Saat Penulis Menjadi Antagonis
Bukan Genre Romance
Sagara
Hiasan telah selesai gusti putri.
Silahkan melihat ke arah cermin
Amita/Nisha
(Gila! dari tadi Aku sudah curiga! Novel sialan ini benar-benar mengambil tema kerajaan tanah Nusantara!)
Amita/Nisha
(Btw, Aku cantik banget. Astaga! OwO)
Sagara
Hamba akan mendampingi gusti putri menuju aula istana. Mari gusti, ikuti hamba
Amita patuh mengikuti arahan
Bagaimanapun kali ini dia harus menuruti apa kata sistem
Setidaknya sampai dia memiliki kesempatan dan waktu untuk menyusun rencana
Sagara
Nama hamba adalah Sagara, gusti.
Hamba adalah kepala dayang yang mengurusi segala keperluan Gusti Putri
Alunan musik dan gemerlap kemeriahan pesta tersebar keseluruh sudut ruang
Sesuai tradisi yang berlaku, Amita diarahkan ke sebuah sisi aula
Tanpa diduga, Amita hanya diperintahkan untuk duduk menunggu sampai seluruh sesi pernikahan selesai
Di dalam kemegahan pesta, Amita terbawa suasana
Ia melupakan seluruh beban pikirannya saat ini
Sampai saat pengantin pria menjemputnya untuk pergi ke kamar pengantin
Cakra [Main Lead]
Mulai malam ini, dirimu adalah ratu di kerajaan ini
Cakra menyodorkan tangannya, mengajaknya untuk berjalan bersama meninggalkan aula
Amita/Nisha
(GAK MASUK AKAL!!)
Amita/Nisha
(MANA ADA MANUSIA SEGANTENG INI WOI)
Amita/Nisha
(OUTFIT MACAM APA ITU, INI BENERAN PAKE GAYA NUSANTARA?)
Amita kembali menurut meski seluruh perasaannya bercampur aduk
Amita/Nisha
(Misinya harus lewatin malem pertama, tapi sebenernya Aku harus ngapain?)
Amita adalah pemegang tittle jomblo selama 27 tahun
Amita/Nisha
(Masa sih- ///)
Amita/Nisha
(Te-tenanglah Amita! sekarang kita lepasin dulu aja semua hiasan yang bikin gak nyaman ini)
Amita yang berusaha kembali berpikir jernih malah langsung digagalkan oleh Cakra yang melepas jubahnya
Amita/Nisha
(Masa sih beneran begitu? ///)
Cakra [Main Lead]
Tidurlah, besok segudang pekerjaan akan menghujanimu
Cakra mengambil satu peti gulungan daluang dan alat untuk menulis
[Fyi : Daluang adalah media tulis pada zaman Nusantara]
Amita selesai melepas semua dandananya dan membasuh wajahnya dengan air hangat yang di sediakan di baskom
Amita/Nisha
(Bekerja sampai selarut ini?)
Amita/Nisha
(bukankah dia itu tiran?)
Amita/Nisha
(bahkan untuk pemilihan ratu saja, dia memilih mereka yang bisa bertahan dengan saling bunuh satu sama lain)
Amita/Nisha
(ugh, Aku merasa buruk karena Aku sendiri adalah pemenangnya)
Cakra [Main Lead]
Aku menjanjikan satu keinginan untuk ratu yang terpilih
Cakra [Main Lead]
kecuali meminta lengser dari posisi ratu dan hidup bebas, adinda ratu boleh minta apa saja
Cakra [Main Lead]
bahkan kepala raja kerajaan yang menjualmu ke tanah ini *smirk
Amita/Nisha
(ugh, bilang saja kau haus darah! dasar maniak perang!)
Amita/Nisha
(btw, doi sebut aku Adinda? kalau gitu Aku harus nyebut doi Kakanda gitu? ew! cringe banget!)
Cakra [Main Lead]
Sebut keinginanmu.
bukankah demi saat ini, Adinda ratu menaklukan neraka perburuan saat itu?
Amita dipaksa untuk berpikir cepat
Hidup dengan tradisi zaman ini pasti tidak mudah terlebih jika dirimu memgang posisi ratu
Amita/Nisha
Diriku ingin dibebaskan dari segala tradisi yang mengikat.
Tolong biarkan diriku bertindak semauku di dalam istana.
Cakra [Main Lead]
Pft-
sepertinya Adinda Ratu berniat membawa badai di istana ini
Cakra [Main Lead]
Baiklah! tapi diriku masih akan memberi hukuman,
kalau-kalau aksimu nyata membahayakan kerajaan
Amita/Nisha
(Setidaknya sebelum heroine datang, Aku akan bersenang-senang semauku, hahaha)
Suasana kamar yang remang dan aroma kembang yang memberi sensasi tenang membuat Amita mudah mengantuk
Ia tak lama jatuh tertidur
Comments