[MCP] CHAPTER 3

"Zefa, kamu mau ikut makan siang sama saya?". Tanya Choi Sajang membuat Zefa berpikir sesaat.

Lirikan mata Choi Woo Shik Sajangnim juga senyuman para rekan bisnisnya secara tiba-tiba membuat Zefa terdiam dan terlihat gugup bahkan hampir berkeringat dingin.

"Eee, terimakasih Sajangnim. Tapi saya makan di luar aja". Sahut Zefa sedikit kikuk.

"Ok. Stand by handphone, nanti saya kabari kamu". Jelas Choi Sajang kemudian melangkah pergi bersama rekan-rekan bisnisnya.

Setelah bosnya melenggang pergi, ia pun berjalan menuju lobby utama perusahaan yang menjadi tempat di adakannya meeting pagi ini. Ia masih berpikir apa yang akan ia makan untuk siang ini.

"Ngopi aja kali ya, enggak laper juga gue. Tapi nanti kalau enggak makan, takutnya Sajangnim ada perintah lain buat gue terus jadi enggak sempat makan. Gimana ya?". Zefa bertanya pada dirinya sendiri.

"Tapi gue beneran enggak laper". Sambungnya.

"Ya udah lah ngopi aja, biar seger terus mata gue biar bisa tetap fokus meskipun Sajangnim selalu kasih percikan tipis yang selalu bikin hati jadi kacau dan hilang konsentrasi". Gumamnya kemudian kembali berjalan sambil melihat-lihat sekeliling, mencari cafe yang tidak terlalu ramai.

"Americano iced sama sandwich telur". Ucap Zefa kepada pelayan cafe.

"Terimakasih". Seru pelayan cafe tersebut setelah Zefa menyelesaikan pembayaran.

Zefa berjalan ke arah kursi yang kosong di dekat jendela cafe tersebut. Memandangi jalan utama yang ramai dengan kendaraan yang berlalu lalang sambil menunggu pesanannya datang.

Yang di nanti akhirnya tiba, Zefa segera menyeruput Americano Ice yang jadi salah satu minuman favoritnya, lalu memecah belah sandwich itu dengan gigitan lembutnya.

Getaran ponselnya sangat mengganggu, padahal baru saja satu gigitan. Dengan cepat Zefa mengecek ponselnya, itu pasti dari Choi Woo Shik Sajangnim.

Pesan [Nayra Comel]

...

N : Zep, lo lagi di luar kan? Gue titip americano dong.

N : Eh sama bolognese deh.

N : Atau kentang saus keju juga boleh.

N : Seblak boleh deh Zep, seblak enggak apa-apa.

Z : Enggak jelas lo ah, pusing gue!

Z : Enggak lucu juga kan kalau gue bilang, Sajangnim boleh mampir bentar enggak, saya mau beli seblak.

Z : Enggak lucu Nay, sumpah.

N : Ngakak si, asli.

N : Tapi laper gue, banyak kerjaan enggak bisa keluar kantor. Sibuk banget!.

Z : Gaptek deh! Beli aja pake food driver, nunggu gue mah kelamaan, enggak tahu juga sampai jam berapa.

N : Habis meeting manci bareng ya? Cie.

Z : Manci apaan lagi?.

N : Makan ciang, iya kan makan siang bareng Sajangnim? Cie.

Z : Si aneh! Gue sendirian di cafe, Sajangnim lagi makan siang sama klien.

N : Sad ending! Kasihan banget Zepa, di telantarkan.

Z : Berisik! Bye!.

...

"Cantik cantik error banget si Nayra, belum aja gue berdoa biar tuhan balikin dia ke setelan pabrik!". Gumam Zefa setelah meletakkan ponselnya dan kembali menyantap sandwich.

"Kirain Sajangnim, ganggu gue aja lo Nay".

Baru saja di taruhnya diatas meja, ponsel itu kembali bergetar.

"Apa lagi si Comel!". Ucapnya seraya mengambil ponsel dan membaca pesan yang baru saja masuk.

"Eh". Ucapnya.

Pesan [Choi Sajang]

...

C : Zefa, kamu dimana? Sayang tunggu di pintu keluar ya.

C : Duh, maaf Zefa saya salah ketik. Maksudnya, saya tunggu di pintu keluar.

...

Pandangannya terpaku hatinya berdebar tidak karuan. Tangannya seketika lemas setelah membaca pesan dari Choi Woo Shik Sajangnim. Ia mengacak acak rambutnya sambil bergumam.

"Aahh, ini apa lagi sih? Salah ketik masa kayak gini? Aneh enggak sih? Masa candaan orang Korea sama sih kayak candaan orang Indonesia". Gumam Zefa seraya berbisik pada dirinya sendiri sambil menepuk nepuk keningnya.

"Gue balas apa nih? Apa enggak usah gue balas aja kali ya, gue langsung kesana? Tapi enggak sopan dong gue jadinya, ih sebel deh baru dua hari kerja gue udah dibikin kacau kayak gini". Sambungnya lagi sambil menaruh ponsel ditasnya lalu berjalan pergi meninggalkan cafe.

Dari jauh terlihat mobil Choi Woo Shik Sajangnim sudah berada di dekat pos security halaman perusahaan tersebut. Langkahnya semakin dekat dan deguban jantungnya pun semakin kuat.

"Sial, kenapa jadi kayak gini sih". Gumam Zefa dalam hatinya.

Choi Woo Shik Sajangnim membuka jendela mobil sambil tersenyum.

"Ayo". Ucapnya dengan tatapan ringan namun mampu menggetarkan hati.

Zefa pun menuruti perintah bosnya. Seat belt sudah terpasang dan Zefa masih terlihat gugup sambil menggigit bibirnya juga ia tidak berani menengok ke arah Choi Woo Shik Sajangnim.

"Zefa". Panggil Choi Sajang.

"Iya Sajangnim?". Sahut Zefa dengan senyum tipis.

"Saya mau minta maaf soal tadi. Saya benar-benar salah ketik Zefa, tidak ada maksud apa pun. Sekali lagi saya minta maaf". Jelas Choi Sajang sambil tersenyum lalu menghidupkan mesin mobilnya.

"Iya Sajangnim, enggak apa-apa kok". Sahut Zefa membalas senyum bosnya.

"Cepat hapus pesan yang tadi, nanti kalau tiba-tiba pacar kamu baca dia bisa salah paham". Ucap Choi Sajang saat mobilnya mulai melaju.

"Iya Sajangnim. Lagi pula saya enggak punya pacar, jadi sekali pun lupa di hapus, tetap aman". Zefa mulai terlihat lebih lega tidak seperti sebelumnya, sangat gugup.

"Oh ok". Sahut Choi Sajang singkat.

Mobil tersebut melaju lebih cepat dengan harapan agar bisa cepat sampai di kantor, karena masih ada pekerjaan lain yang menunggu baik bagi sang bos maupun Zefa.

Keheningan kembali tercipta di mobil itu, mereka saling diam dan tidak ada satu kata pun yang terucap. Entahlah, mungkin karena mereka baru dua hari bertemu dan belum mendapatkan chemistry sebagai bos dan sekertarisnya.

Beberapa saat kemudian mereka tiba di kantor dan memulai kesibukkannya masing-masing.

Waktu terasa begitu cepat berlalu, tibalah bagi Zefa untuk pulang kembali ke rumah. Hari keduanya bekerja terselesaikan dengan baik dan tanpa masalah sedikit pun, hanya saja hatinya menjadi lebih sering mendapat serangan mendadak karena sikap Choi Woo Shik Sajangnim.

Dengan sikap sang bos yang sering kali membuatnya dag dig dug, sebagai sekertaris ia ingin sekali bersikap biasa saja. Namun Zefa tetaplah seorang wanita yang mana ia bisa merasakan getaran dari setiap tindakan Choi Woo Shik Sajangnim.

Zefa tiba di rumah dengan aman bersama Nayra si driver pribadinya. Ia pun segera berganti pakaian lalu membaringkan tubuhnya untuk melepas lelah. Dan tidak terasa kantuk menyerang hingga Zefa pun tertidur.

...****************...

"Gimana sekertaris baru kamu?".

Tanya orang tua dari Choi Woo Shik yang saat itu mereka sedang berada di ruang makan, menyantap sarapan pagi bersama dengan keluarga, meski tidak ada sang adik sebagai pelengkap keluarganya.

"Meskipun enggak ada pengalaman tapi cara dia bekerja sangat rapih". Sahut Choi Woo Shik sambil mengunyah makanan.

"Kamu gimana sih, pilih sekertaris yang enggak ada pengalamannya. Harusnya kan utamain pengalaman!". Celetuk sang kakak yang terkenal jutek dan ketus.

"Ya biar saja itu semua demi kenyamanan Woo Shik. Kalau dia nyaman dengan sekertaris barunya, kinerja adikmu juga pasti akan jadi jauh lebih baik". Sahut sang Ayah membela putra kesayangannya.

"Woo Shik juga enggak akan mungkin pilih dia secara asal. Pasti ada alasan kenapa Woo Shik memilihnya". Sambung sang Ayah kesal.

"Ya tetap aja namanya pengalaman itu yang selalu di utamakan. Buat apa cantik kalau enggak bisa kerja? Malah bikin kacau pekerjaan yang ada!". Ucap kakak Choi Woo Shik .

"Sudah sudah! Aku udah selesai, mau langsung berangkat. Eomma, Appa. Na ganda!". Choi Woo Shik yang kesal dengan sang kakak memutuskan untuk segera pergi ke kantor. Ia takut terpancing emosinya dan tidak ingin ada keributan di pagi hari.

Ya! Choi Soo Young, sang kakak yang memiliki sifat jutek ketus dan sangat sensitif. Ia kerap kali mengomentari atau protes tentang segala hal yang tidak ia suka. Entah gen mana yang mengalir di darahnya, hingga membuatnya terlihat berbeda sendiri.

Choi Woo Shik bergegas menghidupkan mesin mobilnya dan menancap gas menuju kantor, alih-alih berada di rumah bersama sang kakak hanya membuat moodnya hancur.

"Zefa jelas berbakat, dan gue enggak asal pilih dia buat jadi sekertaris. Banyak hal yang harus gue pertimbangkan terlebih dulu sebelum akhirnya gue minta Zefa buat jadi sekertaris gue!". Choi Woo Shik bergumam sepanjang perjalanan.

"Dia tahu apa! Dia cuma bisa komentar enggak jelas, bikin bad mood! Andai ada Tae Hyung, dia pasti bisa melawan Nuna". Sambungnya sambil mempercepat laju mobil.

...****************...

Pagi ini Zefa terlihat sedang meregangkan tubuhnya termasuk jari jemarinya bersiap untuk mengerjakan pekerjaannya hari ini. Layar monitor yang sudah menyala menjadi titik fokusnya kali ini.

Saat Zefa sedang pemanasan tiba-tiba Choi Woo Shik Sajangnim datang sambil menebar senyum kepadanya.

"Selamat pagi Zefa!".

Choi Sajang menyapanya dan sontak Zefa pun terkejut dan merubah posisinya menjadi sikap sempurna. Choi Sajang tertawa tipis.

"Eehh... selamat pagi Sajangnim". Zefa tersenyum dan juga menahan malu.

Choi Woo Shik Sajangnim berlalu meninggalkannya sambil tersenyum. Zefa menghela nafas panjang setelah pintu ruangan Choi Sajang tertutup. Ia pun kembali ke tempat duduknya.

"Malu banget gue asli. Aneh-aneh aja nih si Zefa! Pagi-pagi udah bikin malu". Gumamnya kepada diri sendiri lalu memulai pekerjaannya.

Waktu berlalu begitu cepat, jam makan siang telah tiba. Zefa membereskan meja kerjanya dan memasukkan ponsel ke saku outernya.

"Zefa. Ayo ikut saya".

Ucapan Choi Sajang secara tiba-tiba kembali mengejutkan Zefa. Baru saja hendak menemui teman-temannya, lagi lagi ia harus menemani sang bos yang entah kemana tujuannya karena hari ini tidak ada jadwal meeting di mana pun.

Sudah menjadi tugas dan tanggung jawabnya untuk menuruti perintah sang bos. Ia berjalan tepat di belakang Choi Woo Shik Sajangnim. Selama melewati koridor kantor, matanya kembali tertuju pada sekelompok orang yang selalu bergunjing ketika melihatnya berjalan seorang diri maupun bersama Choi Woo Shik Sajangnim.

Tidak diambil pusing, Zefa sama sekali tidak memperdulikan hal itu. Ia tetap fokus pada apa yang sudah menjadi tugasnya dan berusaha untuk tidak terusik sedikit pun.

Zefa dan Choi Woo Shik Sajangnim sudah berada di dalam mobil yang sama. Sejauh ini Zefa tidak tahu sang bos akan membawanya kemana.

"Maaf Sajangnim, kalau boleh tahu kita mau kemana? Hari ini Sajangnim enggak ada jadwal meeting kan?". Zefa memberanikan diri bertanya kepada bosnya.

"Sebentar lagi kita sampai". Sahut Choi Sajang sambil tersenyum.

Zefa hanya mengangguk, tidak puas karena tidak mendapat jawaban dari pertanyaannya.

Dan sampailah mereka di salah satu restauran terfavorit di Jakarta, juga merupakan restauran yang sering di kunjungi Choi Woo Shik Sajangnim.

Mereka kini telah duduk di salah satu meja di ruangan yang mulai ramai di penuhi orang-orang yang akan menyantap makan siang.

"Permisi, ini menunya". Ucap seorang pelayan restauran tersebut yang datang membawa buku menu ke meja mereka.

"Kamu bebas pilih apa saja yang kamu suka". Seru Choi Sajang sambil tersenyum lalu menatap layar ponselnya.

"Ini serius Sajangnim?". Tanya Zefa yang masih ragu untuk memilih menu.

"Hm". Choi Sajang mengangguk.

Zefa pun selesai memilih menu, sekarang giliran Choi Sajang yang menentukan menu makan siangnya. Selesai sudah.

"Sajangim mau ketemu rekan bisnis disini?". Tanya Zefa yang masih penasaran dengan alasan sang bos mengajaknya ke restauran tersebut.

"Saya tidak ada janji temu dengan siapa pun". Sahut Choi Sajang sambil tersenyum dan meletakkan ponselnya di meja.

"Ooh, terus kenapa kita kesini?". Tanya Zefa lagi.

"Anggap saja ini bentuk permintaan maaf saya ke kamu. Karena kemarin kamu harus cari makan siang sendiri". Jelas Choi Sajang menatap Zefa.

"Karena kemarin? Sajangnim, lain kali enggak perlu seperti ini. Saya enggak apa-apa kok, tugas saya kan memang hanya mendampingi Sajangnim. Jadi wajar aja kalau saya makan siang sendiri". Ucap Zefa.

"Tapi saya bukan bos yang seperti itu. Kamu sekertaris saya yang artinya tugas kita juga sama. Tidak ada bedanya kamu sama saya". Jelas Choi Sajang membuat Zefa tersenyum.

"Jadi jangan pernah nolak ya kalau saya ajak kamu makan siang sama saya".

Zefa terdiam hatinya menjadi tidak karuan, lagi. Huh! Kalau setiap hari seperti ini, gimana???

Next chapter >>>

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!