"Zefa...?". Ucapan Choi Sajang menyadarkan Zefa dari lamunannya.
"Hei, kamu kenapa?". Tanyanya.
Zefa terbata bata dan salah tingkah setelah melihat Choi Sajang tersenyum kepadanya.
"Eeh, eng.. enggak Sajangnim, saya enggak kenapa kenapa kok. Maaf saya kurang fokus Sajangnim". Ucap Zefa yang sangat gugup dan juga malu.
"Oh iya, Sajangnim butuh sesuatu?". Sambungnya agak ragu dan takut Choi Sajang akan memarahinya karena ia tidak fokus.
"Astaga Zefa. Enggak usah gugup, saya enggak galak kok. Santai saja ya". Ucap Choi Sajang yang benar-benar sangat santai, berbanding terbalik dengan kebanyakan fakta bahwa setiap bos itu arogan.
"Maaf Sajangnim". Lagi-lagi Zefa berharap sang bos akan memaafkannya.
"Tidak apa, wajar kok. Lagi pula ini hari pertama kamu". Sahut Choi Sajang dengan lembut.
"Tadi saya bilang kalau saya akan makan siang di luar, kamu bisa ikut saya kalau mau?". Sambungnya sambil tersenyum membuat Zefa sedikit lebih lega.
"Oh iya, Eeh... Terimakasih Sajangnim Tapi saya bisa makan siang di kantor". Zefa menolak tawaran Choi Sajang.
"Serius mau makan siang di kantor saja?". Tanya Choi Sajang sekali lagi membuat Zefa semakin tidak karuan.
"Iya Sajangnim lagi pula saya juga butuh adaptasi sama lingkungan baru saya. Jadi saya mau coba keliling kantor untuk lebih dekat dengan perusahaan ini". Sahut Zefa sambil tersenyum meskipun hatinya serasa di aduk-aduk.
"Ok". Seru Choi Sajang sambil tersenyum.
"Kalau begitu saya kembali ke tempat saya. Permisi Sajangnim". Pamit Zefa.
Choi Sajang menganggukan kepala dan masih dengan senyumannya. Zefa melangkah pergi dari ruangan tersebut dengan suasana hati yang kacau.
"Ah apa sih Zefa! Enggak jelas banget lo sumpah, aneh! Bos lo cuma nawarin makan siang bareng aja sampai tremor gini, kacau banget lo Zef! Come on Zefa, itu cuma bentuk formalitas seorang bos ke bawahannya dan Choi Sajang juga pasti ngelakuin hal yang sama ke sekertaris sebelumnya. Ayo lah Zefa".
Zefa bergumam seraya menenangkan hatinya untuk tetap tenang meski sikap sang bos membuatnya gelisah. Sikap Choi Sajang yang sangat humble sudah membuat Zefa tidak karuan sejak hari pertamanya ini.
Zefa mematikan layar monitornya untuk bergegas menemui Nayra yang sudah menunggunya di lobby untuk makan siang. Choi Sajang keluar dari ruangannya sesaat sebelum Zefa berjalan keluar ruangan.
"Saya duluan ya". Choi Sajang tersenyum ke arah Zefa yang sedang merapihkan rambutnya.
"Oh iya Sajangnim, have fun". Sahut Zefa dan Choi Sajang pun berlalu.
Selang beberapa menit kemudian Zefa pun pergi.
"Ah sial ini baru hari pertama tapi gue udah kacau kayak gini. Ternyata gini ya resiko punya bos Korea ganteng". Gumam Zefa sambil berjalan.
Ada satu hal yang mencuri pandangan Zefa selama berjalan menyusuri koridor kantor, beberapa orang yang sedang berukumpul di satu tempat terlihat dengan sangat jelas mereka sedang berbisik sambil matanya terus melirik ke arah Zefa.
Zefa yang merasa tidak mengenal dan tidak memiliki urusan apapun dengan mereka, memilih untuk tetap berlalu tanpa memperdulikan mereka. Zefa berjalan dengan sangat tenang.
"Gimana? Tremor enggak lo? Tremor lah pasti, lo kan suka tuh model modelan oppa Korea kayak Sajangnim". Sambut Nayra kepada Zefa yang masih beberapa langkah lagi menghampirinya.
"Gila, ini hari pertama gue kerja tapi udah kacau banget! Aneh si Zefa". Seru Zefa bergumam untuk dirinya sendiri di hadapan Nayra dan tiga orang teman Nayra.
"Eh maaf, kebiasaan ngomong berdua sama Nayra jadi lupa deh kalau lagi di kantor. Maaf ya". Ucapnya yang tersadar setelah melihat Nayra bersama teman-temannya.
"Enggak apa apa santai aja. Kita satu frekuensi sama Nayra, berarti satu server juga sama lo". Seru Metta yang tingginya setara dengan Zefa.
"Welcome, di kantor yang penuh dengan kejutan". Ucap salah seorang lagi, berbadan putih bersih bernama Araya.
"Penuh kejutan gimana maksudnya?". Tanya Zefa penasaran.
"Ya layaknya di media sosial, disini banyak netizen si maha nyinyir. Hati-hati aja, salah enggak salah mereka selalu punya alasan buat bergunjing". Jelas Araya selalu ketus jika membahas soal si netizen itu.
"Dan mereka selalu asal milih korban, siapa aja di mangsa yang penting mulutnya enggak nganggur". Sahut Imelda yang berdiri tepat di samping Zefa.
"Imel juga pernah jadi korban". Ucap Nayra.
"Oh iya? Tanpa sebab atau karena apa?". Tanya Zefa semakin penasaran.
"Cuma karena gue senyum ke Choi Sajang, gila enggak? Dia kan bos gue, masa gue salah sih nyapa bos sendiri? Gila enggak tuh orang!". Gumam Imelda menjadi emosi sebab teringat lagi dengan kisah absurdnya.
"Udeh ayo ah makan siang, laper gue!". Seru Metta berjalan sambil memegangi perutnya yang sudah lapar.
...****************...
Choi Woo Shik telah memesan kopi di sebuah cafe langganannya, tidak bersama siapa pun. Namun ia menemui si pemilik cafe tersebut, Joddy. Ya, mereka sudah lama saling mengenal, bermula saat mereka bertemu di salah satu tenis academy Korea Selatan dan semakin akrab hingga sekarang.
"Wah kayaknya senang banget nih yang baru aja dapat sekertaris baru". Joddy meledeki Choi Woo Shik sambil membawa makanan.
"Itu pasti, siapa sih yang enggak senang ada yang bantu mempermudah pekerjaan?". Sahut Choi Woo Shik sambil tertawa.
"Ah klasik!". Seru Joddy yang juga tertawa.
"Ya emang kenyataannya gitu, lo juga pasti senang kan kalau ada yang bantu lo selesain pekerjaan? Sama, gue juga". Jelas Choi Woo Shik lalu menyeruput kopi yang masih berasap.
"Lo kosong hari ini?". Tanya Joddy yang juga menyeruput kopinya.
"Hm". Choi Woo Shik hanya menganggukkan kepala.
Saat Joddy bertanya kepadanya, ia jadi teringat dengan satu hal. Ia pun mengambil ponsel di saku jasnya lalu mencari sesuatu.
"Ah sial! Gue enggak punya nomornya". Gumam Choi Woo Shik dalam hatinya.
Setelah beberapa saat berbincang sambil bertukar pikiran dengan temannya, Choi Woo Shik memutuskan untuk kembali ke kantor setelah tegukkan kopi terakhirnya.
Choi Woo Shik menyapa setiap staff yang berpapasan dengannya sambil tersenyum ramah kepada mereka. Tidak jarang pula ia turut nimbrung bersama para staff yang sedang berkumpul atau yang sedang menyantap camilan bersama.
"Semangat ya". Ucapnya sambil berjalan kepada staff yang baru saja berpapasan dengannya.
"Terimakasih Sajangnim". Sahut staff tersebut dan berlalu.
Hingga akhirnya Choi Woo Shik tiba di ruangannya dan menghampiri Zefa yang sedang sibuk menyusun ulang beberapa note penting yang harus ia terapkan selama menjadi sekertaris.
"Zefa". Suara Choi Woo Shik mengalihkan pandangan Zefa.
"Iya Sajangnim?". Ucap Zefa bangkit dari duduknya.
"Simpan nomor kamu ya, biar saya bisa lebih mudah hubungi kamu. Jadi saya tidak perlu kembali kantor lagi seperti sekarang". Perintah Choi Woo Shik seraya memberikan ponselnya kepada Zefa.
"Sudah Sajangnim". Ucap Zefa sambil mengembalikan ponsel tersebut kepada pemiliknya.
"Terimakasih. Kalau begitu saya pamit pulang karena ada janji sama orang tua saya. Fighting Zefa". Seru Choi Woo Shik sambil tersenyum dan berlalu meninggalkan Zefa.
"Zefanya Chayra. It's a beautiful name". Ucap Choi Woo Shik sambil melihat nomor Zefa yang telah tersimpan di ponselnya.
Choi Woo Shik berjalan menuju basemen tempat dimana mobilnya terparkir. Ia tidak memiliki sopir karena lebih senang berkendara sendiri. Mobilnya melaju dan meninggalkan Star's Holding.
...****************...
Pesan [Nomor Tidak Dikenal]
...
Selamat pagi Zefa, tolong siapkan berkas-berkas yang saya perlukan untuk hari ini ya. Saya akan sampai di kantor dalam satu jam.
...
Pagi ini Zefa terlihat masih sangat mengantuk dan sangat sulit membuka matanya. Namun saat ponselnya berdering seketika matanya menjadi segar dan segera mengisi daya ponselnya lalu ia bergegas mandi dan bersiap berangkat ke kantor.
"Udah jelas itu Sajangnim. Ayo Zefa! Ini tugas pertama lo dampingin Sajangnim meeting. Enggak boleh kacau, harus mulus. Fighting!". Gumam Zefa menyemangati dirinya sambil meneteskan serum ke wajahnya yang sudah sangat mulus.
Zefa berdiri di hadapan kaca yang setinggi dirinya, dengan sangat detail memastikan ia sudah rapih dan siap berangkat. Ia menutup pintu kamarnya lalu berjalan menuju ruang makan untuk sarapan terlebih dahulu.
"Ih enak banget lo udah sarapan duluan". Seru Zefa saat tiba di ruang makan dan melihat Nayra yang sudah bergabung bersama keluarganya untuk sarapan.
"Kalah start lo, kelamaan sih bangunnya. Dari pada ayam gorengnya keburu dingin kan, lebih baik segera di nikmati". Ucap Nayra saat kedua tangannya memegang ayam goreng seperti yang ia katakan.
"Bu, tadi Nayra makan sama apa aja? Satu lauk lima ribu, kalau ayam goreng tujuh ribu ya. Di total bu!". Ucap Zefa mengundang tawa keluarganya.
"Engga boleh pelit Zep! Anggap aja ini syukuran atas kenaikan jabatan lo jadi sekertarisnya bos Korea". Ucap Nayra semakin membuat ruangan tersebut ramai.
"Udah cepat habisin, Sajangnim ada meeting hari ini gue harus siapin berkasnya dulu. Setengah jam lagi waktu gue". Ucap Zefa sambil menikmati sarapannya.
Tidak lama kemudian Zefa dan Nayra bergegas berangkat menuju kantor dan mobilnya pun melaju sedikit lebih cepat dari biasanya.
Tibalah Zefa di ruangan Choi Sajang dan mulai mempersiapkan berkas-berkas seperti yang di perintahkan oleh bosnya. Berkas-berkas tersebut kini sudah lengkap, dan Zefa hanya perlu menunggu bos nya datang.
Selagi menunggu Choi Woo Shik Sajangnim, ponselnya berdering dan ia pun menjawabnya. Setelah itu Zefa membawa berkas-berkas tersebut dan berjalan cepat seraya terburu-buru.
"Pagi Sajangnim".
Zefa menyapa Choi Sajang yang sudah menunggunya didalam mobil yang terparkir di halaman kantor. Ya, orang yang menelpon Zefa tadi ialah Choi Sajang.
"Ayo". Ucap Choi Sajang sambil tersenyum lalu menutup jendela mobilnya.
Zefa pun membuka pintu belakang mobil bosnya, tetapi baru saja membuka pintu tersebut Zefa terdiam saat Choi Sajang mentertawainya.
"Ada apa Sajangnim?". Tanya Zefa polos.
"Kamu duduk di depan Zefa. Kalau kamu duduk di belakang, saya jadi terkesan seperti driver kamu". Sahut Choi Sajang yang masih saja tertawa.
Zefa menepuk keningnya sambil bergumam dan menundukkan kepalanya, ia malu dengan sikapnya yang lagi-lagi kacau di hadapan Presdir.
"Benar-benar si Zefa! Lo kacau banget". Gumamnya sambil berjalan kemudian duduk di samping Choi Sajang.
"Maaf Sajangnim, saya enggak bermaksud...".
"Tidak apa-apa, saya tahu kamu cuma takut bersikap tidak sopan ke saya. Santai saja ya". Ucap Choi Sajang dengan suara lembutnya kembali membuat Zefa menjadi tidak karuan.
Suasana hening di mobil tersebut berlangsung selama hampir setengah jam, hingga mereka sampai di tempat tujuan.
Meeting di mulai, dan ini adalah kali pertama Zefa mendampingi Choi Sajang bertemu dan menghadiri pertemuan dengan rekan bisnisnya. Juga menjadi tugas pertama Zefa sebagai sekertaris Choi Woo Shik Sajangnim.
Meeting telah selesai, Choi Woo Shik Sajangnim berjalan beriringan dengan beberapa rekan bisnisnya lalu menghampiri Zefa yang sudah menunggunya.
"Zefa, kamu mau ikut makan siang sama saya?".
Next chapter >>>
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments