04

#jodogh dari langhit

Sejak subuh rumah keluarga Yusuf sudah ramai. Kaba berlarian dari ujung timur ke ujung barat. Bocah tujuh tahun itu sangat bahagia ketika melihat para maid dirumahnya sibuk lalu lalang menyiapkan penyambutan kakaknya.

"Ba sudah ya nak, Umi capek nih ngelihat kamu mondar-mandir dari tadi."

"Nggak mau! umi aku mau bantu bibi sama kakak" melas Kaba. Suaranya terdengar sedikit kesal.

"bantu apa Kaba dari tadi mondar mandir cuma buat bibi dan kakak kesusahan,kerja mereka jadi lambat"

Umi mengernyitkan dahinya, anak nackal ini mungkin harus diberi sedikit pelajaran pikirnya.

Umi melirik jam yang menempel di dinding." Tapi setengah jam lagi loh mereka sampai gimana nanti kalau belum selesai bisa bisa kak Tasha ngambek lho dan nggak mau deh jadi kakaknya Kaba" bujuk umi

Kaba mondar-mandir lagi. Kali ini sambil memegang dagunya seolah sedang berpikir keras.

"Ya udah. Tapi kita bobo di kamar yuk Kaba mau kelon" bocah itu sudah pandai bernegosiasi rupanya. Asiah mengangguk sambil mencubit pipi anak bungsunya yang hadir di perutnya beberapa tahun lalu saat Abang abangnya sudah menginjak bangku SMA.

Awalnya Asiah mengira ia mengidap kanker rahim atau kista karena sering mengalami keram perut saat awal mengandungnya. Setelah mengumpulkan keberanian akhirnya dia periksakan diri tapi dokter mendiagnosanya hamil 7minggu.

Yusuf, Husain dan Dery bahagia karena nanti akan ada bayi di rumah mereka, akhirnya adik yang mereka impikan akan hadir di tengah tengah mereka.

*

Sementara itu, sekitar sepuluh kilometer dari rumah Yusuf sepasang pengantin muda itu sibuk berdebat. Tasha ngotot ingin menunda acara pindahannya, sedangkan Dery sebaliknya.

"Aku nggak mau kalau harus pindah sekarang!" bentak Tasha

"Kita nggak pindah hari ini, Sha. Aku cuma mau ngajak kamu nginep di tempat Umi satu atau dua hari sambil beresin barang ku yang masih ada di sana."

"Sama aja, kita pergi dari sini"

Dery memijit pangkal hidungnya pelan. Pria itu pusing menghadapi tingkah istrinya . Ketika Dery dibuat kesal oleh tingkah Kaba rasanya tidak sampai separah ini.

"Apa salahnya nginep di rumah mertua, hmm? kamu juga udah sering main kesana kan?."

"Tapi-"

"Shutt" Dery membekap mulut Tasha dengan telapak tangannya, membuat perempuan itu memekik tertahan. "Nggak ada tapi-tapian. Aku turutin apa mau kamu selama seminggu ini, tapi sebagai gantinya kamu juga harus nurut apa kata aku" terang peria itu penuh penekanan.

"Oke, boleh. Tapi janji ya, apapun yang aku mau?" Tasha mengacungkan jari kelingkingnya, meminta Dery untuk menyambutnya.

"Tergantung itu baik atau nggak buat kamu."

"Arrghhh!"

Tak kunjung mendapat sambutan dari kelingking suaminya, Tasha buru-buru menarik kembali jarinya dan menghentakkan kaki kesal. la berteriak memanggil nama Ezwar sampai adiknya datang tergopoh-gopoh dari taman belakang.

"Apa sih teriak-teriak? Mbak pikir ini di hutan?"

"Semua laki-laki sama aja!" Tasha kembali kesal. la merasa Ezwar sedang membuatnya kesal, sama seperti Dery.

"Berarti aku sama ya kaya Jaehyun NCT?" Ezwar menunjuk dirinya sendiri dengan alis naik turun, nampak percaya diri ketika membayangkan ia mirip dengan idol K-Pop kesayangan kakaknya itu.

"Enak aja! Sana, kamu bantu Mbak bawa koper sama barang-barang lain," perintah Tasha sambil berjalan melewati adik dan suaminya wanita itu menghentak hentakan kakinya kesal sambil terus mengoceh.

Kedua peria itu kini sedang terbahak-bahak melepas tawa yang sedari tadi mereka tahan.

"Bang nanti kalau marah lagi terus bilang 'semua laki-laki itu sama' tanya balik lagi ya bang kaya tadi, kalo boleh samain kaya idola tuan putri" Seloroh pemuda itu pada Abang iparnya sambil menirukan gaya marah kakaknya. Dery hanya mengangguk setuju dengan Ezwar sambil berusaha menetralkan tawa dan bergegas menyusul istrinya ajaib memang kelakuan Tasha.

"Kenapa celingukan? Ada yang ketinggalan?" tanya Dery.

"Nggak ada, tapi..."

"Tapi?"

"Kayaknya aku dateng bulan mas Soalnya..." Tasha bergerak risih, ia merasa bagian bawahnya sedang basah karena sesuatu.

Dery menghembuskan napas panjang "ya udah mau mampir di market nggak?" tanyanya Tasha hanya mengangguk mengiyakan suaminya.

Mobil yang mereka kendarai berhenti tepat di depan market

Dery mengamati Tasha yang keluar dari mobil. Matanya mengernyit saat menyadari bahwa benar gamis Tasha yang berwarna putih itu kontras dengan warna darah di satu bagian. Terlihat sangat mencolok.

"Berhenti di situ!"

Tasha memutar bola mata malas. "Kenapa lagi sih? Aku belum jalan loh ini, masa udah disuruh berhenti?"

"Kamu duduk lagi. Biar aku yang beli." tawar Dery "mau beli pembalut kan?" lanjutnya. Lagi lagi wanita itu cuma mengangguk.

"Tunggu di sini. Jangan kemana-mana.” wanita itu mengangguk lagi.

Dery memastikan Tasha kembali duduk dengan nyaman sebelum akhirnya masuk ke dalam minimarket untuk mencari apa yang dibutuhkan oleh istrinya Dery menyusuri rak di mana perlengkapan khusus wanita.

Sekarang Dery benar benar bingung yang mana harus dia beli. "Ini yang mana ya kok banyak.?"

Tasha yang sudah tidak nyaman dengan kondisi badannya kini duduk duduk tak nyaman sesekali memegang perutnya yang mulai keram. Wanita itu sampai tak menyadari suaminya sudah kembali.

"kenapa?" tanya pria itu sambil meletakkan sekantung tas belanjaan besar di belakangnya.

Wanita itu mendongak menatap ke arah suaminya

"Nggak kenapa-kenapa kok mas cuma keram aja, udah biasa kok kayak gini"

"Muka kamu pucat banget sha Kita ke dokter okay" ajak Dery tulus

"udah nggak papa kok mas, ayo cepetan pulang aja kita ke rumah umi, aku mau rebahan"

"tapi ini benar nggak papa kan sha?" tanya Dery panik. Wanita itu hanya menggeleng

Kuda besi yang mereka tunggangi kembali membelah jalanan, membawa sepasang suami istri itu bersama dengan keruwetan masing-masing.

*

"Umi, Dery ke mana?"

Perasaan perempuan berusia hampir setengah abad itu campur aduk. Sebagai ibu, ia senang mendengar Husain baik-baik saja. Tapi di sisi lain ia juga kebingungan bagaimana harus menjelaskan segala kekacauan yang terjadi tiba-tiba itu.

"Dery lagi di kantor Kenapa? Mau titip pesan?" tanya Umi Asiah lembut.

"Oh enggak, Umi. Ya udah kalau gitu aku tutup ya teleponnya, kita sambung kapan-kapan lagi dulu kalau ada waktu. Assalamualaikum," pamit Husain di seberang telepon.

"Waalaikumussalam."

Husain tiba-tiba menelepon dia terlihat santai dan baik-baik saja. sama sekali tidak membahas perihal pernikahannya yang batal. Bahkan menanyakan kabar Tasha pun tidak Husain seolah tengah liburan saja.

Tanpa mereka sadari Dery dan Tasha sudah berdiri di ambang pintu. ikut mendengarkan telepon Husain dari awal. Dery menggenggam tangan istrinya saat wajah wanita itu kian bertambah pucat.

"Kamu nggak papa?" tanya Dery memastikan

Tasha menggeleng "Emang muka aku ini kelihatan baik-baik aja."? wanita itu malah balik nanya

Dery terkekeh dia lebih senang melihat Tasha menunjukkan emosi. "Mau peluk?" tawar dery

"Ngawur! Modus terus"

Tawaran Dery sebenarnya cukup menggiurkan. Tasha butuh sandaran, tak hanya hatinya saja yang sakit saat ini tapi perutnya juga ikut keram.

Husain kelihatan baik-baik saja setelah menyakitinya, sementara Tasha terjebak luka dan hubungan suami-istri dengan lelaki yang sudah dianggapnya sebagai teman.

"Assalamualaikum," salam Dery sambil menuntun istrinya masuk ke dalam rumah.

"Waalaikumussalam."

Kaba bersorak senang. Ia berlari dan memeluk Tasha sampai kakak iparnya itu terhuyung ke belakang, Dery bahkan butuh tenaga ekstra menopang istrinya agar tidak jatuh dengan memegangi pinggang Tasha.

"Hati-hati dong Ba. Kalau kalian jatuh gimana?" kesal dery"Abisnya aku seneng banget Mbak Tasha nginep di sini," sahut Kaba

"Kaba mbak masih capek. Udah dong biar istirahat dulu." Yusuf menengahi. Sejak mendapat telepon dari Husain tadi, beliau memang lebih banyak diam. Bahkan ketika Husain mencarinya dia tetap tidak bersuara.

"Kamu jalan di depan, biar aku di belakang kamu." Dery berbisik. "Biar mereka nggak bisa lihat ada bercak darah di gamis kamu, aku bakal tutupin."

Tasha menoleh pandanganya bertemu dengan Dery. Lelaki itu tersenyum manis 'kenapa noleh sih kan jantung jadi nggak aman" keluhnya membatin

"Iya..." Tasha kemudian mengalihkan pandangan ke arah mertuanya. "Duluan ya Umi Abi." ucapnya.

"Kamar aku di atas, kamu jalan aja naik tangga." Lagi-lagi Dery berbisik, tapi kali ini sampai membuat Tasha mendesis geli.

Setelahnya mereka berdua berlalu menuju kamar milik Dery yang terletak di urutan nomor 3 dari tangga. Yang paling dekat dengan tangga adalah milik Husain, sementara yang tengah milik kaba.

Deg!

Tasha dan Dery spontan saling pandang ketika pintu sudah terbuka. Wajah keduanya bersemu merah, lantas berpaling untuk menetralkan rasa gugup.

kamar milik dery yang sebelumnya ia tinggalkan masih biasa saja kini terlihat kontras dengan cat dinding dan segala perabotan yang berwarna abu-abu.

semua diganti dengan warna merah mulai dari gorden sampai seprei juga diganti, dan apa lagi ini lilin dan taburan kelopak mawar.

Di tengah ranjang dihias dengan kelopak bunga mawar yang disusun membentuk hati. Seperti hiasan untuk pengantin baru.

"Kalau kamu nggak nyaman, kita bisa bersihin mawarnya," ucap dery

Tasha yang tengah mencari pakaian untuk mandi seketika menengok. "Nggak usah. Biar gitu aja, wangi."

Dery mengangguk. Sembari menunggu Tasha mandi, ia merebahkan diri di sofa. Entah sampai kapan ia harus bertahan dengan tidur di sofa seperti itu. Tapi untuk memaksa Tasha dan membuat istrinya tidak nyaman, Dery juga tidak tega.

"Sha aku mau mandi juga. Cepetan."

"Sabar!!"wanita itu terak cempreng

Tasha baru keluar dari kamar mandi setelah sekian abad lamanya. Ia tersenyum tengil melihat Dery yang sudah memandangnya dengan tatapan tidak sedap.

"Kenapa mukanya gitu? Mau marah sama aku?" tuduh Tasha

"Enggak. Aku mana berani, kan cuma kamu yang boleh marah. Iya kan?"

Tasha tak lagi menanggapi ucapan suaminya dia langsung merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur dengan posisi tengkurap dan handuk masih melilit kepalanya.

Terpopuler

Comments

Myumy rev

Myumy rev

Sweet bener ya Derry, kalo baca ini tuh suka senyum² sendiri aku

2023-08-19

0

Ichakim

Ichakim

Yeeuuu laki2 gak tau diri

2023-08-08

0

Nurqaireen Zayani

Nurqaireen Zayani

Aku pasti akan merekomendasikan ceritamu ke teman-teman, teruskanlah menulis! 👍

2023-08-01

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!