CHAPTER 4 – KELEMBUTAN ADALAH SENJATA PALING MEMATIKAN

“Senior.”

Atas panggilan seorang pria yang terdengar di belakangnya itu yang tampak berasal dari suara yang telah dikenalnya dengan baik, Rukaf segera memalingkan badannya tanpa prejudice sedikitpun.

“Ah, Rello. Akhirnya kamu datang juga. Terima kasih karena bersedia menerima panggilan dariku di masa-masa sibukmu ini.”

Dengan senyum halusnya, sang pria itu menjawab, “Ah, sibuk apaan. Mana mungkin aku sesibuk seorang CEO sekaligus pemilik dari sebuah perusaan berkelas internasional seperti Senior Rukaf.”

Wajah Rukaf seketika tampak mengerut.

Itu bukanlah wajah kesedihan seperti yang selalu ditunjukkan oleh Rukaf ketika mengenang mendiang istrinya, melainkan hanya berupa ekspresi ketidakpuasan semata.

Dari nuansa obrolan mereka, dapat terlihat dengan jelas bahwa Rello adalah salah satu sosok yang sangat berharga bagi Rukaf.

“Kamu juga, senior apaan. Memangnya sudah berapa tahun kamu menikahi Jelita. Sudah saatnya kamu terbiasa memanggilku dengan sebutan Kakak Ipar, bukan?”

Rello tersenyum simpul menanggapi ucapan Rukaf yang diucapkannya dengan playful itu.

“Tapi senior tetaplah senior bagiku dan akan selalu seperti itu sebab bagiku, sosok Senior sudah seperti panutan dan idolaku yang tak akan pernah tergantikan. Untuk mengubah nama panggilan itu sekarang rasanya agak…”

Dengan senyum lembutnya, Rello menanggapi tingkah playful Rukaf itu dengan pujiannya yang menyejukkan hingga jadinya Rukaf-lah yang berakhir salah tingkah.

“Ehem.”

Tak tahu harus berbuat apa, Rukaf hanya menanggapinya dengan berdehem.

Melihat tingkah seniornya yang menurutnya imut itu, Rello tak dapat menahan cekikikannya yang tambah membuat Rukaf semakin salah tingkah.

Obrolan hangat sejenak terjadi di antara mereka berdua.

Hingga sampai kepada topik mengapa Rukaf mengundang Rello ke kediamannya, suasana yang tadinya hangat pun seketika berubah menjadi dingin dengan drastis.

“Jika itu soal menarik informasi, aku hanya bisa mengandalkanmu, Rello. Tidak ada orang sebaik dirimu dalam menarik informasi dari orang lain dengan pembawaanmu yang lembut dan tenang itu yang dapat membuat interogan seketika lengah hingga membocorkan sendiri informasinya tanpa interogan itu pun sadari.”

“Terima kasih karena telah mempercayaiku, Senior. Tapi apa Senior benar-benar yakin bahwa kepala pelayan itu melakukan hal tersebut kepada Gita memang karena perintah orang lain, bukan karena keinginan pribadinya belaka? Kalau tidak salah, dia kan teman seangkatan Senior dan Kak Ruvalia di akademi.”

Terhadap pertanyaan Rello itu, Rukaf mengangguk dengan yakin.

“Aku yakin akan hal itu, Rello. Naluriku mengatakan bahwa sikap Rikha tidak biasa.”

“Kalau Senior sudah seyakin itu, tidak ada pilihan lain selain menggunakan kemampuanku untuk mencari tahunya.”

“Terima kasih, Rello.”

“Terima kasih apaan. Jika itu buat Senior, apapun akan kulakukan sebab Senior sudah kuanggap sebagai sosok yang paling berarti buatku.”

Tanpa berkata apa-apa lagi, Rukaf hanya menatap Rello dengan lembut seraya berjanji di hatinya dalam-dalam bahwa apapun yang terjadi, dia akan selalu melindungi junior sekaligus adik iparnya yang baik budi itu di sisinya.

***

Rello dengan senyum lembutnya lantas berjalan sendirian ke ruang bawah tanah kediaman Mahesa tanpa perlu seorang pun yang mengantarnya.

Terlihat dia telah terbiasa dengan tata letak mansion tersebut.

Akan tetapi, wajahnya yang kelihatan lembut itu dengan cepat berubah menjadi garang.

Seolah ada sinar terang memancar dari kedua bola matanya.

Tampang Rello benar-benar berubah menjadi bengis, sangat bertolak belakang dengan sosok lembutnya yang selalu ditunjukkannya itu di hadapan sang senior.

Begitu tiba di dalam ruang bawah tanah, bisa disaksikannya seorang wanita yang dirantai kedua tangannya di dalam suatu penjara sempit sembari disiksa dengan siksaan yang cukup menyakitkan.

“Lepaskan aku! Aku tidak bersalah! Memangnya apa salahnya memperlakukan monster sebagai monster, hah!”

Dialah Rikha, sang mantan kepala pelayan yang telah dicopot dari jabatannya begitu kejahatannya memanipulasi perawatan Gita ketahuan.

“Sudah diam tidak usah banyak bacot! Bilang saja siapa yang membantumu memanipulasi para pelayan! Kami telah melihat catatan-catatan keanehan di lingkup para pelayan selama 6 bulan terakhir ini! Mustahil kamu bisa melakukannya seorang diri tanpa kaki tangan dari luar!”

“Tentu saja mereka semua akan kabur dari mansion ini karena melihat penampakan seorang monster, hahahahahaha!”

Interogasi itu buntu.

Adam, sang sekretaris serbaguna Rukaf yang bertugas menginterogasi Rikha, sang mantan kepala pelayan, sampai angkat tangan.

Sang mantan kepala pelayan tersebut benar-benar bermental baja ataukah dia hanya bisa menarik kesimpulan bahwa sosok yang mendukung Rikha di belakang tersebut teramatlah kuat.

Ini akan menjadi hal yang bertambah rumit.

“Kau sendiri! Kalian pikir akan selamat setelah melakukan semua ini padaku, hah?! Polisi segera akan kemari begitu orang-orang di luar menyadari bahwa aku hilang karena diculik oleh kalian!”

Adam yang sedari awal sudah penuh dengan kekesalan bertambah kesalnya begitu mendengar pernyataan Rikha tersebut.

“Hei, kau wanita sialan!”

Adam yang teramat marah hampir saja akan menampar Rikha, namun segera ditahannya.

Itu karena jika dia melakukan kekerasan fisik dengan bukti yang sangat jelas, itu akan sulit lagi ditutupi sebagai kecelakaan selama melakukan pekerjaan belaka jika sampai hal yang terburuk terjadi dan polisi benar-benar sampai ikut campur tangan.

“Kenapa? Mau tampar?! Nih tampar kalau berani supaya bekas tangan lho menempel dengan baik di kulitku, bajingan!”

“Hahahaha, kau pikir apa yang akan terjadi jikalau polisi sampai mengetahui hal ini?!”

“Asal kau tahu saja, fitnah dan gibah itu bukanlah kejahatan di mata hukum! Orang yang merekayasa para pelayan yang mengundurkan diri dan mengacaukan perawatan si monster bukanlah aku!”

“Aku semata-mata hanya mengompor-ngompori saja dengan sesuatu yang sudah jelas! Apa menurutmu pantas monster yang berwajah seram itu dirawat sama manusia?!”

“Jujur saja kau pun pasti takut untuk bersentuhan dengannya karena takut tertular oleh penyakitnya, bukan?!”

Adam meringis marah sembari tak henti-hentinya berteriak, wanita sialan dan wanita sialan.

“Hei wanita sialan, penyakit Nona Gita itu bukan penyakit yang menular!”

Dari jauh Rello menyaksikan kejadian itu.

Dia hanya geleng-geleng kepala menyaksikan justru sang interogatorlah yang disulut amarahnya oleh sang interogan.

Rello lantas mendekat kepada Adam lalu menepuk pundaknya untuk menghentikannya bersikap lebih jauh.

“Tahan amarahmu, Adam.”

“Ah, Tuan Rello.”

“Serahkan urusan di sini padaku. Kamu keluar dulu gih redakan emosimu.”

Adam hanya mengangguk lantas menuruti anjuran Rello tersebut.

Dalam perjalanannya keluar, masih bisa Adam dengar dengan baik bagaimana sang interogator idolanya itu tetap bersuara lembut, namun penuh dengan ancaman di telinga sang interogan.

“Senior Rikha kita yang malang. Pasti kamu kedinginan di tempat ini diperlakukan semena-mena yang sama sekali tidak berperikemanusiaan. Ini jelas-jelas melanggar hukum kan?”

Ekspresi Rikha sejenak melunak, namun itu sampai Rello mengucapkan kalimatnya yang selanjutnya.

“Tapi sayangnya di tengah masa-masa kerapuhan hubungan sesama manusia ini, tidak ada yang tidak bisa dibeli dengan uang, bahkan tidak menutup kemungkinan ada orang yang akan tega membuang bayi berharganya sendiri ke dalam sungai walaupun hanya dibayar jutaan rupiah saja. Apa Senior Rikha juga berpikir bahwa hukum bisa dibeli dengan uang?”

“Apa yang?”

Pupil mata Rikha segera bergetar.

Itu adalah ekspresi yang sama sekali tak pernah ditunjukkannya kepada Adam yang selalu membentaknya dengan suara kasar.

Rikha justru menunjukkan ekspresi ketakutannya yang teramat sangat pada seorang interogator yang bersuara lembut itu.

“Setidak adil apapun itu, luka-luka bekas penyiksaan dengan mudah bisa dimanipulasi sebagai kecelakaan semisal jatuh dari tangga atau tanpa sengaja terpeleset dari balkon lantai ketika menjemur pakaian. Itulah sebabnya orang-orang rendahan harusnya bisa menjaga sikap mereka dengan baik. Hukum publik tidak senyaman itu melindungi kalian para kaum rendahan.”

Suaranya lembut, namun jelas wajah itu menunjukkan kebengisan.

Akan tetapi sejenak kemudian, seketika wajah bengis itu berubah kembali menjadi secerah malaikat.

“Yah, itu sih cuma saranku saja buat salah satu seniorku yang berharga sebagai sesama mantan siswa di akademi yang sama.”

Rello benar-benar mengutarakan itu dengan penuh kelembutan.

Namun bagaimana pun itu terlihat di mata Adam, maksud dari ucapan Rello sama sekali tak selembut kelihatannya.

Tanpa sadar, itu membuat seluruh bulu kuduk Adam merinding.

“Nah, Adam. Mari kita beri kesempatan tamu kita yang berharga untuk mendengarkan baik-baik saran dari juniornya ini.”

Ujar Rello yang kini telah meninggalkan posisinya di ruang interogasi lantas turut mengajak Adam keluar dari ruangan tersebut.

Di dalam ruangan, tanpa terdengar oleh Adam, Rikha bergumam,

“Itu benar. Jika itu Tuan Rello, dia pasti akan bisa menyelesaikan semuanya. Aku hanya harus menuruti tiap kata-katanya dengan baik.”

Terpopuler

Comments

Nora Neko

Nora Neko

Kayak serigala berbulu domba ya

2023-07-30

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!