"Hei wanita murahan.......kemari Kau!" Panggil Gio.
Zea menghentikan aktivitasnya lalu menghampiri Gio dengan tergopoh-gopoh.
"Iya tuan, ada yang bisa saya bantu?" Tanya Zea saat sudah berdiri dihadapan Gio.
"Cepat buatkan aku kopi hitam!" Titah Gio.
"Ba-baik tuan," Zea langsung saja melangkah menuju dapur untuk membuat kopi. Tak lama Zea kembali dengan membawa secangkir kopi.
"Ini tuan, kopinya." Ucap Zea meletakan kopi itu dengan perlahan dan hati-hati.
"Baiklah, sekarang pijat kakiku!" Titah Gio sambil menyelonjorkan kakinya.
Zea mengangguk, lalu ia segera memijat-mijat kaki Gio.
Sesekali Zea melirik ke arah Gio yang sejak tadi mesem-mesem sendiri menatap layar ponselnya. Hingga beberapa saat kemudian, Gio mengambil secangkir kopi lalu langsung meminumnya.
Baru saja meminum kopi tersebut, tiba-tiba Gio langsung memuntahkannya lagi karena kopi terasa sangat panas dan membakar mulutnya.
Zea terkejut dengan apa yang terjadi. Seketika rasa terkejutnya berubah menjadi rasa takut yang amat besar saat mata Gio menatapnya dengan begitu tajam dan menusuk seperti orang yang ingin membunuh.
Gio mencengkram kerah baju Zea dengan kuat.
"Apa kau ingin mencelakai ku? Atau jangan-jangan kau ingin balas dendam terhadapku?" Tanya Gio terlihat begitu berang.
"Ma-maafkan saya tuan, Saya tidak sengaja. Kopi itu memang harus panas untuk melarutkan gula didalamnya." Ucap Zea terlihat gemetaran dan tak berani menatap Gio.
"Dasar bodoh, wanita ******, wanita pelacur, wanita murahan! Bilang saja kau ingin mencelakai ku!" Maki Gio sambil memperkuat cengkeramannya sehingga Zea kesusahan untuk bernafas.
"Akkkkkh........maafkan saya tuan. Tolong jangan seperti ini." Mohon Zea merasakan sesak.
Gio melepaskan cengkeramannya dan menghempaskan tubuh Zea ke lantai sehingga membuat Zea tersungkur.
Zea merasakan sakit, dan tak terasa air matanya jatuh membasahi pipi mulusnya.
Sementara Gio mengambil kembali kopi tersebut lalu berkata,
"Ayo minum, habiskan semuanya dalam satu tegukan!" Titah Gio sambil menyodorkan kopi panas itu ke depan mulut Zea.
Zea gelagapan sambil menggelengkan kepalanya saat melihat uap kopi tersebut yang tandanya kopi itu masih sangat panas.
"Ayo minum!" Bentak Gio.
"Tidak tuan, saya mohon jangan lakukan ini." Ucap Zea berderai air mata seraya menempelkan kedua tangannya memohon belas kasihan kepada Gio yang terlihat begitu menakutkan. Entah kenapa Gio merasa sangat senang saat melihat pemandangan ini. Dia merasa puas saat melihat Zea memohon ampun kepadanya.
"Bodoh......!!! Ayo cepat minum atau kau akan ku siksa habis-habisan!" Ancam Gio.
"Tapi tu-tuan....." Zea merasa bingung dan takut.
"Argh.....dasar pelacur bodoh!" Gio kembali mencengkram wajah Zea lalu ia masukan paksa kopi panas itu kedalam mulut Zea.
Zea sempat ingin berontak, tapi apakah daya, tenaga Gio jauh lebih kuat dibandingkan dirinya.
"Ayo minum .......enakkan!" Seru Gio sambil tertawa jahat. Belum puas dengan semua itu, Gio langsung menyiramkan sisa kopi tersebut ke wajah Zea hingga mengucur ke leher dan bahunya.
"Aaaaaargh..........." Zea memekik kesakitan. Merasakan perih yang teramat dalam saat mulut, wajah dan lehernya melepuh dan memerah akibat kopi panas itu. Gio tertawa terbahak-bahak, seakan merasa sangat puas saat melihat orang yang dia benci begitu menderita.
"Bagaimana rasanya? Enak? Hahaha.....dasar wanita murahan! Aku ingatkan padamu, itu semua belum seberapa karena ini baru awalan saja!" Ujar Gio kemudian berlalu begitu saja meninggalkan Zea yang merintih kesakitan.
Zea menangis pilu saat merasakan sakit pada bagian tubuhnya yang tersiram kopi tadi. Dia mencoba untuk bangkit berdiri dan menuju ke kamarnya.
Di Kamarnya, Zea langsung saja buru-buru mengompres luka bakar akibat siraman kopi tadi sambil menangis menahan sakit dan perihnya. Setelah mengompres lukanya, Zea pun mengolesinya dengan salep.
Wanita itu tak hentinya terus menangis, memohon ke tuhan agar dia bisa bebas dari rumah yang dianggapnya bagai neraka jahanam.
*
Malam berlalu, malam ini Gio ada janji untuk bertemu dengan Dion disalah satu club malam. Club malam memang menjadi tempat favorit bagi Gio dan Dion sejak dulu.
Dua puluh menit kemudian, Gio telah sampai di club malam.
"Bagaimana dengan pernikahanmu?" Tanya Dion.
"Sungguh bukan pernikahan yang ku impikan." Ucap Gio lalu meneguk segelas minuman keras.
"Apa kau memperlakukannya dengan buruk?" Tanya Dion lebih lanjut.
"Tentu saja, wanita pelacur itu harus mendapatkan hukuman dariku!"
"Jangan seperti itu, biar bagaimana pun dia sudah menjadi istrimu." Kata Dion.
"Aku tidak peduli." Ujar Gio. "Di mataku dia hanyalah seorang wanita pelacur yang sengaja merusak hidupku."
"Sebelumnya kau tidak tahu dia siapkan? Kenapa kau langsung menyimpulkannya seorang pelacur?"
"Dia memang seorang pelacur karena dia datang tiba-tiba dan langsung menghancurkan segalanya. Aku rasa dia sengaja karena tujuannya memang ingin menikahi lelaki kaya raya seperti diriku." Jelas Gio.
Dion diam sesaat, baginya ada hal janggal dalam masalah yang sedang dihadapi oleh sahabatnya ini.
"Aku rasa ada yang aneh!"
"Apa?" Tanya Gio.
"Coba kau ingat-ingat lagi, malam sebelum kejadian itu. Kenapa bisa kau tiba-tiba ada dihotel dengan seorang wanita asing?'
Kini kembali Gio yang diam, dia mencoba mengingat-ingat lagi kejadian waktu malam itu. Tapi sekeras apapun Gio mengingat, dia tetap saja hanya bisa mengingat saat dirinya tak sadarkan diri saja.
"Akh ......entahlah, memikirkannya sungguh membuat kepalaku sakit!" Tukas Gio.
"Hem.....payah sekali." Ucap Dion.
"Sudahlah, biarkan saja. Lagian semuanya sudah terlanjur. Dan kini tugasku ialah membuat dia hidup bagaikan dalam api neraka." Kata Gio tersenyum licik.
Dion menghela nafas panjang dan hanya bisa menggelengkan kepalanya. Ia masih berpikir positif jika Gio tidak akan berbuat hal sekeji itu.
"Apa kau masih berhubungan dengan Anes?" Tanya Gio tiba-tiba.
Dion menggelengkan kepalanya.
"Hanya waktu datang ke pernikahanmu saja, tapi....." Dion menggantung ucapannya sehingga membuat Gio penasaran.
"Tapi apa? Dimana dia sekarang? Aku ingin menemuinya, aku benar-benar rindu padanya." Ucap Gio.
"Tapi maaf, ada sesuatu yang sebenarnya tidak boleh ku beritahu kepadamu. Ini semua permintaan Anes."
"Ayolah Dion katakan saja, kita ini bersahabat sudah dari dulu, apa kau tega melihat ku yang seperti ini? Anes sudah memutuskan sambungan komunikasi denganku."
"Hem.....baiklah, kalau kau mau tahu Anes dimana, datanglah besok siang jam sebelas ke bandara xxxx, disana ada Anes." Kata Dion.
Gio mengerutkan dahi, semakin tak paham dengan apa yang dikatakan oleh Dion.
"Kenapa harus ke bandara? Memangnya dia mau kemana?" Tanya Gio.
"Gio, Anes bilang dia ingin pergi ke luar neger dan tinggal disana sambil meniti karirnya." Ucap Dion tak enak hati.
"Hah! Apa? Keluar negeri? Tidak-tidak..." Gio begitu kaget.
"Maka dari itu datanglah ke bandara besok, barangkali kau ingin perpisahan dengan dia." Usul Dion.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments
Noor Sukabumi
Satu kata j thor guuuuuedeg puoooooool
2023-04-14
0
Es kepal milo
bagus ceritanya. Lanjut
2023-04-13
0
guest1053527528
tega sekali diri mu
2023-04-13
0