Mimpi Buruk

Sudah hampir dua bulan sejak kematian Arya, namun Surti belum juga hamil. Aku sangat berharap jika Surti bisa hamil sesegera mungkin.

“Bu.” Panggilku lirih pada wanita yang sangat ku cintai itu.

“Hhhmmm...”jawabnya singkat. Saat itu kami baru saja melakukan sebuah ritual suami istri. Meski Surti terlihat malas, namun ia tak pernah menolak jika ku ajak untuk melakukannya.

“Bagaimana kalau kita punya anak lagi?” Tanyaku. Surti tampak terdiam. Lama sekali ia terdiam dan tak menjawab pertanyaanku.

“Ma-maaf, kalau ucapanku menyinggung perasaanmu. Hanya saja.”

“Ibu juga mau, Pak. Tapi Ibu belum siap.” Jawabnya memotong pembicaraanku.

“Belum siapa apanya, Bu?” tanyaku.

“Rasa kehilangan Ibu terhadap Arya begitu besar. Apalagi anak kita pergi dengan cara yang tiba-tiba dan tak wajar. Itu berat sekali untuk Ibu.” Ucapnya di sela-sela isak tangisnya yang mulai terdengar.

“Tak wajar bagaimana, Bu?” tanyaku memastikan kecurigaan Surti.

“Kata beberapa orang tetangga kita, Arya meninggal karena menjadi tumbal.” Ucapnya sambil menatapku tajam. Aku yang di tatapnya dengan tiba-tiba menjadi salah tingkah.

“Tu-tumbal apa?” tanyaku.

Surti menggeleng, ia menarik nafas panjang dan kemudian menghembuskannya kembali dengan kasar.

“Ibu tidak tahu, Pak. Hanya saja, semua ucapan mereka itu membuat Ibu kepikiran terus menerus. Siapa kira-kira yang tega melakukan itu pada anak kita.” Ucapnya dengan suara lirih namun masih terdengar.

“Jangan percaya dengan hal-hal konyol semacam itu, Bu. Arya meninggal karena sudah menjadi jalan takdirnya seperti itu. Kamu jangan terus-terusan meratapi kepergiannya seperti ini. Justru ini akan membuatnya tak tenang di sana.” Bantahku berharap Surti akan kembali tenang.

“Bagaimana Ibu bisa tenang jika setiap malam Ibu bermimpi melihat Arya yang tersiksa, Pak?” ucapnya. Kali ini dengan suara lebih keras.

“Disiksa seperti apa, Bu?” tanyaku.

“Bapak tak ingat? Ibu pernah menceritakan pada Bapak.” Jawabnya terlihat kesal. Aku ingat, hanya saja apakah mimpi seperti itu yang setiap hari Surti lihat?

“Bapak ingat, Bu. Hanya saja, itu hanya sebuah bunga tidur. Tak ada hal semacam itu. Arya sudah tenang di sana. Jangan berpikiran jauh seperti itu.” kilahku.

“Ibu tahu kalau mimpi hanyalah bunga tidur. Tapi mengapa Ibu bermimpi seperti itu setiap hari? Itu seolah menjadi pertanda jika apa yang di katakan oleh mereka benar adanya.” Jawab istriku semakin keras.

“Lalu Bapak harus apa?” tanyaku mulai kesal.

“Sabarlah dulu sampai Ibu siap. Nanti jika sudah merasa siap, kita akan segera memiliki anak lagi.” Ucapnya membuatku frustasi. Bagaimana kalau Surti lama memiliki anak. Sedangkan aku ada batas waktu sampai kapan harus kembali memberikan tumbal selanjutnya. Aku tak mau menjadi tumbal selanjutnya jika aku tak mampu memenuhi persyaratannya. Apalagi kekayaan yang ku dapatkan ini belumlah lama ku nikmati.

“Tapi, Bu. Bapak ingin sekali menimang bayi.” Rengekku seolah memang benar-benar ingin memiliki momongan kembali.

Surti tampak diam. Raut wajahnya menyiratkan kebingungan. Entah apa yang sedang di pikirkannya saat ini.

“Bu.” Panggilku lirih.

“Berikan Ibu waktu untuk berpikir, Pak.” Jawabnya membuatku lesu.

“Ya sudah. Tapi Bapak harap, kita akan segera memiliki anak lagi.” Ucapku berharap Surti akan luluh.

Pagi harinya, Surti tampak diam. Bahkan ia tak sedikit pun menyinggung soal permintaanku semalam. Aku mencoba mendekat, merengkuh tubuhnya yang tampak jauh lebih kurus dari sebelumnya.

“Bu.” Panggilku lirih sambil mencium daun telinga Surti. Aroma wangi sampo dari rambutnya menguar begitu saja, menelusup rongga hidung hingga membuatku kembali terpancing untuk merasakan indahnya surga dunia bersama Surti.

“Pak, Ibu lagi mau masak, nih.” Surti berusaha melepaskan pelukanku. Tapi aku malah semakin menguatkan pelukanku pada tubuhnya.

“Pak.”

“Hhhmmm.. ayolah, Bu. Mumpung Bapak nggak ke tempat pengepulan nih. Bapak masih kangen sama Ibu “ rayuku.

“Tapi, Pak. Ini sudah siang. Lihat, matahari sudah tinggi. Ibu belum masak untuk sarapan kita.” Bantahnya.

“Bapak nggak mau tahu, Bu. Lagi pula Bapak belum lapar. Nanti saja kita makan di luar. Sekalian jalan-jalan.” Rengekku seperti anak kecil yang sedang meminta haknya pada Ibunya.

Surti mendengus kasar. Ku tahu sebenarnya dia agak kesal. Namun bukan Surti namanya jika ia membantah ucapanku. Ia istri yang sangat patuh.

“Baiklah, ayo. Dasar bayi tua.” Ucapnya sambil mencubit pucuk hidungku yang tak begitu mancung. Dengan senyum penuh keberhasilan, aku membawa Surti ke dalam kamar. Berharap kali ini Surti akan benar-benar menuruti kemauanku. Memiliki anak lagi dari benihku yang akan memberikan kekayaan yang jauh lebih melimpah padaku suatu saat.

Akhirnya, aku mendapatkan apa yang aku mau. Setelah pergumulan panjang, akhirnya Surti terlelap di samping tubuhku yang tertutup selimut separuhnya. Ia tampak kelelahan. Meski tampak kurus, namun wajah cantiknya masih selalu terpampang di sana.

“Semoga kali ini kamu akan segera hamil, Bu.” bisikku di dekat telinganya.

Ku tinggalkan Surti seorang diri. Bergegas aku ke belakang untuk membersihkan diri. Merapikan rumah yang belum sempat di kerjakan oleh istriku dan bersiap-siap untuk mengajaknya keluar.

"Pak." panggilnya dengan wajah ayunya.

"Sudah bangun, Bu? Ayo cepat mandi, kita jalan-jalan keluar." ajakku dengan lembut. Surti mengangguk dan bergegas menghilang di balik kamar mandi. Tak berselang lama, ia kembali muncul dengan wajah segar dan aroma wangi sabun yang menguar memenuhi indra penciumanku.

"Bapak tunggu depan, ya, Bu." ucapku yang hanya di jawab dengan anggukan kepala olehnya.

Aku memilih untuk melanjutkan jalan-jalan setelah mengisi perut. Membahagiakan Surti adalah niatku saat ini.

"Kita mau kemana, Pak?" tanyanya dengan wajah bingung.

"Tunggu saja, kamu pasti suka, Bu." jawabku dengan tersenyum.

Surti menurut. Ia tak banyak bertanya selama perjalanan. Ia hanya terlihat beberapa kali melihat keluar jendela. Selebihnya ia terlihat fokus pada layar ponselnya.

Aku berhenti di sebuah salon kecantikan terbesar di kotaku. Aku meminta Surti turun lebih dulu, sedangkan aku memilih untuk memarkirkan kendaraan roda empat milikku.

"Ayo." Ku gandeng tangannya untuk masuk ke dalam. Setelah melakukan reservasi, aku memilih untuk menunggu Surti di ruang tunggu. Ku biarkan bidadari ku itu menikmati relaksasi dan juga berbagai perawatan yang akan membuatnya sedikit rileks dan bahagia.

Biasanya Surti akan datang ke salon sendirian. Sedangkan Arya akan ia titipkan padaku. Namun kali ini, aku memilih untuk menemaninya. Sekalian aku akan mengajaknya ke sebuah tempat lagi dan berharap kali ini Surti akan menerima tawaranku untuk segera memiliki anak lagi.

Lima jam berlalu, namun belum ada tanda-tanda Surti akan keluar. Aku memilih untuk kembali ke dalam mobil dan menunggunya disana. Memejamkan mata sejenak untuk menghilangkan rasa kantuk yang tak tertahankan.

"Paaakkk... tolong, Paakkk... Sakkiiittt..."

aku tersentak saat sebuah panggilan yang begitu ku kenal memanggil dan meminta tolong ke padaku.

"Ar-Arya..." aku terbangun dengan nafas yang terengah-engah. Rupanya Surti sudah berada di sebelahku. Entah kapan ia masuk ke dalam mobil. Surti terlihat sedih mendengarku memanggil nama Arya. Ia menyeka lembut dahiku yang penuh dengan keringat.

"Bapak mimpi apa?" tanyanya dengan suara perlahan. Aku mengusap wajah kasar. menggeleng dengan cepat dan menyalakan mesin kendaraan.

"Nggak, Bu. Mungkin Bapak hanya lelah saja. Bapak mimpi bertemu anak kita." jawabku dengan suara tak kalah lirih.

"Apa Arya meminta tolong juga sama Bapak?" pertanyaan Surti berhasil membuatku terdiam sejenak. Bagaimana dia tahu isi mimpiku.

Terpopuler

Comments

FiaNasa

FiaNasa

smoga Surti gak hamil.lagi kasian

2024-01-24

0

Ai Emy Ningrum

Ai Emy Ningrum

Bapak nya pura2 bego ,sok polos, pengen menimang bayi 😒 padahal dia sendiri yg mnumbalkan Arya 😔 semoga buk Surti ga jd hamil ,iissshh jahat ya doa ku 😏😏

2023-07-06

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!