Rambut Palsu

Suasana dalam ruang kerja tadi menjadi gelap gulita, berhubung Christopher tak memasang jendela kaca di ruangan tersebut. Alhasil, jika tanpa adanya cahaya lampu, maka keadaan pun menjadi pekat sempurna.

“Sialan! Apa yang terjadi?” seru si pemilik suara yang kembali terekam jelas di telinga Elektra. Gadis itu masih dalam kondisi ketakutan dan terpukul, setelah menyaksikan orang tua serta kedua adiknya dibantai secara brutal.

Perlahan, Elektra bergerak mundur. Dia ingat bahwa sang ayah pernah menceritakan satu rahasia tentang terowongan yang tersembunyi. Elektra tahu bahwa pintu menuju terowongan tersebut ada di salah satu dinding ruang kerja itu. Namun, dia tak mengetahui letaknya dengan pasti. Gadis itu terus bergerak mundur dengan perlahan, hingga tiba-tiba ada seseorang yang membekap mulutnya dari belakang.

Elektra terbelalak. Dia berusaha untuk melawan. Namun, kekuatannya tak sebanding dengan seseorang yang menariknya cepat ke dalam dinding yang terbuka. Setelah dinding itu tertutup, lampu kembali menyala.

Kawanan pria bertopeng tadi seketika terkejut, saat mendapati Elektra yang telah menghilang dari tempatnya. “Kurang ajar! Bagaimana mungkin bocah ingusan itu bisa melarikan diri?” gerutunya keras. Dia yang sepertinya merupakan ketua dari kelompok pemberontak tadi, menyuruh yang lainnya untuk menyisir seluruh mansion.

“Anak itu tidak mungkin dapat melarikan diri, Tuan. Mansion ini sudah dikepung dari berbagai sudut. Kalaupun dia berhasil keluar, aku yakin anak buah kita akan langsung menangkapnya,” ujar salah seorang yang masih berada di ruang kerja.

“Ya, kau benar. Kita tunggu saja. Sebentar lagi, Christopher Hagen dan keluarganya hanya akan menjadi cerita kelam dari kisah Organisasi Lima Bangsawan.” Pria itu tertawa puas, setelah melihat mayat Christopher beserta istri dan kedua putranya yang mengenaskan.

“Lalu, kita apakan orang ini?” tanya pria satu lagi, sambil menyepak tubuh Cornelius.

“Satukan saja dengan mayat-mayat itu,” titah si pria yang tadi menghabisi Christopher dan keluarganya.

***

Sementara itu, Elektra terus berontak ketika seorang pria memanggulnya menyusuri terowongan. Suasana yang teramat gelap, membuat Elektra tak mengetahui siapa yang telah menculiknya. Namun, pada akhirnya gadis itu pasrah. Lagi pula, orang tua serta kedua adiknya telah tewas mengenaskan.

Elektra yang lelah berontak, perlahan mulai tenang. Dia juga tak mengatakan apapun. Saat itu, dia hanya merasakan guncangan pelan dari tubuh orang yang memanggulnya.

Beberapa saat kemudian, setitik cahaya muncul dan menyambut mereka. “Kita sudah berada di ujung terowongan, Nona muda,” ucap seorang pria yang membawa Elektra.

“James?” Elektra menyebutkan satu nama.

“Ya, Nona. Ini aku.” Pria bernama James tadi menurunkan Elektra. “Astaga, kupikir aku tak akan kuat membawamu seperti tadi,” ujarnya seraya meregangkan badan. Namun, James harus kembali mengerahkan tenaga, saat menahan tubuh Elektra yang tiba-tiba menghambur ke dalam pelukannya.

“Terima kasih, James,” ucap Elektra sambil terisak. “Ayah, ibu, serta kedua adikku sudah tewas terbunuh.” Elektra membenamkan wajahnya di dekat dada James yang seketika terpaku.

“Maaf, Nona. Aku terlambat menyelamatkan tuan dan nyonya serta kedua adikmu. Aku harus mencari celah, lalu menyusuri terowongan panjang ini agar bisa tiba di ruang kerja Tuan Christopher,” sesal James. “Namun, syukurlah karena aku masih sempat membawamu kemari.”

Elektra tidak menjawab. Dia terus menangis, meratapi nasibnya yang menjadi yatim piatu dan sebatang kara dalam waktu bersamaan. Padahal, malam ini dirinya akan mengadakan pesta ulang tahun ke-13.

James Wilson. Dia merupakan pengawal pribadi Christopher. Pria asal Inggris tersebut sudah mengabdi sangat lama kepada Keluarga Hagen. James begitu loyal terhadap tuannya. Dia akan melakukan apapun, demi menjaga keselamatan sang majikan. Namun, kali ini dirinya tak dapat berbuat banyak.

“Kita harus segera pergi dari sini, Nona. Orang-orang bertopeng itu sudah mengepung seluruh mansion. Tak aman jika kita berlama-lama di tempat ini,” ucap James, saat Elektra telah mengurai pelukannya.

“Lalu, kita akan ke mana?” tanya Elektra.

“Ayo, ikutlah denganku. Aku akan membawamu dari sini,” ajaknya. Dia menuntun pergelangan tangan gadis itu keluar dari terowongan. Sebuah tempat yang terlihat asing bagi Elektra. Dia tak tahu di mana dirinya kini. Namun, Elektra memercayakan keselamatan sepenuhnya kepada pengawal mendiang sang ayah.

James terus membawa Elektra menyusuri hutan. Cukup lama mereka menyusuri jalanan yang rimbun ditutupi pepohonan. Elektra bahkan merasa bahwa dirinya tetap berada di tempat yang sama, karena di sekelilingnya hanya ada pepohonan. Akan tetapi, James sepertinya sudah sangat hafal dengan jalan yang akan mereka lalui.

Hampir satu jam mereka berjalan menyusuri hutan tadi. Kini, keduanya telah tiba di pinggiran kota. James berjalan semakin cepat membawa Elektra ke sebuah penginapan sederhana. Setelah memesan satu kamar, dia langsung mengajak gadis itu ke sana.

“Dengarkan aku, Nona. Irlandia bukan lagi tempat yang aman bagimu. Kita tidak tahu siapa mereka dan apa tujuannya melakukan ini. Aku telah gagal dalam melaksanakan tugas menjaga Tuan Christopher dan Nyonya Margareth. Namun, aku akan melakukan segala cara agar kau tetap hidup.”

“Aku sangat takut, James. Orang-orang itu memukuli Paman Cornelius hingga tubuhnya berdarah dan tak sadarkan diri. Setelah itu, mereka menembaki keluargaku. Mereka juga berniat untuk membunuhku.” Elektra kembali menangis, saat teringat akan kejadian mengerikan yang telah menimpanya.

“Karena itulah, Nona. Aku yakin bahwa mereka masih memburumu. Aku harus memikirkan cara untuk membawa kau keluar dari negara ini dengan aman.” James mengembuskan napas berat. Dia lalu duduk di sebelah Elektra. Pria itu tampak berpikir keras.

Sesaat kemudian, James beranjak dari duduknya. Dia menoleh sesaat kepada Elektra yang masih duduk termenung. “Tunggulah di sini. Jangan buka pintu untuk siapa pun selagi aku pergi. Jika kau merasa ada sesuatu yang aneh, bersembunyilah di bawah ranjang, di dalam lemari, atau ….” James mengeluarkan pistol dari belakang pinggangnya. Dia menurunkan tubuh di hadapan Elektra. “Pegang ini. Jangan takut untuk menarik pelatuknya andai kau merasa terancam. Kau adalah pemanah hebat, dan pasti bisa membidik sasaran dengan tepat.”

James memberikan pistol tadi langsung ke tangan Elektra yang hanya terpaku menatapnya. Seumur hidup, gadis itu tak pernah memegang senjata selain perlengkapan untuk olahraga memanah. Seusai berpesan demikian, pria berusia empat puluh lima tahun tersebut keluar dari kamar. Dia menguncinya dari luar.

Setelah James pergi, Elektra segera beranjak ke dekat pintu. Dia mengunci pintu dari dalam. Gadis itu juga memeriksa jendela. Elektra dapat bernapas lega, ketika semua sudah dirasa aman. Kini, dia duduk di sudut ruangan sambil terus memegangi pistol yang James berikan padanya.

Hingga dua jam berlalu James belum juga kembali. Elektra bahkan sempat tertidur beberapa saat, sampai dirinya tiba-tiba terbangun setelah mendengar suara gagang pintu yang dipaksa berputar. Elektra langsung bangkit, lalu mendekat ke pintu.

“Nona, ini aku.” Suara James terdengar tidak terlalu nyaring.

Elektra akhirnya dapat bernapas lega. Dia segera membuka kunci slot, sehingga James dapat masuk. Pria itu kembali ke penginapan sambil membawa dua paper bag.

“Apa itu?” tanya Elektra penasaran.

“Duduklah.” James mengarahkan agar Elektra duduk di tepian tempat tidur. Dia mengeluarkan pakaian baru. Pria itu juga mengeluarkan rambut palsu berwarna gelap. “Aku tadi berkonsultasi dengan seseorang di salon. Dia menjelaskan cara memasang rambut palsu seperti ini,” ucap sang pengawal.

“Maaf, Nona. Aku harus melakukan ini,” ucap James. Tanpa meminta persetujuan Elektra, dia langsung mengikat rambut pirang gadis itu. Rambut panjang sebatas punggung tadi digulung rapi, lalu ditutupi dengan harnet. Setelah seluruh rambut asli Elektra tertutup sempurna, barulah James memasangkan rambut palsu tadi.

James begitu cekatan melakukan hal itu. Dia yang terbiasa memegang pistol, kali ini harus melakukan sesuatu yang tak pernah dirinya bayangkan. “Gantilah pakaianmu, Nona,” suruhnya setelah merapikan rambut palsu Elektra.

Tanpa banyak membantah, gadis itu menurut. Dia masuk ke kamar mandi, lalu berganti pakaian di sana. Beberapa saat kemudian, Elektra keluar dengan penampilan barunya. Gadis itu mengenakan midi dress floral sederhana dengan stoking hitam.

“Apakah aku terlihat aneh?” tanya Elektra. Dia tak terbiasa berpenampilan demikian. Elektra selalu mengenakan pakaian modis, bermerk ternama, dan tentu saja mahal.

“Jangan pikirkan itu, Nona. Kau tetap terlihat cantik. Lihatlah, dirimu sangat berbeda dengan rambut gelap,” sanjung James diiringi senyuman lembut. Sesaat kemudian, pria itu kembali terlihat serius. “Maaf jika kau merasa lelah. Akan tetapi, kita harus kembali bergerak malam ini,” ucapnya.

“Kau akan membawaku ke mana, James?” tanya Elektra lagi.

“Kita akan ke perbatasan. Aku akan membawamu ke tempat yang jauh lebih aman. Ke kampung halamanku di Salisbury, Inggris,” jawab James yakin.

Terpopuler

Comments

StrawCakes🍰

StrawCakes🍰

apa dia Mr. QJ?

2023-06-21

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!