DARI SEDAYU ~ JOGJAKARTA, yanktie mengucapkan selamat membaca cerita sederhana ini.
JANGAN LUPA SUBSCRIBE YAAA.
"Pak, pak Mansyur sakit ini anaknya datang ngasih surat dari dokter dan dari istrinya pak Mansyur. Sepertinya pak Mansyur sudah nggak bisa kerja lagi," Kata Erlina pada Suradi suaminya.
"Oaallllah *piye iki sopo sih ngeterke cah ayu*?" kata Pak Suradi. Dia bingung karena selama ini walau Fitri sudah bisa menyetir dia tidak memberi izin membawa mobil sendiri. Pak Suradi bilang waduh bagaimana ini. Siapa yang akan mengantarkan gadis cantikku?
Maklum Diah Ayu Fitri adalah anak tunggal. Jadi walau sudah punya SIM dan bisa mengendarai motor, tetap saja Suradi tak rela melepas putri tunggalnya bawa mobil sendiri.
"*Kayane si Bambang wis nduwe* SIM lo Pak, dia sering diminta orang-orang sini kalau ada keperluan. Dia juga sering bawa taksi sebagai sopir tembak." Bu Erlina ingat kalau Bambang sudah memiliki SIM A.
"Apa dia aja kita mintain tolong Pak?"
"Ganggu sekolah *opo ora*?" Tanya Suradi. Karena Bambang masih sekolah.
"Ya kita tanya dulu, kita sinkronkan dengan jadwalnya Fitri kuliah," ujar bu Erlina.
"Ya wis undang wae lorone ben nggatuke jadwal ( ya sudah panggil saja keduanya untuk mencocokan jadwal )," Pak Suradi pun setuju dengan saran istrinya. Dia butuh orang segera agar Fitri tidak bawa mobil sendiri.
\*\*\*
"mBang saya mau minta tolong, semoga ini sesuai dengan jadwal sekolah dan semua kegiatanmu. Pak Mansyur itu sakit dan kemungkinan besar tidak akan kerja lagi. Kasihan Mbak Fitri. Kamu jadi sopirnya *piye*?" kata Bu Erlina.
Selama ini yang banyak bicara dengan Bambang adalah Bu Erlina bukan Pak Suradi. Pak Suradi hanya kalau ada perlu aja.
"Saya masih sekolah kan Pak nanti bagaimana jadwalnya dengan Mbak Fitri?" Bambang ragu.
"Saya sih seneng tapi takut tidak sesuai dengan jadwalnya Mbak Fitri." Sahut Bambang.
"Aku itu pagi kan bareng kowe berangkatnya. Tiap hari aku berangkat diantar pak Mansyur juga sama koq jam tujuh," jelas Fitri.
"Jadi kamu bisa nganter aku. Lalu kamu bawa mobil ke sekolahmu," ujar Fitri.
"Saya nggak mau, saya nggak mau. Kalau pun pagi saya ngedrop Mbak, mobil saya taruh kampusnya Mbak aja. Saya biar naik angkutan umum ke sekolah. Saya tidak mau nanti heboh di sekolah saya. Lebih baik kalau Mbak mau seperti itu tapi bagaimana dengan jadwal pulang?" kata Bambang.
"Sekarang di luar jam sekolahmu, apa kamu ada kursus lain?" Pancing Erlina.
"Saya sudah selesai kursus Bu. Kursus montir untuk melengkapi pelajaran yang saya dapat di sekolah sudah selesai. Demikian juga kursus menyetir dan dapat SIM A. Tidak ada kursus lagi."
"*Kowe bali jam piro* ( kamu pulangnya jam berapa )?
"Seperti biasa sih Bu jam 02.00 saya baru keluar kelas." Jawab Bambang.
"Aku hanya ada satu yang jam 02.00 yaitu hari Jumat. Hari lain aku pulang jam 03.30," kata Fitri.
"Aku kuliah hari Senin, Selasa, Rabu dan Jumat. Hari Kamis dan hari Sabtu aku libur," Kata Fitri lagi.
"Saya kalau mau seperti itu monggo, saya bisa kok tapi ya itu tadi, saya tidak mau kalau mobil itu saya bawa ke sekolah wagu ( tidak pantas ) Mbak. Saya nggak mau nanti orang mengira saya punya mobil atau saya bawa mobil majikan untuk gaya-gayaan. Saya nggak mau, saya takut," kata Bambang dengan sikap merendah.
"Berarti sudah tidak ada persoalan. Semua masalah selesai," kata bu Erlina.
"*Yo wis* jadi mulai besok kamu yang ngenterke Mbak kuliah ya." Titah Suradi.
"*Injih* Pak," jawab Bambang sopan.
"Berarti berangkate lebih pagi karena kan dari kampus kamu harus pergi ke sekolah toh. Biasanya dari rumah langsung ke sekolah."
"*Leres* ( benar ) Pak, bisa 15 ~ 30 menit sebelumnya lah Mbak, kalau bisa. Kalau nggak ya nggak apa apa," Bambang meminta pengertian Fitri agar bisa berangkat lebih awal.
"Ya wis berarti kita berangkat 06.30 karena biasanya aku kan berangkat jam 07.00 ya?"
"Injih Mbak, 06.30 saya masih ke uber, saya masuk jam 07.15," kata Bambang.
Akhirnya sepakatlah sejak hari itu Bambang menjadi sopir pribadinya Fitri setiap hari Senin, Selasa, Rabu dan Jumat.
Ordernya hanya hari Senin, Selasa, Rabu, Jumat. Di luar itu Bambang free dia bisa menerima pekerjaan lainnya untuk memenuhi semua kebutuhannya.
"Kalau di luar hari kuliah mbak Fitri ada kegiatan atau kamu harus ngeterke Mbak Fitri itu hitungane lembur ya mBbang," kata pak Suradi.
"Nggih Pak, matur nuwun."
\*\*\*
"Sarapan sik mBang," Fitri mengeluarkan kotak roti bakar. Dia juga membawa dua cup teh panas yang dia taruh ditempat gelas pada dinding pintu mobil.
"*Njih monggo* Mbak," jawab Bambang. Bambang agak risih karena biasanya kalau dengan pak Mansyur Fitri duduk di belakang. Kali ini putri pemilik kost malah duduk di depan.
"Aa," Fitri meminta Bambang membuka mulutnya.
"*Mboten usah* Mbak." Tolah Bambang. Dia bilang tak usah.
"Kowe ra sarapan, aku yo ora," ancam Fitri sambil menutup kotak makanan berisi roti. Dia bilang kalau kamu tidak sarapan, saya juga tidak. Kan jadi bikin Bambang serba salah.
"Baik, saya makan sendiri," Bambang ngalah, dia akan mengambil roti untuk dia makan.
"Ben cepet, enggak usah rewel. Buka mulut," perintah Fitri. Dia bilang biar cepat jadi lebih baik dia suapi saja.
Bambang pasrah. Dia buka mulut dengan rasa rikuh.
\*\*\*
Esoknya begitu lagi, kali ini Fitri membawa nasi goreng. Dan dia menyuapi Bambang selama perjalanan. Sungguh Bambang jadi tak enak karena dia merasa tak pantas. Tapi Fitrinya santai aja. Tak merasa bersalah.
Bambang mulai merasa Fitri memberi perhatian lebih. Tapi tentu dia tak berani berharap banyak. Sejak dulu prinsipnya seperti itu. Bambang tak mau mengharapkan suatu hal yang lebih tinggi dari harapannya dia takut tak bisa menggapai.
Sambil menunggu yanktie update bab selanjutnya, mampir ke novel yanktie yang lain dengan judul CINTA TANPA SPASI yok
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 529 Episodes
Comments
Fie_Hau
jenengku Fitri, bojoku Yo Bambang, sopir sisan.... kok Podo 🤭
2023-09-11
1
Rumini Parto Sentono
Ohh yang memulai Mbak Fitri to....
2023-09-02
1