3. Benci

Zea melirik ke sekelilingnya, dia benar-benar terpukau saat melihat beberapa furniture yang tampak begitu mewah dan tentunya pasti sangat mahal harganya.

Tak.......

Tak......

Terdengar suara langkah kaki yang menuruni anak tangga. Dan Zea langsung saja melihat ke arah sumber suara tersebut yang ternyata itu adalah Gio yang sudah berganti pakaian.

Zea tak berani memandang Gio, ia menunduk dengan tubuh gemetar. Langkah Gio semakin mendekat ke arahnya, membuat jantung Zea berdebar.

"Apakah kau senang sekarang, hah?" Tanya Gio setengah membentak.

Zea hanya diam, tak berani menjawab pertanyaan Gio.

"Jawab! Apakah kau bisu?" Gio tiba-tiba mencengkram wajah Zea.

"Sakit......! lepaskan!" Pinta Zea memohon.

Gio lalu melepaskan cengkraman tangannya. "Jangan berpikir jika aku akan menjadi suami yang baik untukmu. Tapi berpikirlah bagaimana caranya agar kau bertahan hidup didalam genggaman tanganku!" Ucap Gio dengan tegas namun membuat Zea merasa takut.

"Sekarang ikut aku.....!" Gio menarik rambut Zea, pria itu lalu menyeretnya dan membawanya menuju ke arah gudang.

Bugh....

Gio mendorong tubuh Zea hingga jatuh tersungkur ke lantai yang begitu keras dan berdebu.

"Argh......" Ringis Zea kesakitan.

"Aku tidak sudi jika harus tidur satu kamar denganmu. Jadi kau tidurlah disini!" Seru Gio.

"Tapi Gio---"

"Berani sekali kau menyebut namaku pakai mulut kotor mu itu. Cuih.....panggil aku TUAN bodoh!" bentak Gio pada Zea yang belum menyelesaikan ucapannya.

"Ma-maaf tuan,"

"Jangan karena status kita yang sudah sah menjadi suami istri kau jadi berlagu seperti ini!" Hardik Gio yang terus menerus mencari maki istrinya sendiri.

Gio pun lalu pergi meninggalkan Zea yang berderai air mata.

Zea tak menyangka jika Gio, lelaki yang menikah dengannya itu akan se-arogan ini.

"Kau harus kuat, Zea." Lirih Zea seraya mengusap kasar cairan bening yang terus jatuh.

Walaupun tubuhnya terasa lelah, tapi Zea harus membersihkan terlebih dahulu gudang tersebut untuk tempat tidurnya. Zea memang sudah mengerti dari awal jika Gio pasti tidak akan mau tidur seranjang dengan dirinya.

"Nyonya......nyonya tidak apa-apa?" Tanya pak Kasman yang datang menghampiri.

"Tidak apa-apa, Pak!" Jawab Zea berbohong.

"Ya sudah kalau begitu, ini kopernya!" Ucap pak Kasman.

"Terimakasih, pak!"

Pak Kasman mengangguk, kemudian berlalu pergi.

Setelah membersihkan gudang, Zea pun pergi ke kamar mandi yang terletak didekat dapur untuk menyegarkan diri karena sebentar lagi hari akan gelap.

Selesai membersihkan diri, Zea segera pergi ke dapur untuk menyiapkan makan malam untuk Gio.

Sebetulnya Zea tak tahu makanan apa yang disukai oleh Gio, tapi dia tetap nekad masak apa saja untuk sang suami.

Makanan yang dimasak Zea cukup banyak dan terlihat begitu menggugah selera.

Setelah menyajikan dimeja makan, Zea mencari keberadaan Gio yang sejak tadi tak terlihat.

Sudah beberapa ruangan Zea masuki, akan tetapi ia tak juga melihat adanya Gio. Mungkin pikir Zea Gio sedang pergi keluar.

Akhirnya Zea pun memutuskan untuk menunggu Gio di ruang keluarga sambil duduk membaca majalah.

Hingga pukul tujuh malam, barulah terdengar suara deru mobil yang berhenti didepan rumah.

Zea lalu bangkit dari duduknya, dia berniat ingin membukakan pintu sekaligus menawari Gio untuk makan malam.

"Aku sudah masak makan malam, jadi silahkan makan dulu," Ucap Zea saat Gio masuk.

Langkah Gio terhenti, dan ia menatap tajam ke arah Zea.

"Aku tidak Sudi memakan masakanmu!" Bentak Gio.

"Ta-tapi tuan, saya sudah memasaknya untuk tuan,"

"Cuih.....sudah ku bilang, aku tidak Sudi memakan masakanmu! Kalau perlu kau buang semua makanan itu! Pekik Gio kemudian berlalu pergi keluar mencari restoran untuk makan malam.

Zea terisak saat mendapatkan perlakuan yang seperti itu dari Gio. Dia lalu pergi ke ruang makan dan memakan masakannya seorang diri. Setelah itu dia menunggu Gio pulang dengan duduk kembali disofa ruang keluarga. Karena merasa lelah dan lama menunggu, tanpa sadar Zea pun tertidur disofa tersebut.

Tengah malam barulah Gio pulang ke rumah. Dia membuka pintu dan melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalam rumahnya. Suasana rumah tampak begitu sepi dan hening, Gio menatap lurus ke depan dan ia melihat ada Zea yang sedang tertidur pulas disofa.

Gio mendekat ke arah tubuh yang sedang tertidur itu, kemudian ia menarik paksa lengan Zea hingga Zea jatuh tersungkur ke lantai.

"Aaaawww........" Zea mengaduh kesakitan saat tubuhnya membentur lantai.

"Hei.....wanita murahan! Berani-beraninya kau tidur disofa mahal milikku!" Seru Gio.

"Maafkan saya tuan," ucap Zea menunduk ketakutan.

"Tubuhmu itu kotor, jadi bisa-bisa sofaku kotor nanti!"

"Sekali lagi maafkan saya, tuan." Ujar Zea menunduk sedih.

"Kalau mau tidur, tidurlah di gudang sana!"

Gio lalu melangkahkan kakinya menaiki anak tangga menuju ke kamarnya untuk beristirahat.

Dan Zea, wanita itu bangkit berdiri lalu melangkah menuju ke kamar pelayan yan menjadi kamarnya sekarang.

Saat sudah dikamar, Zea dengan sedih langsung membaringkan tubuhnya di atas kasur busa yang tipis. Sesekali ia jua menghapus sudut matanya yang basah.

Di gudang tidak ada AC dan kamar mandi berada di luar kamar tepatnya disamping dapur. Zea yang masih merasa lelah dan ngantuk akhirnya melanjutkan tidurnya. Dia memejamkan matanya namun hawa panas membuatnya tak bisa tidur.

Zea beranjak dari posisi tidurnya, lalu ia pergi ke dapur untuk mengambil air minum karena tenggorokannya begitu kering. Didapur, ia langsung saja membuka kulkas untuk mencari air dingin. Suasana begitu sepi, Zea sesekali melirik ke arah lantai atas. Pikirnya mungkin Gio sudah tidur.

Bagi pengantin baru, malam pertama adalah malam yang ditunggu-tunggu atau menjadi momen yang sakral sekaligus privasi untuk beradu cinta. Namun berbeda dengan Gio dan Zea, sepasang pengantin yang baru saja mengucapkan janji suci beberapa jam yang lalu itu, mereka sama sekali tak melakukannya. Kebencian Gio terhadap Zea sudah benar-benar mendarah daging bahkan dalam hati Gio sudah bersumpah pada dirinya sendiri bahwa dia tidak akan pernah menyentuh Zea.

Pukul dua dini hari, barulah Zea bisa memejamkan kedua matanya dan pagi buta barulah ia terbangun dari tidurnya. Zea memang tipe orang yang selalu bangun pagi. Pernah Zea bagun kesiangan, tapi yang ada kepalanya terasa sangat pusing.

Setelah membereskan tempat tidurnya, Zea pergi kekamar mandi dengan maksud ingin mencuci mukanya agar terlihat segar. Setelah itu Zea pergi ke dapur dengan maksud ingin menyiapkan suaminya sarapan. Zea tak peduli, meskipun Gio mengatakan jika dia tidak Sudi memasak makanan yang dibuat olehnya. Bagi Zea itu semua sudah menjadi kewajibannya sebagai seorang isteri.

Terpopuler

Comments

Noor Sukabumi

Noor Sukabumi

emang bnr2 yah gio kebangetan jd laki tp ngmong2 itu bnran gio m zea tidur bareng atw itu jebakan biar gio g jd nikah Sama anes

2023-04-14

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!