"Amira, Sonia! kalian kenapa masih berada di kelas? Bukankah sudah diberitahukan kalau kalian harus segera pergi ke lapangan untuk mendengarkan sambutan dari pemilik sekolah ini?" tanya Pak Malik, lelaki yang terkenal sebagai salah satu guru yang paling killer di sekolah tersebut.
Amira dan juga Sonia yang sedang mengobrol langsung terperanjat kaget dengan apa yang dikatakan oleh guru mereka itu. Keduanya sungguh tidak menyangka jika mereka akan mendapatkan teguran seperti itu dari Pak Malik, terutama Amira yang masih mengingat dengan baik jika Sonia mengatakan bahwa mereka tidak masalah apabila tidak pergi ke lapangan untuk mendengarkan sambutan tersebut.
"Kau bilanag tidak masalah kalau kita tidak pergi ke lapangan, lalu ini apa?" tanya Amira yang sedikit kesal dengan apa yang dikatakan oleh Sonia kepada dirinya sebelumnya.
Sonia yang merasa jika dirinya disalahkan atas apa yang terjadi saat ini hanya bisa menganggap bahunya menunjukkan kalau dia tidak paham dengan hal tersebut. Bagaimanapun dia hanya mengetahui jika kabar dari seorang temannya mengatakan bahwa tidak akan jadi masalah yang sangat besar apabila mereka tidak pergi ke lapangan untuk mendengarkan sambutan tersebut. Namun kini keduanya mendapatkan amarah dari Pak Malik yang justru menuntut mereka untuk segera pergi ke lapangan saat itu juga.
"Aku tidak tahu kenapa jadi seperti ini, karena dari apa yang dikatakan oleh salah satu kawanku yang memang anak Osis mengatakan kalau kita tidak akan mendapatkan masalah apabila kita tidak pergi ke lapangan untuk mendengarkan sambutan tersebut!" kilah Sonia yang memang tidak ingin disalahkan oleh sahabatnya tersebut karena apa yang terjadi saat ini jelas bukan kesalahannya sama sekali.
"Amira! Sonia! Kenapa kalian masih saja tetap berada di dalam kelas setelah mendengarkan apa yang saya katakan kepada kalian barusan? Kalian ini bukannya langsung pergi ke lapangan malah saling bengong dia juga tetap saja mengobrol seolah-olah apa yang saya katakan itu tidak penting sama sekali!" kata Pak Malik yang mulai tersulut emosinya karena apa yang diperintahkannya tidak didengar oleh dua orang siswanya yang masih saja berada di dalam kelas tersebut.
"I ... iya, Pak, ini kita lagi siap-siap mau ke lapangan jadi Bapak tidak perlu khawatir dengan hal tersebut!" kata Amira yang berusaha untuk mengelak dari apa yang dikatakan oleh guru tersebut karena bagaimanapun juga dia harus berusaha untuk meredam emosi yang dirasakan oleh gurunya tersebut saat ini. Kentang
"Kalau kalian memang mau pergi maka seharusnya dari tadi kalian segera pergi ke lapangan bukan hanya duduk saja di kelas seolah-olah sambutan dari pemilik sekolah ini tidak penting sama sekali bagi kalian padahal kalian sendiri mengetahui jika keberlangsungan dari sekolah ini tergantung dengan kebijakan yang ditetapkan oleh pemilik sekolah!" kata Pak Malik yang masih saja marah karena kedua siswanya yang dinilai terlalu lamban untuk segera pergi ke lapangan dan mendengarkan sambutan dari pemilik sekolah mereka.
"Ya sabar kali, Pak, namanya perempuan ya harus bersolek terlebih dahulu biar selalu terlihat cantik dan siapa tahu ada salah satu bodyduard pemilik sekolah yang nyantol sama kita!" kata Sonia dengan sedikit bercanda karena dia tidak ingin terlalu mengambil pusing dengan apa yang dikatakan oleh gurunya tersebut dan memang biasanya biasanya juga Sonia tidak mengambil pusing apa yang dikatakan oleh gurunya tersebut.
"Kamu memang murid yang tidak tahu diri dan selalu saja menjawab apa yang saya katakan kepadamu!" kata Pak Malik yang sudah sangat hafal dengan kebiasaan dari Sonia.
"Sabar, Pak, kalau marah-marah terus nanti cepat tua!" kata Sonia yang kemudian berlari dengan sangat cepat untuk menghindari kemarahan yang akan dikatakan oleh gurunya itu.
"Dasar murid tidak tahu diri!" kata Pak Malik yang tidak bisa menyembunyikan kemarahannya kepada Sonia karena tingkah dari gadis itu.
Sonia terus berlari sambil menyeret tangan Amira karena saat ini keduanya benar-benar sedang berusaha untuk menghindari Pak Malik yang sudah dapat dipastikan kalau gurunya yang satu itu saat ini pasti sedang sangat marah kepada mereka. Amira tidak menyalahkan apa yang dilakukan oleh Pak Malik kepada mereka, karena memang bukan salah Pak Malik apabila lelaki yang satu itu marah kepada mereka saat ini.
"Kamu saat keterlaluan kepadanya, Sonia!" kata Amira yang masih saja berusaha untuk mengikuti langkah kaki dari sahabatnya itu.
"Ya lagian sama siapa yang terus-menerus mengoceh seolah-olah apa yang dikatakannya itu adalah sesuatu yang paling benar padahal pihak OSIS saja sudah mengatakan kalau tidak hadir juga tidak akan menjadi sebuah masalah yang sangat besar dan tidak akan mempengaruhi pada nilai kita sama seklai!" kata Sonia yang masih saja berusaha untuk membela diri atas apa yang dikatakannya tadi.
Amira tidak mengatakan apa-apa lagi untuk membantu apa yang dikatakan oleh sahabatnya tersebut karena bagaimanapun juga dia mengetahui kebiasaan dari sahabatnya itu yang memang tidak pernah takut dengan Pak Malik. Sonia memang selalu memiliki jawaban yang tepat untuk menjawab setiap pertanyaan yang dilontarkan oleh Pak Malik sehingga keduanya seringkali terlibat dalam perdebatan yang cukup panjang, tetapi anehnya Sonia tidak pernah mendapat hukuman dari Pak Malik Padahal kalau murid yang lain pasti akan mendapatkan hukuman yang cukup berat dari kerugian satu itu.
Bruk ... saat sedang berlari tiba-tiba Amira menabrak seseorang yang saat ini sedang berjalan berlawanan arah dengan dirinya. Amira terjatuh tepat di hadapan lelaki yang satu itu dan dia benar-benar merasa jika dirinya sudah melakukan sebuah kesalahan dan bahkan dia sedikit khawatir jika orang yang ditabraknya itu akan mempermasalahkan apa yang sudah terjadi barusan kepadanya.
"Kamu tidak kenapa-kenapa?" tanya orang yang ditabrak oleh Amira secara tidak sengaja dan berusaha untuk membantu gadis tersebut berdiri kembali.
"Tidak, saya baik-baik saja dan saya benar-benar minta maaf karena tidak berhati-hati dalam berjalan!" kata Amira yang meminta maaf atas apa yang dilakukannya dan dia benar-benar berharap apabila lelaki yang satu itu tidak mempermasalahkan apa yang terjadi barusan.
Amira mengangkat kepalanya untuk melihat siapa lelaki yang sudah ditabraknya secara tidak sengaja. Betapa kagetnya dia saat menyadari jika orang yang ada di hadapannya saat ini adalah seseorang yang pernah dilihatnya beberapa hari yang lalu. Mungkin dirinya memang tidak pernah bertemu secara langsung dengan lelaki yang satu itu, tetapi bagaimanapun juga dia masih mengingat dengan baik sosok lelaki yang ada di hadapannya itu.
"Kita pernah saling mengenal sebelumnya?" tanya lelaki yang ada di hadapan Amira ketika menyadari jika gadis yang ada di hadapannya itu hanya melihatnya dengan tatapan tidak percaya.
Amira tidak merespon sama sekali atas apa yang ditanyakan oleh lelaki yang ada di hadapannya itu karena dia benar-benar kaget dengan pertemuan yang tidak pernah diperkirakan sebelumnya .
"Ra!" kata Sonia yang mengikut lengan dari sahabatnya tersebut.
"Ah ya, kenapa?" tanya Amira yang seolah-olah baru tersadar dari semua lamunan yang ada di dalam pikirannya saat ini.
"Apakah kita pernah saling mengenal?" tanya lelaki yang ada di hadapan Amira lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments