Setelah membersihkan diri dan berwudlu, Ardi melangkahkan kakinya keluar dari kamar mandi mandi dan dia melangkahkan kaki menuju ke lemari pakaiannya.
Ardi melihat ke arah Ira yang duduk di lantai dan memperhatikan dirinya yang sedang mengambil sarung dan sajadah.
"Kamu sedang apa? sana lakukan tugas kamu sebagai seorang istri! masak kek, bersih-bersih villa kek! bukannya bengong begitu!" seru Ardi dengan ketusnya.
"Oh, i..iya suamiku!" balas Ira yang kemudian bangkit dari duduknya dan melangkahkan kaki keluar dari kamar.
Setelah melihat istrinya keluar dari kamarnya, Ardi segera menunaikan sholat Subuh.
Sementara itu Ira melangkahkan kaki menuju ke dapur, seraya melihat kondisi ruangan yang dia lewati. Dimana ruangan yang dia lewati itu dipenuhi barang-barang antik yang tentunya harganya sangat mahal.
Akhirnya Ira sampai juga di dapur yang lumayan besar itu, tapi dia sangat heran dengan kondisi dapur. Dimana tak ada kompor elpiji maupun kompor minyak tanah.
"I...ini bagaimana aku akan memasak? jika tak ada kompur elpiji dan peralatan lainnya?" gumam dalam hati Ira yang menebarkan pandangannya ke setiap sudut ruangan dapur itu.
"Duh, minimal ada magic com dan dispenser gitu kek!" gerutu Ira dengan mendengus kesal.
Tiba-tiba dia melihat ada bagian dapur lain di samping ruangan dapur yang sebelumnya dia lihat. Ruangan itu berdindingkan anyaman bambu dan banyak kayu bakar disudut ruangan itu serta ditengah-tengahnya ada tungku kayu bakar.
"Hah, adanya ini ya? aku melihat tungku seperti ini saat masih kecil di rumah kakek dan nenek di kampung." gumam dalam hati Ira yang pandangannya seperti mencari sesuatu.
Akhirnya dia menemukan apa yang dia cari, yaitu panci kecil untuk menanak nasi. Kemudian Ira melangkahkan kaki ke tempat penyimpanan air yang terbuat dari tanah liat, dan dia mengambil air dengan gayung dan menuangkannya ke dalam panci sesuai takaran beras yang akan dia masak.
Kemudian Ira meletakkan panci yang telah berisi air itu ke atas tungku dan dia mengambil beberapa batang kayu bakar yang kemudian dia masukkan ke mulut tungku.
"Kenapa tak ada minyak tanah atau apa kek yang bisa untuk membakar kayu ini?" gumam Ira yang menebarkan pandangannya ke tiap sudut ruangan dapur itu.
Ira melihat adanya beberapa kantong plastik dan juga korek batang, kemudian dia mengambilnya dan mulai menyalakan korek dan dialirkannya api itu pada kantong plastik itu.
Cukup lama juga Ira membuat api, dan terkadang dia terbatuk-batuk karena bau kantong plastik yang sangat menyengat.
"Huff, akhirnya menyala juga!" seru Ira yang menghembuskan napas lega pada saat melihat api yang mulai membakar kayu yang dia tata di mulut tungku itu.
Kemudian Ira bangkit dari jongkoknya dan kembali menebarkan pandangannya, ada sesuatu yang hendak dia cari.
"Oh, rupanya ada disini!" seru Ira yang mengulas senyumnya saat melihat tempat penyimpanan beras. Ira mengambil bakul yang terbuat dari anyaman bambu dan kemudian mencari tempat dimana adanya air yang tadi dia ambil untuk mencuci beras yang sudah ada dalam bakul.
Ira kemudian mencuci dan kemudian memasukkan beras ke dalam panci, dimana airnya telah mendidih. Perlahan-lahan Ira mengadu-aduk beras yang kini setengah matang, dan dia menggantinya dengan kukusan.
"Yahh, padam!" seru Ira pada saat melihat api yang dia buat telah padam. Ira meniup bara yang ada di dalam tungku.
"Huuuisss... Huuuisss....!"
"Hukk....hukk......!"
Api pun menyala, namun Ira terbatuk-batuk sampai keluar air matanya pada saat abu masuk ke hidungnya.
Ira menyeka air matanya, tanpa sadar dia mencoreng wajahnya dengan tangannya yang hitam karena memegang arang sisa pembakaran sebelumnya.
"Ha ..ha...ha....!"
Terdengar suara gelak tawa dari arah pintu masuk ke ruangan dapur itu.
"Mas Ardi! ngapain ada disini!" seru Ira yang terkejut pada saat mendengar datangnya suara tawa itu.
"Sekarang kau tak ubahnya seperti aku!" seru Ardi Jaya yang melangkahkan kaki dan menghampiri Ira.
Laki-laki itu kemudian memotret wajah Ira yang cemong karena arang yang tanpa sengaja tadi Ira menyeka air matanya.
"Degh...!"
Jantung keduanya seolah berhenti pada saat kedua mata mereka saling beradu, dan dan getaran rasa itu ternyata ada diantara mereka. Namun keduanya berusaha menyembunyikannya.
"Hei, lihat ini!" seru Ardi Jaya seraya menunjukkan ponsel yang telah terpampang wajah Ira yang cemong-cemong itu.
"Ah, hapus mas! aku mohon hapus foto itu!" seru Ira yang berusaha merebut ponsel Ardi Jaya.
"Apa sih! ini mau aku sebarkan ke teman-teman kamu!" goda Ardi Jaya yang menghindari Ira yang terus mengejarnya.
"Mas Ardi, jangan ya! Ira mohon!" seru Ira yang terus mengejar Ardi Jaya yang yang terus menggodanya.
Perebutan ponsel itu berlangsung cukup lama, tiba-tiba hidung mereka mencium bau hangus.
"Eh, bau gosong..!" seru Ira yang mengernyitkan kedua alisnya.
"Hei, kamu kan sedang masak! aku nggak mau ya makan nasi gosong!" seru Ardi jaya yang menatap Ira dengan tajam.
Tanpa menghiraukan laki-laki yang sejak tadi bersamanya, dia melangkah menghampiri tungku dan mengangkat kukusan. Benar saja saat Ira membuka tutup kukusan, bau semerbak sangit tercium dihidungnya.
"Wah, gosong ya!" seru Ardi Jaya yang tersenyum sinis.
"Nggaklah, hanya terlampau matang aja!" balas Ira seraya mengulas senyumnya.
"Terlampau matang-terlampau matang! bahasa apa'an itu!" gerutu Ardi Jaya yang kesal.
"Sudah ke depan sana! Nanti kamu tinggal makan saja kok bawel!" balas gerutu Ira yang mengambil tempat nasi dan memindahkan nasi dari kukusan ke tempat nasi.
"Iya,iya! awas kalau tak enak! nanti malam tidur di kamar mandi!" ancam Ardi Jaya yang kemudian melangkahkan kaki meninggalkan Ira.
"Huh, mengancam terus! apa nggak ada kata mesra buat aku?" gerutu Ira yang mendengus kesal.
Kemudian dia mulai memindahkan nasi dan meletakkan nasi itu ke atas meja makan.
Ira melangkahkan kaki menuju ke lemari es dan melihat apakah ada bahan buat membuat sayur maupun lauk pauknya.
Dan ternyata banyak bahan sayuran yang bisa dia masak. Ira mengambil satu persatu bahan sayuran itu, dan kemudian mulai menyiangi dan memasaknya.
Beberapa menit kemudian semua masakan Ira sudah terhidang diatas meja makan, dan dia menyiapkan minuman dan juga piring untuk makan mereka berdua.
Ira melangkahkan kaki mencari keberadaan Ardi Jaya, namun dia tak menemukannya. Kemudian dia melangkahkan kaki menuju ke kamar dimana semalam dia tidur dan kopernya ada didalamnya.
Setelah mengambil pakaian ganti, handuk dan juga sabun serta odolnya, Ira melangkahkan kaki menuju ke kamar mandi yang ada di sudut kamar itu.
"Aaaaahhh....!"
Ira terkejut pada saat membuka pintu kamar mandi itu.
...~¥~...
...Mohon dukungannya dan terima kasih telah memberikan Like/komentar/rate 5/gift maupun votenya untuk novel Sangkar Emas Suami Buruk Rupa ini....
...Semoga sehat selalu dan dalam Lindungan Allah Subhana wa Ta'alla....
...Aamiin Ya Robbal Alaamiin....
...Terima kasih...
...Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
Putri Minwa
👍👍👍
2023-07-24
0
Julianso
Like, rate, gift buatmu Thor👍🥰
2023-06-25
5
WiraBP
semangat buat karya barunya kak author! 👍💪
2023-06-13
2