...***...
Raden Abinaya Agra sedang mengambil rumput untuk makanan kuda. Meskipun hanya menggunakan satu tangan?. Ia dapat melakukan itu dengan sangat cepat, karena ia sudah terbiasa untuk melakukan itu semua. Akan tetapi pada saat itu ia dikejutkan dengan suara seseorang yang sangat ia kenali.
"Raden."
Deg!.
Raden Abinaya Agra sempat terpaku sejenak di tempatnya karena ia saat itu berharap seseorang yang memanggilnya adalah orang yang ingin ia lihat selama ini.
"Raden." Ia peluk dengan sangat erat Raden Abinaya Agra dari belakang. "Kenapa Raden melakukan pekerjaan itu?. Ini bukanlah pekerjaan yang harus Raden lakukan." Suaranya terdengar sesegukan.
Raden Abinaya Agra tersenyum kecil, meskipun hatinya terasa sangat sakit, sesak, dan sangat sedih. Ia berusaha untuk menahan perasaan itu agar tidak terlihat lemah.
"Kenapa nimas malah berada di sini?. nanti apa yang akan orang-orang itu lakukan kepada nimas jika melihat nimas bersama saya?. Mereka pasti akan mengadu ke istana." Ada perasaan sesaknya ia rasakan pada saat itu.
"Akan saya bunuh dia, sebelum dia sampai ke istana."
"Nimas jangan melakukan hal-hal yang berbahaya. Saya tidak ingin nimas mengalami kesulitan nantinya."
Pada saat itu mereka tidak dapat lagi menahan perasaan cemas yang ada di dalam diri mereka, serta air mata yang menetes begitu saja.
"Saya harus melakukan itu. Saya tidak tega melihat Raden diperlakukan seperti itu oleh mereka. Mereka berhati binatang, hanya karena Raden keluarga raja yang kejam. Tapi bukan berarti Raden juga merupakan orang yang kejam." Air matanya mengalir begitu saja ketika ia mengatakan kalimat itu. Hatinya benar-benar sangat, sehingga ia tidak dapat lagi menahan dirinya. Mereka saling melepaskan pelukan, saling bertatapan. Melihat air mata yang membasahi pipi mereka, tanda kesedihan telah melanda diri mereka.
"Terima kasih karena nimas selalu baik kepada saya." Raden Abinaya Agra sangat tersentuh dengan kalimat itu.
"Untuk sementara waktu Raden bersabarlah di sini." Ia usap air mata Raden Abinaya Agra dengan pelan. "Saya akan pergi belajar meningkatkan ilmu kanuragan yang lebih tinggi lagi, supaya saya bisa melindungi Raden."
"Nimas jangan terlalu memaksakan diri. Saya masih bisa melindungi diri."
"Tidak, itu masih belum cukup. saya bersumpah akan menjaga Raden dengan sepenuh hati."
Itulah janji Purwati Sadubi saat itu. Janji yang tidak akan pernah ia ingkari di dalam hidupnya, ia pasti akan melindungi orang yang sangat ia cintai.
...***...
Di istana.
Pada saat itu Prabu Sigra Sadubi sedang bersama Senopati Taksa Wursita. Mereka sedang membahas kepergian Purwati Sadubi yang akan mengasah kemampuan ilmu kanuragannya.
"Aku meminta paman Senopati untuk mengawasinya selama berada di sana. Aku takut dia berbohong kepadaku, aku takut dia menyamar menjadi orang lain hanya untuk mendekati budak itu."
"Gusti Prabu tenang saja. Hamba akan mengawasinya dengan."
"Ya, saya mohon bantuannya paman."
"Sandika Gusti Prabu."
"Aku tidak rela jika adikku malah membela keturunan kejam seperti itu. Kita harus menyiksanya terlebih dahulu, sebelum benar-benar kita memberi hukuman mati kepadanya."
"Ya. Hamba mengerti dengan perasaan Gusti prabu yang sangat dendam kepadanya. Kita semua telah kehilangan orang-orang yang kita cintai karena raja kejam itu."
"Ya. Mereka telah membunuh orang-orang yang kita cintai dengan sangat kejam. Maka kita akan membunuh siapa saja yang telah ikut dalam membela raja kejam sebelumnya."
Dendam telah membuncah di dalam hati mereka sehingga mereka tidak memberikan hati kepada Raden Abinaya Agra, satu-satunya keturunan raja yang masih tersisa. Sebelum mereka memberikan hukuman mati kepada Raden Abinaya Agra, mereka akan menyiksa yang terlebih dahulu secara batin.
...***...
Raden Abinaya Agra baru saja kembali dari mencari rumput, ia langsung memasukkan persediaan rumput itu ke dalam kandang kuda.
Duakh!.
"Kegh!."
Tubuh Raden Abinaya Agra pada saat itu terjajar beberapa langkah dan hampir saja tersungkur, jika saja ia tidak menyeimbangkan tubuhnya dengan cepat.
"Ke mana saja kau mencari rumputnya?. Aku telah mengatakan kepadamu agar cepat kembali!."
Deg!.
Raden Abinaya Agrasangat terkejut ketika mendengarkan suara bentakan keras itu. Tentunya ia mengenali suara Gayatri Sadubi yang sangat membenci dirinya.
Duakh!.
Bukan hanya sekali saja tendangan itu mendarat ke tubuhnya. Akan tetapi beberapa tendangan mendarat di tubuhnya sehingga ia merias kesakitan.
"Apakah kau sengaja ingin memancing amarahku?." Teriaknya dengan suara yang sangat keras.
"Oh, Gusti putri. Hamba mohon jangan perlakukan Aden seperti itu." Kebetulan emban Arsih melihat itu, dan ia sangat tidak tega melihat Raden Abinaya Agra yang selalu disiksa oleh Gayatri Sadubi.
"Kau tidak usah membelanya!. Kau akan aku bunuh jika aku berani membelanya!." Itulah ancaman yang layangkan pada saat itu.
"Maafkan hamba Gusti putri. Hambalah yang salah, hukum saja hamba."
"Tentu saja aku akan menghukum kau!." Saat itu suasana hatinya benar-benar dipenuhi oleh kemarahan yang sangat luar biasa.
Suasana hatinya benar-benar sangat panas, sehingga ia tidak memiliki hati nurani untuk menilai itu semua dengan perasaannya sebagai seorang manusia yang memiliki perasaan kepada manusia lainnya.
...***...
Purwati Sadubi saat itu hendak meninggalkan kota raja. Suasana hatinya saat itu sedang bergemuruh, ia sangat cemas meninggalkan kota raja.
"Nimas. Apakah nimas telah siap?."
"Ya, tentu saja paman."
"Kalau begitu masuk lah ke dalam bedati. kita harus segera berangkat supaya tidak bermalam di hutan."
"Baiklah pakan." Pada saat itu ia hanya mencoba untuk tersenyum. Walaupun sebenarnya hatinya sangat sakit untuk meninggalkan kota raja. "Raden, aku bersumpah akan belajar dengan sungguh-sungguh. Suatu saat nanti aku akan kembali dengan kekuatan baru. Aku bersumpah akan menggunakan kekuatan ini untuk melindungimu Raden." Itulah tujuannya belajar ilmu kanuragan.
Sementara itu Raden Abinaya Agra yang saat itu sedang merapikan semua gudang bahan makanan. Karena di sana banyak bahan yang akan digunakan untuk jualan. Bisa dikatakan mereka adalah pedagang makan, walaupun bukan mereka yang menjual itu, tapi ada anak buah lainnya yang akan melakukan pekerjaan itu. Namun saat itu Raden Abinaya Agra sedang memikirkan Purwati Sadubi yang katanya akan pergi meninggalkan kota raja.
"Semoga saja suatu hari nanti kita bisa melakukan hal yang kita inginkan nimas." Hanya itu saja harapan yang ada di dalam hatinya saat itu. Baginya pertemuannya dengan Purwati Sadubi adalah sebuah keajaiban yang patutnya syukuri. Karena wanita itu memiliki hati yang sangat lembut meskipun ia adalah keturunan raja yang kejam menurut mereka semua. "Aku pasti akan selalu menunggu kepulanganmu." Dalam hatinya mencoba untuk tersenyum, dan melupakan kesedihan yang melanda hidupnya. Apakah ia bisa bertahan?. Temukan jawabannya.
...***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments