" Halo Nela..ada apa ? " Darwys mengangkat telepon dari asisten Sarah.
" Tuan, maaf mengganggu. Non Sarah tiba tiba mengurung diri dikamarnya " suara cemas Nela di seberang telepon. Seketika Darwys menghentikan pekerjaannya "Kenapa? Kok bisa? "
"Tidak tahu tuan, Non Sarah tadi pamit ikut makan siang bersama nyoya. Setelah selesai Non Sarah mengurung diri. "
"Ya sudah biar nanti saya yang bujuk Nel. "Dengan buru buru Darwys segera bertolak dari tempat kerjanya.
"Sarah buka pintunya, ini Mas. " Darwys mengetuk pintu kamar Sarah. Darwys masih menggunakan setelan lengkap langsung menemui Sarah.
CEKLEK!
Suara pintu dibuka.
"Ada apa Sarah? Kenapa sampai mengurung diri? " Tanya Darwys cemas dengan tangan mengecek lengan Sarah seraya melihat barang kesayangannya ada yang lecet atau tidak.
" Masuk dulu Mas aku mau cerita didalam " Sarah mengajak Darwys memasuki kamarnya." Mata kamu, mata kamu bengkak. Kamu menangis ? " Darwys mengamati muka ayu Sarah.
" Gini Mas, ini soal kak Grace. Tadi aku mau makan sama kak Grace, aku cuma ingin dekat dan akrab dengannya "
" Terus? "
" Terus kata kak Grace aku ngganggu dia dan dia mengusir Sarah dari sini. Sarah yang salah sih Mas kenapa harus datang kesini. Kak Grace benar, tolong antar aku pulang ya Mas " Nada suara memelas.
" Jangan bilang begitu Sarah, Mas yang membawamu kesini jadi Mas yang akan tanggung jawab. Biar nanti Grace jadi urusan Mas. " tangan Darwys mengelus punggung tangan sarah meyakinkan atas ucapannya sendiri.
" Dan lagi Sarah minta maaf ya Mas, tadi Sarah bilang ke ka Grace soal Mas selama sebulan tinggal bareng Sarah waktu Mas di desa. Sarah bilang gitu karena tidak Terima sama ucapan ka Grace" Sarah menunduk meneteskan air mata.
" Ucapan apa? Apa yang Grace katakan sampai kamu sedih begini? Bilang sama Mas! " Wajah Darwys merah menahan marah.
" Kak Grace bilang katanya Sarah calon Asisten disini Mas " Air mata semakin membanjiri pipi Sarah.
" Sudah tenang Sarah, tak apa kamu bilang seperti itu. Kenyataannya memang selama sebulan yang mengurus ku hanya kamu. Kamu bukan Asisten kamu bagian dari keluarga ini. Nanti biar Mas yang bicara sama Grace. " Darwys mengelap airmata Sarah.
" Sudah ya jangan menangis lagi. Kita jalan jalan yuk biar sedihnya hilang. Mau?" Tangan kekarnya mengusap bahu Sarah.
" Mau Mas. Kemana? " Mata Sarah kembali cemerlang.
" Rahasia dong. Siap-siap dulu sana, dandan yang cantik " Jari darwis mencubit usil ujung hidung Sarah dan berlalu meninggalkannya di kamar.
Dengan langkah tanpa ragu Darwys memasuki ruang pribadi Grace, berharap dia berada dia di ruangannya.
" Grace!! Grace!! " Suara Darwys meninggi. Suara derap kaki mendekati ruangan itu.
" Tuan,Nyonya sedang ada di dekat kolam " Tia datang memberitahu Darwys.
" Suruh dia datang menemui saya. Saya tunggu sekarang! "
" Baik tuan. "
Tidak lama Grace datang ke ruangannya atas permintaan sang suami. Melihat baju lengan yang terlipat dan berkacak pinggang Grace tau apa yang ia harus katakan.
" Ada apa pah, tumben papah jam segini sudah pulang? " Tanya grace sambil menuangkan air minum untuk Darwys.
" Aku mau bicara soal Sarah. Kamu bicara apa sama Sarah sampai dia nangis gitu hah! "
" Aku hanya menanyakan sampai kapan dia ada dirumah ini. Ada yang salah? Dari awal pun kamu tidak bilang dia siapamu pah " Grace sadar jika Sarah mulai menjadi batu sandungan di kehidupannya.
"Kamu mau tau siapa Sarah? Sarah calon istriku, dia akan menjadi istriku. Kau paham? ".
Bagai disambar petir, hati Grace terasa sangat rapuh. Rumah tangga yang dia bina selama 10 tahun hancur dalam 2 hari. Meski hanya pernikahan bisnis tetapi 10 tahun bukanlah waktu yang sebentar. Embun netranya menetes ke pipinya. Grace lari menuju kamar utama mengunci pintu dari dalam. Membenamkan wajahnya ke bantal. Berdialog dihati mengutarakan semua isi benaknya.
" Ya Tuhan, sakit sekali rasanya mendengar apa yang di ucapkan suamiku. "
" Kurang apa aku ini sampai suamiku memilih wanita lain didepan mata ku sendiri. "
" Apakah karena aku tidak bisa memberikan dia keturunan? "
" Aku harus apa Tuhan. "
" Meski kita dijodohkan oleh bisnis tak di pungkiri mengenalnya dari kecil membuat ku mempunyai rasa sayang "
" Haruskah aku mempertahankan pernikahan ini? "
2 jam Grace menangis mengeluarkan semua butir air di matanya hingga dia bisa berpikir dengan jernih.
" Aku harus kuat, kupastikan dulu perkataan Darwys memang benar. Jika dia hanya main main dengan ucapannya nanti akan jadi keegoisan ku jika aku pergi. "
" Tapi jika Darwys sudah bertekad bulat menikahi gadis itu maka aku yang akan mundur. "
" Oke Grace kamu kuat, kamu wanita kuat. Sudahi sedihmu Grace. "
Dia menyemangati dirinya sendiri. Grace keluar menuju kamar pribadinya, disana sudah tidak ada Darwys. Dia ingin malam ini tidur sendiri di kamarnya.
" Nyonya, mata nyonya bengkak. Nyonya baik baik saja? Saya ambilkan air untuk kompres mata nyonya dulu yah. " Tia tampak cemas dengan majikannya.
" Tidak usah Tia, tolong siapkan air hangat saja. Saya mau langsung mandi agar segar. "
" Nyonya baik baik saja? Saya khawatir setelah dengar tuan bentak nyonya. "
" Saya baik baik saja Tia. Oh ya beritahu Siti tolong bawakan makanan, menangis lama membuatku sedikit lapar. " Grace tersenyum.
" Baik nyonya. "
Setelah membuat Grace menangis Darwys pergi ke kamar pribadi nya, dia baru pertama kali melihat Grace menangis terisak seperti apa yang terjadi sore ini. Waktu menikah bahkan Grace hanya memunculkan air disudut matanya.
" Apa aku keterlaluan? "
" Ah ini keputusanku. Tujuanku membawa Sarah kesini untuk ku nikahi. Aku butuh wanita penurut, manja, dan lemah lembut disisiku. Dan lagi mungkin Sarah bisa memberiku keturunan. "
" Biar bagaimanapun Grace harus menurut karena aku kepala rumah tangga. "
" Kebahagiaan keluarga ini ada di tanganku. "
Isi hati Darwys hanya memberikan ucapan yang membuat dirinya semakin percaya diri atas tindakannya.Teringat dengan janjinya dengan Sarah, Darwys pun kekamar Sarah melewati kamar utama. Terlihat Tia dan siti mengetuk pintu itu tapi tanpa dapat jawaban dari dalam.
" Grace belum keluar? " Tanya Darwys.
" Belum tuan, sudah hampir 2 jam nyonya di dalam tuan. Tuan bantu bujuk nyonya yah. " Tia menjawab sambil memohon.
" Sudah biarkan saja, biarkan dia merenungi kesalahannya terhadap Sarah. "
" Tapi tuan, kalo Nyonya bunuh diri gimana? " Siti menggigiti kuku tangannya membayangkan hal mengerikan itu terjadi kepada majikannya.
" Grace bukan orang seperti itu. Nanti juga dia keluar. Kalian temani dia saja jika sudah keluar. Saya mau pergi dulu dengan Sarah. "
" Baik tuan. " Dua Asisten kompak menjawab.
Darwys pergi meninggalkan dua Asisten pribadi istrinya." Ya Tuhan ingin sekali aku menampar Tuan. Greget sekali aku ini. " Ucap Tia melihat punggung tuanny yang sudah jauh didepan.
" Kalo aku ingin sekali cakar wajah Sarah. Dasar wanita tidak ada harga dirinya. " Siti ikut mengumpat.
Dikamar Sarah." Mas Darwys kemana sih lama banget. Jangan jangan cuma bohongan ngajak aku pergi. " Muka Sarah ditekuk masam karena menunggu Darwys lama.
CEKLEK!
suara pintu dibuka.
" Sarah sudah siap? " Darwys memandang heran penampilan Sarah.
" Sudah, Sarah sudah cantik kan Mas? " Sarah mengibas ngibaskan roknya dan memutar badannya agar Darwys bisa melihat keseluruhan penampilan Sarah.
" Kamu tidak salah pakai baju itu? " Darwys menggeleng kepalanya.
" Kenapa mas, jelek yah bajunya? " Sarah mengibaskan roknya lagi seperti gerakan sayap.
" Bukan jelek, itu gaun Pesta formal. Tidak cocok untuk acara kita saat ini. Nela tidak membantumu menyiapkan baju? " Menatap Nela yang ada di sebrang tempat tidur Sarah.
" Bukan Tuan. Saya sudah mengambilkan beberapa baju yang cocok untuk acara santai, tapi Non bersikeras memilih bajunya sendiri. Maaf tuan. " Nela menunduk.
" Jadi ini tidak cocok Mas ? padahal Sarah belum pernah memakai baju yang bagus seperti ini? " Raut muka Sarah berubah sedih.
" Ganti dulu ya cantik. Nanti kita belanja baju bagus lainya yang baru yang Sarah suka. "
Mata Sarah berbinar dengar akan dibelanjakan baju baru. Darwys teringat Grace yang selalu tampil sempurna dalam kondisi apapun meski dia tidak pernah meminta pendapat Darwys.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments