BAB 3. Pernikahan sebatas di atas kertas.

Tasya menjejakkan kakinya keluar dari dalam mobil, kini matanya langsung disambut bangunan mewah di depannya.

Sebuah rumah yang sangat besar, lebih dari rumah ayahnya, lebih pantas disebut mansion.

Tiba-tiba mendengar suara riang dari arah pintu masuk.

"Wah itu pengantin kita sudah datang."

Dua orang datang menghampiri Tasya, keduanya sudah tidak muda lagi tapi garis tampan dan cantik masih terlihat jelas.

"Wah sayang kamu cantik sekali," ucap wanita baya itu seraya memegang bahunya.

"Saya Mommy-nya Enzo suami kamu, sayang." Lanjut ucap wanita itu.

Kini Tasya mengerti bahwa wanita cantik di depannya itu adalah ibu mertuanya, kini Tasya beralih menatap pria baya di sampingnya.

"Kalo yang ini Daddy-nya Enzo." Wanita itu kembali memperkenalkan.

Tasya mengangguk mengerti.

"Sekarang kita temui Enzo, ya? Dia sudah menunggumu di kamar." Mommy Zelea mengerling ke arah Tasya, membuat Tasya malu.

Mereka bertiga berjalan bersama masuk ke dalam mansion, dengan Zelea di apit di tengah antara Daddy Zeon dan Mommy Zelea.

Sampainya di ruang tamu yang begitu luas di dalamnya, namun sepi hanya beberapa orang yang duduk.

Mungkin pernikahan ini hanya dihadiri keluarga inti pikir Tasya, sembari terus melangkah mengikuti Mommy Zelea.

Tasya memandangi ruangan mansion ini yang dihiasi bunga-bunga, bahkan kelopak mawar bertebaran di lantai.

Penyambutannya memang tidak mewah tapi mengesan hati, Tasya tersenyum.

Tidak terasa kini sudah berdiri di depan pintu kamar Enzo.

"Sayang, masuklah." Mommy Zelea memerintahkannya.

Namun Tasya malah menunduk dalam dan tidak segera membuka pintu, Mommy Zelea yang melihat aura ketakutan di wajah Tasya yang menunduk itu, membuatnya menarik garis bibir hingga tersenyum manis.

"Tidak perlu khawatir, di dalam sana adalah suami kamu, bukan penjahat." Mommy Zelea meyakinkan seolah tahu ayang ada di pikiran Tasya.

Ahirnya Mommy Zelea yang membuka pintu, Tasya mengangkat kepalanya menatap Mommy Zelea.

Mommy Zelea mengangguk bertanda Tasya boleh masuk.

Tasya menghela nafas panjang, dengan membaca doa kebaikan dalam hati Tasya ahirnya melangkahkan kakinya masuk ke kamar Enzo.

Pintu kamar langsung kembali ditutup, gelap seketika yang Tasya lihat, tangannya ingin mencoba membuka pintu lagi, namun ternyata dikunci dari luar.

Tasya hanya bisa menghela nafas panjang menyadari terjebak di dalam kamar gelap ini. Tiba-tiba suara pria menghampiri telinganya.

"Kemari."

Tasya segara menoleh dan melihat tepat di atas ranjang, ruangan ini begitu gelap tapi Tasya masih mampu melihat bahwa ada seseorang di atas ranjang sana.

Tiba-tiba jantungnya berdebar-debar.

Waduh gimana ini, batin Tasya.

Dengan segenap keberanian Tasya melangkah mendekati ranjang.

Namun baru saja sampai di samping ranjang, Tasya merasakan tangannya di tarik hingga kini ia berbaring di atas ranjang bersama pria pemilik kamar ini.

Dan Tasya langsung terkejut saat tiba-tiba pria itu menyatukan wajah dengannya, lalu menelusuri leher jenjangnya, hingga membuat Tasya mengeluarkan suara aneh.

Namun Tasya buru-buru menggigit bibirnya, belum siap karena ini sangat cepat baginya, tapi suara protes pria itu kembali Tasya dengar.

"Jangan ditahan," ucap pria itu dengan suara sedikit berat, seraya menunjuk pintu kamar.

Pria itu kembali menelusuri lehernya, dan suara de-sa-han kembali keluar dari mulut Tasya.

Di luar pintu kamar Enzo. Mommy Zelea menempelkan telinganya di pintu. Merasa puas setelah mendengar suara de-sa-han dari dalam.

Sementara itu Daddy Zeon hanya menggelengkan kepala melihat tingkah istrinya.

"Ayo, sayang kita pergi tugasku sudah selesai," ucap Mommy Zelea seraya tertawa kecil. "Memastikan Enzo tidak menolak gadis cantik itu," lanjut ucapnya.

Daddy Zeon lagi-lagi hanya menggelengkan kepala, seraya mengandeng tangan istrinya untuk berjalan menjauh.

Di dalam kamar Enzo.

Lampu di ruang kamar seketika menyala terang, Tasya semakin malu saat mendapati pria berwajah tampan kini sedang di atas tubuhnya, sedang menatap tajam.

"Bantu aku duduk di kursi roda."

Tasya langsung membantu Enzo untuk duduk di kursi roda, Tasya memperhatikan Enzo yang menjalankan kursi roda ke arah meja.

Enzo seperti sedang mengambil sesuatu dari atas meja, kemudian Enzo kembali menjalankan kursi roda ke arah ranjang lagi.

"Baca!" titahnya dingin seraya menyodorkan kertas ke tangan Tasya.

Tasya mulai membaca kertas itu, dan kini ia baru tahu bahwa Enzo juga sama seperti dirinya yang terpaksa menerima perjodohan ini.

"Pernikahan kita tidak lebih hanya di atas kertas!" tegas Enzo lengkap dengan tatapan tajam.

Tasya menghentikan membacanya, hingga kini beradu dengan mata tajam Enzo.

"Tapi di depan Mommy dan Daddy kita harus seperti pasangan bahagia."

"Jangan berharap lebih dari aku, karena aku mau menerima kamu karena sudah bosan mendengar tawaran perjodohan dari kedua orang tuaku."

Karena Mommy dan Daddy menginginkan keturunan juga dari aku, batin Enzo.

Enzo Alexa yang sebenarnya belum siap menikah, selain karena kondisinya yang masih pura-pura lumpuh, ia juga masih ingin fokus mencari musuhnya.

"Kamu mengerti, kan?" Enzo menoleh menatap Tasya, namun Tasya malah tertangkap gelagapan.

"Iya, saya mengerti," ucap Tasya gugup.

"Ta-tapi-,"

"Tidak menerima penolakan!" sergap Enzo dengan tegas dan rahang mengeras, membuat Tasya tidak jadi melanjutkan ucapannya.

Aku keluar dari sangkar buaya malah masuk ke sangkar singa, batin Tasya sembari menghela nafas panjang, mendapati suami yang ternyata sangat pemarah.

Apa lagi baru di hari pertama pernikahan sudah dibentak-bentak. Benar-benar pernikahan jauh dari kata bahagia.

Tasya memandangi kertas perjanjian dan bergantian memandangi wajah tampan Enzo, yang saat ini si empunya sedang fokus dengan ponselnya.

Enzo Alexa, pria muda bergaris wajah tampan, tapi selama satu tahun ini hanya menghabiskan duduk di kursi roda.

Semua berawal sejak kejadian kecelakaan satu tahun lalu, yang hampir merenggut nyawanya dan nyawa sang adik.

Untung keduanya masih terselamatkan, tapi Lala sang adik harus lumpuh, kenyataan pahit yang harus keluarganya tanggung.

Dan sejak saat itu Enzo memutuskan untuk pura-pura lumpuh supaya mengetahui orang yang diam-diam memusuhinya.

Tidak ada satu orang pun yang tahu bahwa sebenarnya Enzo hanya pura-pura lumpuh, bahkan kedua orang tuanya juga tidak tahu, semua ini hanya rencana Enzo sendiri, yang dibantu oleh asistennya.

Dan sejak keputusannya itu Enzo menyelesaikan pekerjaan kantor melalui di mansion.

Terpopuler

Comments

Meliana Siregar

Meliana Siregar

Kapan nikahnya?? Datang dr rumahnya sdh dirias pake baju pengantin, sendirian. Nyampe ke rumah calon suami, dibawa ke kamar Enzo...tau2 sudah jd suami...ANEH!!!! Kpn nikahnya??

2024-02-06

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!