“Benar-benar hidup yang sia-sia.”
Terlihat seorang wanita berdiri di puncak suatu gedung tak beratap sembari membakar lembar-lembar jurnal yang bertuliskan nama peneliti Cynthia Lindberg yang bertebaran ke udara dengan mudahnya oleh angin yang kencang.
Lima jurnal INTJEM dan dua jurnal NEJM.
Siapapun bisa segera menebak bahwa dokter yang bernama Cynthia Lindberg tersebut pastilah seorang dokter yang jenius.
Hanya mereka yang sangat berbakat di antara yang berbakatlah yang mampu menerbitkan satu tulisan di kedua jurnal bereputasi tersebut, namun itu bukan lagi satu tulisan, melainkan ada 7 tulisan.
Walau demikian, wanita yang meratapi malangnya nasibnya di puncak menara tersebutlah dokter yang bernama Cynthia Lindberg.
Dia saat ini benar-benar jauh dari kata kesuksesan.
Hidupnya seketika hancur hanya karena satu tuduhan malpraktik yang bahkan bukan karena kesalahannya sendiri.
Angin berembus dengan kencang dari puncak gadung itu sehingga bahkan membuat air mata Cynthia Linberg terpantul ke wajahnya sendiri.
Di saat semua dunia terasa gelap bagi sang dokter yang ditimpa keputusasaan itu, dering teleponnya berbunyi.
Cynthia Lindberg berkali-kali mencoba mengabaikan panggilan telepon itu yang kemungkinan kalau bukan dari salah satu pasiennya di dunia bawah yang sebagian besar terdiri dari para kriminal dan penjahat itu pastilah telepon dari para penagih utang.
Berkali-kali dan berkali-kali, dering itu tak kunjung berhenti.
Cythia Lindberg pun berniat untuk menonaktifkan HP-nya.
Akan tetapi di saat itulah dia melihat ada kejanggalan pada nomor telepon dari sang penelepon.
Itu berkodekan +62, bukannya +41 yang merupakan kode telepon negara asalnya.
‘Apakah ini telepon spam atau semacamnya?” Setidaknya itulah yang pertama kali terpikirkan oleh Cynthia Lindberg.
Termakan oleh rasa penasaran, dia pun mengangkatnya.
“Halo, apa benar ini dengan Cynthia Lindberg, dokter jenius yang pernah meneliti soal penyakit sindrom laba-laba?”
Sebuah suara pria terdengar dari balik panggilan telepon itu yang memanggilnya sebagai dokter jenius.
Suatu julukan yang sudah lama tidak pernah lagi Cynthia dengarkan.
Tanpa menyadarinya, sedikit sudut bibir wanita cantik itu terangkat.
Entah mengapa hanya dengan satu suara dari pria itu, Cynthia kembali memperoleh semangat hidupnya.
***
Seminggu kemudian.
“Perkenalkan, dia Cynthia Lindberg. Mulai saat ini, dialah yang akan bertindak sebagai pengasuh Gita kita yang imut.”
Rukaf berbicara dengan gaya bicara anak-anak demi Gita bisa lebih mudah tenang bertemu dengan orang yang baru pertama kali dilihatnya di dunia luar.
Setelah berbicara perihal kondisi Gita, Cynthia Lindberg pun segera datang ke Indonesia demi melihat pasien yang dimaksudkan.
Dilihatnyalah di hadapannya sesosok anak gadis malang yang terbaring tidak berdaya di atas tempat tidurnya dalam kondisi sekujur kulit yang terlihat mengenaskan.
“Dokter?”
Sejenak Gita tertegun oleh rambut pirang Cynthia yang berkilauan serta bola matanya yang biru nak permata.
Namun sejenak kemudian, Gita pun segera tersadar oleh hipnotis kecantikan sang dokter lantas membenamkan kepalanya ke boneka kelinci besar favoritnya.
Itu bukan karena Gita membenci Cynthia.
Itu karena dia masih terngiang-ngiang dengan perkataan sang pelayan terakhir yang merawatnya.
‘Seorang anak sial penular penyakit,’ begitulah kata sang pelayan terakhir yang merawatnya yang masih membekaskan luka di hati Gita.
Gita pun juga tak ingin siapapun sampai tertular dengan penyakitnya.
Itulah sebabnya dia awalnya ramah dan supel, tiba-tiba saja menjadi anak penyendiri yang menghindari berinteraksi dengan orang-orang, termasuk Cynthia Lindberg yang saat ini ada di hadapannya tersebut.
Menanggapi reaksi dingin Gita itu, Cynthia Lindberg hanya tersenyum dan berusaha meyakinkan Rukaf bahwa semuanya adalah reaksi normal bagi anak yang menderita penyakit tersebut.
Tentu saja siapa pula anak yang bisa percaya diri bergaul dengan orang lain di kala tampangnya seperti monster dengan guratan jaring laba-laba di wajahnya?
Turut menyadari hal itu, Rukaf hanya mengangguk setuju pada perkataan Cynthia Lindberg tersebut.
Sang dokter lantas melirik ke sekeliling kamar Gita.
Dia sejenak kemudian menggeleng-gelengkan kepalanya tampak tidak puas dengan keadaan kamar gadis cilik itu.
“Pertama-tama, kita harus membuka jendelanya agar udara luar bisa masuk.”
Cynthia akan segera membuka jendela, namun Rukaf dengan cekatan mencegatnya.
“Tunggu, Dokter. Bukankah sakit anak saya akan bertambah parah jikalau terkena udara luar?”
Menanggapi pertanyaan Rukaf itu, Cynthia menggelengkan kepalanya seraya tersenyum.
“Bukan udara luar yang menyebabkan peradangan pada kulit penderita sindrom laba-laba melainkan air keringat yang mengandung mineral berunsur besi. Justru udara luar akan mendukung penyembuhan Gita. Ah…”
Sang dokter kemudian terlihat mengacak-acak tas besar yang dia bawa bersamanya lantas mengeluarkan sebuah objek menyerupai tisu basah.
“Ini adalah produk tisu basah yang aku buat khusus bagi penderita penyakit sindrom laba-laba. Untuk mencegah peradangan di kulit pasien akibat keringat, setidaknya ini perlu dilapkan ke badan pasien minimal 3 jam sekali dan juga pastikan agar pasien tidak mengalami keringat berlebih. Ah, apakah ada laboratorium… ah, tidak… maksudku ruangan yang bisa kugunakan untuk meracik ramuan?”
Sang dokter dengan cepat beralih ke mode kerjanya lantas mengeluarkan segala apa yang ada di pikirannya sekaligus.
“Itu ada saja, tapi memangnya apa yang Anda ingin buat?”
“Air biasa mengandung banyak mineral besi. Itulah sebabnya penderita akan mengalami peradangan kulit sehabis mandi. Makanya aku berencana membuat air khusus bebas mineral besi sebagai air mandi Gita.”
Tidak butuh waktu lama bagi Rukaf untuk kagum melihat wanita yang begitu bersinar dengan pekerjaan yang digemarinya itu.
Rupanya ada yang menyadari tatapan sang ayah.
Itu tidak lain adalah Gita sendiri.
Melihat semuanya bisa teratasi dengan baik oleh sang dokter cantik, Rukaf pun mengangguk puas lantas beranjak keluar kamar Gita agar Cynthia bisa dengan lebih mudah melaksanakan treatmentnya.
Sebelum keluar, Rukaf pun memperkenalkan Cynthia Lindberg kepada seseorang.
“Oh iya, Nona Cynthia. Dia adalah Rikha, kepala pelayan kami. Dia juga mahir berbahasa Inggris sehingga jikalau ada apa-apa terkait treatment Gita, konsultasikan saja padanya sebagai penerjemah karena mungkin tidak semua pelayan di kediaman ini bisa berbahasa Inggris.”
Itu adalah Rikha, sang kepala pelayan.
“Anda bisa mengonsultasikan apapun padaku, Nona Dokter.”
Rikha tampak baik di luar, namun di hatinya dia mulai merencanakan berbagai rencana untuk segera mengusir sang dokter dari hidup Gita agar hidup Gita semakin berada pada keputusasaan.
Sayangnya bahkan belum genap 24 jam sejak kedatangan Cynthia Lindberg di kediaman itu, segala treatment yang direncanakannya dengan matang semuanya jadi berantakan perkara rekayasa dari Rikha, sang kepala pelayan.
Tepat di pagi harinya ketika Cynthia akan mengunjungi Gita kembali untuk check-up rutin, apa yang disaksikannya sungguh kejadian yang mengejutkan.
Gita yang tubuhnya tak bisa terkena air biasa perihal penyakitnya, malah dimandikan dengan kain lap yang penuh dengan air hangat yang justru semakin memicu keringat keluar yang mampu memperparah penyakitnya tersebut.
“Hei, kamu! Taruh air hangat itu menjauh dari Gita!”
Cynthia segera berlari menumpahkan baskom yang penuh dengan air hangat yang akan dibasuhkan oleh sang pelayan ke tubuh Gita sebelum semuanya menjadi terlambat.
Namun sayangnya, itu benar-benar telah terlambat.
Radang kulit Gita perihal sindrom laba-laba itu terlanjur memburuk.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments
LISA
Jahat bgt pelayan itu..
2024-05-19
1
Nora Neko
Kok jadi kasian banget sama Gita ya thor?
2023-07-15
3