“Menjauhlah, Teman-teman. Kalian harus tersenyum saat di kamera. Jangan menunjukkan wajah yang ketus. Bersikaplah sewajarnya.” Christ masih asyik merekam wajah anggota geng itu.
“Apa yang kalian lakukan? Cepat tangkap dia!” ucap ketua geng itu.
Dia adalah Roy. Ketua Geng sekaligus seorang pengusaha kaya raya yang memiliki masalah dengan klien Christ.
Semua anak buahnya saling menatap dan bersiap untuk menyerang Christ.
“Tunggu dulu!” Christ mengangkat tangan menghentikan beberapa anak buah geng yang mulai mendekat.
“Jika kalian menyentuhku, kalian akan menyesal. Sungguh, aku tak sedang bercanda.” Christ memasukkan ponselnya kembali ke dalam mobil.
“Gun, berikan surat itu padanya.”
Guntur mengeluarkan surat perintah dari sakunya, lalu memberikannya pada bos gangster itu.
“Aku adalah perwalian hukum dari pria yang sedang berdarah disini.” Christ berjalan mendekati pria yang terikat di lantai. “Astaga, lukanya cukup parah. Kalian bisa dipenjara atas kasus ini.”
“Dia seorang pengacara, Bos,” ucap salah satu anggota geng pada bosnya itu.
Roy merobek surat dan melemparkan sobekannya ke depan Christ. “Hahahaha. Kenapa pengacara tengil ini berani masuk kemari?”
“Hmmm. Aku hanya menjalankan tugasku, Kawan. Aku datang kemari untuk menyelesaikan masalah dengan salah satu klienku dengan jalur hukum,” jawab Christ santai.
“Hukum? Astaga, Sial! Hukum apa? Memangnya kau pikir ini pengadilan?”
Semua anak buah Roy tertawa. “Hajar dia!!”
“Eitss, tunggu sebentar!” Christ kembali mengangkat tangan sebelum semua geng menyerangnya. “Aku tahu ini akan sulit untuk berbincang dengan kalian, tapi kalian sangatlah berlebihan.” Christ tersenyum kecil.
Semua geng hanya diam dan menatap Christ dengan sinis.
“Baiklah, jika ini yang kalian inginkan. Mari kita lihat.” Christ memandang semua wajah anggota geng itu satu persatu. “Kau yang disana! Kemarilah lebih dulu!”
Salah satu anggota geng yang ditunjuk Christ berdiri di depan Christ dengan wajah bengis.
“Kemari? Kau bilang kemari?”
Belum sampai orang itu memukul Christ, Christ menghindar, berbalik, lalu menendang bokong pria itu hingga tersungkur. “Astaga. Kalian begitu lemah.”
“Apa yang kalian tunggu? Serang dia!!!” Roy mulai geram dengan kelakuan tengil Christ.
“Tunggu, semuanya!” Lagi-lagi Christ mengulur waktu saat semua anggota geng telah bersiap dengan senjata di tangannya masing-masing.
Dan bodohnya semua anggota geng itu menuruti perkataan Christ.
“Sepertinya kalian tidak tahu.” Christ melepaskan jas dan merenggangkan dasinya. “Ini adalah setelan Borrallo asli dari Italia. Aku tak ingin ini kusut. Mari kita mulai setelah aku melepas ini.”
Christ meletakkan jas itu ke atas mobilnya. “Baiklah, sudah. Mari kita mulai.”
Salah satu anggota geng yang paling dekat dengan Christ mengacungkan pisau ke lehernya.
“Dasar, Brengsek! Berani-beraninya kau.” Guntur dengan sigap langsung melindungi Christ.
Christ menahan Guntur, menyuruhnya mundur kembali.
“Kau akan mendapatkan hukuman setidaknya lima tahun penjara jika memegang pisau seperti ini.” SYUT! Dengan cepat Christ merebut pisau itu dan balik menodongkannya, lalu menjatuhkannya.
“Dan hukumanmu akan dikurangi menjadi dua tahun, jika kau menjatuhkan pisau itu. Hakim yang baik akan mengurangi hukumanmu.”
Semua anak buah geng itu terkesima melihat tangan Christ yang lincah memainkan pisau.
“Itu artinya, kau akan lolos lebih mudah daripada yang tidak pernah memegang senjata sama sekali.”
“Baiklah, mari kita bertarung!” ucap salah satu anak buah sudah tak memegang senjata lagi.
*BUKK!!! “DASAR BODOH!” Roy menendang anak buahnya sendiri hingga tersungkur. “Kau malah berlagak ingin melawannya dengan tangan kosong.”
“Gun, tunjukkan padanya.”
“Baik, Bos.” Guntur mengambil laptop dari dalam mobil dan menunjukkan sesuatu pada bos gangster itu.
“Hei, Berandal! Lihat ini!” Guntur menyeringai lebar.
Laptop itu menunjukkan semua penggelapan dana dan pengalihan pajak yang dilakukan oleh Roy.
“Lihat itu.” Christ mendekat menunjuk tabel di laptop. “Seperti yang kau lihat, ini adalah riwayat penghindaran pajak, penggelapan dana, dan pencucian uang semenjak perusahaanmu berdiri.
Dan dari bukti yang disini, kau akan dihukum sekitar tujuh sampai sepuluh tahun penjara. Jika ditambah dengan apa yang kau lakukan padaku dan pada klien ku ini, kau akan mendapatkan 15 tahun penjara, setidaknya.
Dan jika aku melaporkan penggelapan pajak ke Ditjen Pajak, kau mungkin akan dikenakan denda sebesar 2 milyar rupiah. Hal itu tidak sebanding dengan kerugian yang dihasilkan oleh klienku, yang kau siksa itu.
Kerugian finansial yang disebabkan oleh klienku atas perusahaanmu hanyalah 500 juta rupiah, itu jelas tidak sebanding dengan denda yang akan kau bayar.
Kau akan lebih rugi setidaknya 1,5 M jika aku melaporkan penggelapan dana yang kau lakukan, jadi, bukankah kau lebih baik melepaskan klienku?” Christ menyeringai lebar.
Bos gangster dan semua anak buahnya terdiam mendengar penjelasan Christ.
“Cukup, Gun. Kembalikan itu.”
Guntur kembali menutup laptop dan meletakkannya di dalam mobil.
“Lagi pula, uang yang kau hasilkan pun berasal dari bisnis yang ilegal dan cukup beresiko. Aku pun tidak yakin jika kau akan memberikan semua uang itu pada negara yang tidak melakukan apapun padamu?” lanjut Christ.
Roy menghela nafas panjang. Dia berpikir keras untuk mencari jalan keluar.
“Lantas, siapa yang bisa menjamin itu?” tanya Roy ketus.
“AKU BISA MENJAMINNYA!!” teriak seseorang yang baru datang ke gudang kosong itu.
Dia adalah Bagaskara, paman Christ yang telah merawatnya sejak kecil. Seorang Bos Mafia tersohor di kota Jakarta, bahkan di Indonesia,
Bagas berjalan dengan gagah. Saat itu dia menggunakan jaket blazer hitam tebal dan kaca mata hitam. Sekitar 20 orang tukang pukul berjalan tegap di belakang Bagas, mengawalnya ke gudang itu.
Tak hanya itu. sepuluh mobil sedan memasuki gudang. Setiap mobil itu berisi 4 orang tukang pukul, yang semuanya adalah anak buah Bagas.
Christ tersenyum lebar karena mendapat bantuan dari pamannya. Sebelum Christ datang ke tempat itu, dia sempat menghubungi paman nya untuk meminta bantuan.
Christ sadar dia tak mungkin menang melawan satui kelompok geng itu hanya bersama Guntur.
Roy dan semua anak buahnya langsung menunduk memberi hormat pada Bagas.
Sekelompok gangster kecil itu bahkan bukan tandingan Bagas yang mempunyai anak buah di setiap penjuru kota yang tersebar di Indonesia.
“Paman, Bagas!” sapa Christ tersenyum.
Semua anggota gangster menyingkir memberikan jalan kepada Bagas dan tukang pukul yang mengawalnya.
“Paman?” Roy terkejut saat mendengar Christ memanggil Bagas dengan paman.
“Apa kau juga terlibat dalam hal ini, Pak?” tanya Roy pada Bagas.
“Ya, begitulah.” Bagas mengeluarkan cerutu. Salah satu tukang pukulnya langsung sigap mengeluarkan korek dan menyalakan cerutu milik Bagas.
“Kudengar, ada seorang karyawan akuntan hebat yang hebat sedang mencari pekerjaan baru.” Bagas melihat klien Christ yang terikat dengan kondisi babak belur.
“Aku hanya ingin merekrut dia sebagai salah satu staf keuangan ku, dan aku juga yang telah memperkenalkan dia pada pengacara hebat ini, jadi, aku jelas berkaitan dengan hal ini.” Bagas menyeringai lebar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 114 Episodes
Comments