nafas dalam dan membuang nya pelan sebelum ia kembali bergerak.
Mawar mengambil langkah panjang dan tenang seraya memikir kan cara untuk lepas dari orang orang yang mengikutinya, mata nya tertuju pada toko pakaian yang terlihat penuh dengan pelanggan, tanpa pikir panjang Mawar pun masuk ke dalam toko mengambil sembarang jaket yang tergantung dan masuk kedalam ruang ganti. Mawar mengambil jaket berwarna pink, sebelum keluar Mawar mengintip bagaimana kondisi di luar, ia menyadari tidak ada yang menggunakan masker dan topi selain dirinya, mau tidak mau Mawar memasukan topi dan maskernya kedalam kresek lalu kreseknya ia masukan kedalam jaket. Mawar menarik nafas dalam sebelum melangkah keluar, Mawar menuju kasir dan sebari melihat orang yang tadi mengikutinya sedang melihat sekeliling mencari keberadaan dirinya, tanpa pikir panjang Mawar mengaitkan tangannya di lengan seorang pria yang sedang berdiri di kasir.
Levin mengerutkan keningnya melihat Mawar yang tiba-tiba muncul dan mengaitkan tangannya.
"Jaket yang sedang di pakai mau di bayar terpisah atau di masukan kedalam bill?." Tanya sang kasir.
"Pisah -"
"Masukan saja." Levin memotong ucapan Mawar.
Levin sedari tadi menatap mawar mulai tersenyum ketika Mawar menoleh kan pandanganya.
"Hallo." Ucap Levin manis ketika mata mereka bertemu.
terlihat raut wajah Mawar yang sedari tadi tegang mulai mengendur karna kehadiran Levin di sampingnya.
Berkat bantuan Levin Mawar dapat melewati orang yang sedari tadi mengikutinya dengan aman tanpa di curigai.
Di rasa sudah jauh dari toko, Mawar menurunkan tangannya dari lengan Levin. Levin yang menyadari itu menghentikan langkahnya dan melangkah maju kehadapan Mawar.
"Mau minum thai tea?." Ajak Levin manis.
"Berapa harga jaket ini?." Mawar bertanya tanpa menjawab pertanyaan Levin.
"Kau tidak mau minum thai tea bersama ku?" Levin melakukan hal yang sama dengan Mawar.
"Aku tidak punya waktu." Mawar melepaskan jaketnya dan memberikan nya pada Levin.
Mawar kembali melanjutkan langkahnya tanpa menghiraukan Levin yang kebingungan melihat tingkahnya.
****
Mawar membuka pintu rumah nya dengan kasar, dan langsung berjalan menuju ruangan Roy.
"Saya ada disini." Langkah Mawar terhenti begitu melihat Roy baru datang dari halaman belakang.
Mawar melangkah mendekati Roy yang tengah duduk untuk melepaskan sepatu bots nya.
"Ada orang yang mengikuti ku." Ujar Mawar.
"Berapa orang?" Roy melepaskan topi jerami yang tadi ia gunakan ketika berkebun.
"Kurasa 2 orang." Jawab Mawar ragu.
"Mereka mengenali wajahmu?."
"Saya menggunakan masker dan topi."
"Kau harus lebih hati hati, masker dan topi tidak bisa menjamin mereka tidak mengenalimu." Roy bergerak menuju dapur dan duduk di kursi meja makan di ikuti Mawar yang berdiri di sampingnya.
Mawar menaruh kresek hitam yang sedari tadi ia bawa di hadapan Roy.
"Malam ini saya ada pekerjaan di luar kota, dan tidak tahu kapan pekerjaan saya akan selesai, jadi ambilah bagian mu." Roy mengambil segepok uang dan menyodorkannya ke dekat Mawar.
"Tetap siaga bila terjadi sesuatu ketika saya tidak ada!."
"Baik." Mawar mengambil uang itu dan masuk ke dalam kamar nya.
****
Bel sekolah berbunyi membuat para siswa girang dan mulai berkumpul untuk menghabiskan waktu istirahat mereka bersama, ada yang pergi menuju kantin ada yang duduk berkelompok dan membuka bekal makanan yang mereka bawa dari rumah. Levin mengambil tas bekalnya sebelum menengok ke tempat Mawar duduk, mata Levin tidak menemukan keberadaan Mawar di kelas, Levin mengambil jaket pink yang di beli Mawar kemarin dan pergi menuju halaman belakang sekolah.
Dengan ragu Levin berjalan ke balik pohon dimana ia langsung menghembuskan nafas lega karena Mawar tengah duduk disitu sambil melahap sebuah roti.
"Apa sepotong roti bisa membuat mu kenyang?" Levin memecahkan kesunyian.
Mawar melirik sekilas ke arah Levin dan memilih fokus menghabiskan roti yang ada di tangan nya.
Tanpa persetujuan Levin duduk disamping Mawar, ketika ingin berbisik refleks Mawar bergerak mundur. Jarak wajah Levin dan Mawar terbilang cukup dekat, menghiraukan ketidak nyamanan Mawar, Levin mendekatkan wajahnya ke telinga sang gadis.
"Pohon ini berhantu." bisik Levin.
Mawar yang mendengar itu kesal dan mengambil botol minum untuk memukul kepala Levin.
"Au..." Levin meringis kesakitan. "Kenapa kau memukul kepalaku?."
"Pergi dari sini!" Untuk pertama kalinya Levin melihat sebuah ekspresi risih di wajah Mawar.
"Teryata kau bisa juga berekspresi."
Mawar memberikan tatapan tajam nya pada Levin yang sedang tersenyum.
"Ini." Levin menyodorkan jaket yang ia bawa. "Kau belum membayarnya."
"Berapa harganya?".
"Harga jaket 500." Levin bercanda.
"500?!." Mawar sedikit meninggikan suaranya.
"Kau mengambil tanpa melihat harganya?" Levin terlihat binggung karna Mawar percaya dengan harga yang ia ucapkan.
"Besok akan ku bawa uangnya." Mawar mengambil jaket pink itu dari tangan Levin.
"Aku tidak menerima pembayaran secara cash." Levin menolak. "Kau bisa mencicil jaketnya sampe kita lulus sekolah."
"Tidak perlu aku bisa membayar tanpa harus -."
"Cicil saja, aku ingin kau membayar jaket itu dengan menyicil." Tegas Levin.
"Aku akan membayar sepenuhnya besok."
"Tidak mau, aku ingin kau menyicilnya." Levin bersikukuh.
Mawar mulai menaruh kecurigaan pada Levin.
"Apa tujuan mu? Kenapa kau bersikeras agar Aku menyicil jaket ini?."
"Aku tidak ingin membebani mu dengan harga jaket ini." Jelas Levin .
"Aku mampu membayarnya, jadi aku tidak merasa terbebani."
"Baiklah aku akan jujur padamu, Aku ingin memiliki alasan untuk berbicara dengan mu." Ungkap Levin. "Aku ingin berteman denganmu."
"Aku tidak butuh teman." Sanggah Mawar.
"Karna itu aku ingin kau membayarnya dengan menyicil, agar aku bisa bicara denganmu tanpa harus menjadi teman." Levin bersungguh-sungguh.
Mawar merasakan kesungguhan dalam kata kata yang di lontarkan Levin. Mereka saling menatap dalam sepersekian detik sebelum suara bel terdengar menghapus keheningan di antara Levin dan Mawar.
"Waktunya masuk kelas." Levin terlihat gugup saat berdiri dan berjalan terlebih dulu.
****
Mawar yang baru selesai mandi setelah berolahraga, duduk di tepi kasur dan menatap jaket pink yang menggantung di pintu lemari, Mawar merasakan perasaan aneh ketika pikirannya mengingat wajah Levin, senyumannya, dan kebersamannya bersama Levin. Mawar tidak melawan perasaan yang baru pertama kali ia rasakan, ia membiarkan perasaan aneh itu menjalar dan membuat sebuah senyuman kecil di wajah Mawar yang selama ini datar dan dingin.
Senyuman itu tak berlangsung lama ketika terdengar suara gebrakan pintu terdengar, Mawar langsung beranjak dari tempatnya dan berjalan keluar kamar, tubuhnya terhenti ketika melihat 2 orang pria bertubuh besar dan tinggi tengah berdiri di ruang tamu.
"Mau apa kalian?." Mawar mengenal mereka yang tempo hari membuntutinya.
"Dimana ayah mu?." Tanya salah satu dari mereka.
"Dia tidak ada disini." Jawab Mawar tenang.
"Mengurus gadis kecil ini aku tidak perlu bantuanmu, tunggu saja di luar siapa tau Ayah nya akan pulang."
"Baiklah, lakukanlah dengan cepat dan tenang." Salah satu pria besar itu keluar.
Mawar menarik nafas dan menyiapkan tubuhnya untuk melawan pria yang ada di hadapannya.
"Anggap saja kau mati karena ulah Ayah mu." pria itu berjalan mendekati Mawar. "Kau tidak takut padaku?!"
Mawar tidak menjawab ataupun lari, Mawar hanya menatap pria itu dengan tatapan tajam.
Pria itu mulai melayangkan pukulannya namun Mawar berhasil menghindar, Mawar melakukan gerakan tinju yang ia pelajari untuk melawan musuhnya, pria itu tidak mengira Mawar dapat membalas bahkan mengenai wajahnya, perkelahian pun tak terelakan beberapa kali Mawar terkena pukulan hingga tersungkur, dan beberapa kali juga pukulan yang Mawar lepaskan berdampak terhadap musuhnya. Terlihat darah mulai muncul dari mulut pria besar itu, begitu pun dengan Mawar yang tubuhnya sudah penuh dengan keringat serta hidung dan mulutnya berdarah, pria itu sudah muak bermain tinju dengan Mawar sehingga ia mengeluarkan pisau yang ia simpan dari tadi di saku belakangnya, saat pria itu mendekatinya Mawar mengunakan jiu jutsu untuk menjatuhkan pria yang memiliki postur jauh lebih besar dan berat dari nya, ia mencoba mengunci tangan kanan yang memegang pisau hingga pisau itu terjatuh, Belum sempat Mawar melayangkan tinju, pria itu menarik tubuh Mawar dengan tangan kirinya hingga ia terbanting ke lantai. tubuhnya yang besar menindih tubuh Mawar yang kecil, dan mencekik leher Mawar sekuat tenaga, Mawar mencoba melepaskan tangan itu namun tidak bisa, tangan kanan Mawar bergerak gusar berharap bisa mendapatkan pisau, Akhirnya pisau itu tergapai Mawar langsung menusukan senjata itu ke leher musuh yang berhasil membuat cekikan itu terlepas, pria itu jatuh tersungkur membuat Mawar mulai bisa bernapas dengan benar. mawar merangkak menjauh dari tubuh pria yang mulai bersimbah darah, Mawar tidak berani mendekat atau sekedar melihat pria itu sudah mati atau masih hidup. Wajah Mawar sudah penuh dengan cipratan darah tubuhnya bergetar hebat, air mata terus turun dari pelupuk mata Mawar. Suara langkah kaki terdengar dari halaman belakang, mawar mengumpulkan sisa tenaganya untuk berdiri bersiap bila pria satunya datang, Mawar merasa lega ketika melihat perut pria besar itu masih bergerak walau penggerakan nya sangat pelan, Mawar berpikir pria ini masih bisa di selamatkan.
Langkah kaki itu berhenti di ambang pintu dan yang Mawar lihat bukan teman pria itu melainkan Roy yang sedikit menyeringai.
"Kau berhasil melumpuhkan orang ini." Roy mendekat ke tubuh pria besar yang masih bernafas. "Namun sayang, kau tidak berhasil membunuhnya." Roy mencabut pisau yang ada di leher dan menusuk kan pisau itu ke titik vital yang di leher.
Tubuh mawar terjatuh melihat tindakan Roy, Mawar tertegun mematung melihat apa yang telah dilakukan Roy .
To Be Continued
Di tunggu kritik dan saranya ^^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 20 Episodes
Comments
Yusria Mumba
kasiang mawar,
2023-11-12
0