SEKALIPUN Usianya sudah mencapai sekitar tujuh puluh tahun, tapi si Jahanam Tua tampak masih tegar dan gesit. Langkahnya belum terhuyung-huyung. Ketika ia mendekati Santana , Langkah itu masih kelihatan gagah dan penuh semangat. Bahkan berkesan ganas. Suaranya pun masih terdengar lantang, Tidak serak atau berat seperti suara seorang kakek pada umumnya.
"Santana!" Sapa si Jahanam Tua.
"Jahanam Tua!" Balas Santana sambil tersenyum sinis. Balasan itu menunjukkan bahwa Santana tak merasa gentar berhadapan dengan si tokoh hitam dari pulau wingit itu.
"Apakah kau ikut dalam pertarungan di bukit kecubung itu?!"
"Bukit kecubung terletak tak jauh dari negeri Bardanesya. Pertarungan yang terjadi di sana adalah kehendak dari si Hantu Urat Iblis yang menculik Putri Raja Gundalana. Muridmu itu mati ditangan Hantu urat Iblis!"
"Yang kutanya, apakah kau ikut dalam pertarungan di bukit itu, tolol!" Bentak si Jahanam Tua dengan jengkel, karena jawaban Santana tidak sesuai dengan Pertanyaan nya.
"O, ya! Tentu aku hadir disana" jawab Santana sambil tersenyum kalem.
"Aku hadir sebagai penantang si Hantu Urat Iblis. Tapi yang membunuh muridmu bukan aku, melainkan si Hantu Urat Iblis itu!"
"Kau tak perlu menggurui ku, Santana! Aku tahu murid ku memang tumbang di tangan Hantu Urat Iblis, Tapi yang ingin kutanyakan, Apakah kau yang disebut-sebut sebagai pemuda tampan yang menewaskan Hantu Urat Iblis Itu?!"
"Terimakasih atas pengakuan mu, Jahanam Tua. baru sekarang kudengar ada orang jujur yang mengakui Ketampanan ku!"
"Aku bertanya, apakah kau pemuda tampan yang membunuh Hantu Urat Iblis itu?!" Gertak Jahanam Tua.
Jika sudah digertak begitu, Santana segera betulkan jawabannya. Walaupun ia menjawab sambil tersenyum, tapi jawaban itu tepat seperti apa yang diharapkan oleh pertanyaan si Jahanam Tua.
"Ya , memang aku yang membunuh Hantu Urat Iblis ! Kau mau memujiku sebagai pemuda tampan yang hebat? Oh , kurasa itu tak perlu. Aku tak butuh pujian mu, Jahanam Tua!"
Wuuut....! Jahanam Tua mengibaskan tongkatnya secara tiba-tiba. Tongkat itu menyambar kepala Santana. Untung pemuda murah senyum itu segera rundukkan kepala hingga sabetan tongkat tersebut tak kenai kepalanya.
Santana tak mau tinggal diam. Ia sodokkan tongkat bambu kuning nya di perut si Jahanam Tua. Suuut...! Sodokan itu ditahan dengan telapak tangan Jahanam Tua. Deees... !
Telapak tangan itu berasap, karena tenaga dalam Santana yang di salurkan dalam tongkat bambu kuning nya beradu dengan tenaga dalam yang ada di telapak tangan kiri Jahanam Tua. Santana mencoba mengarahkan tenaga dalam nya sambil lakukan dorongan. Tapi si jubah abu-abu itu bagaikan gunung yang sulit ditembus atau di dorong oleh tongkat bambu kuning tersebut.
Tanpa di duga-duga Jahanam Tua kelebatan kan kakinya dan tendangan itu tepat kenai lengan Santana. Bruuuhkkk....! Tubuh Santana terlempar ke samping dan terguling-guling.
Bruuukkk...!
"Edan!" Tendangan nya berat sskali. Lengan ku seperti dihantam pakai besi besar. Uuuuh....! Tulang lenganku terasa remuk kalau begini!" Sambil menyeringai menahan rasa sakit pada lengannya, Santana mencoba bangkit dengan bantuan tongkat bambu kuning nya. Tangan kirinya lemah, tak bisa digerakkan lagi. Sepertinya seluruh urat di tangan kirinya putus akibat tendangan yang tadi kenai lengan Santana tampak mengepulkan asap putih tipis.
"Keparat kau , Jahanam Tua! Mengapa kau menyerang ku tanpa berunding lebih dulu , hah?!" Santana berang, tapi seperti anak kecil yang sedang bersungut-sungut karena ngambek.
"Kalau begitulah kaulah yang harus ku musnahkan!" Tuding Jahanam Tua dengan pandangan mata kian tajam.
"Mengapa kau ingin memusnahkan diriku?!" Sambil Santana bergerak mundur, Sebab Jahanam Tua mendekati nya dengan pancaran Pandangan mata tampak bernafsu sekali untuk membunuhnya.
"Ku terima wangsit dari Dewata di dalam mimpiku, bahwa orang yang bisa menyelamatkan Titisan Tapak Lintang adalah pemuda tampan yang berhasil membunuh Hantu Urat Iblis! Oleh sebab itu, aku harus membunuh mu sebelum kau selamatkan titisan Tapak Lintang!"
Suto Sinting berkerut dahi. Ia ingat kembali tentang pertemuan nya dengan Eyang Tapak Lintang di dalam Gua aneh itu. Ia memang di minta membantu titisan Eyang Tapak Lintang yang berusaha temukan kembali Pedang Jagal Keramat. Tetapi ia tak tahu siapa Titisan Eyang Tapak Lintang Itu dan siapa pencuri Pedang Jagal Keramat. Sekarang ia justru mendengar si Jahanam Tua ingin membunuh orang yang akan menyelamatkan nyawa Titisan Eyang Tapak Lintang itu. Sungguh hal yang aneh bagi Pendekar Mabuk, Mengapa si Jahanam Tua bernafsu ingin membunuh orang yang akan lindungi titisan Eyang Tapak Lintang?.
Ternyata bukan hanya Suto Sinting yang mendengar perkataan Jahanam Tua. Ada sepasang telinga yang mendengar ucapan itu. Sepasang teringat tersebut berada di balik kerimbunan semak dan mengintai dari sana. Ia baru saja tiba di tempat itu karena suatu hal yang kebetulan dalam perjalanannya yang ingin menemui sang guru dipantai Tangkur.
Orang yang berada di balik kerimbunan semak itu segera muncul setelah Santana diserang oleh Jahanam Tua dengan Jurus yang mematikan. Jurus itu berupa semburan api yang keluar dari mulut ukiran naga di kepala tongkat si Jahanam Tua.
Tongkat berkepala ukiran naga itu di sodokkan ke depan, dan semburan api keluar dari tongkat itu menyambar Santana. Wooos...! Santana tak mau mati terbakar. Ia segera menghindar dengan lakukan lompatan yang menggunakan Toya nya alat pelempar tubuh , mirip seorang Atlet lompat galah. Wuuuus...!
Akibatnya api yang menyembur itu mengenai sebatang pohon, Zuuurb! Pohon itu segera terbakar. Dalam tiga helaan napas pohon itu menjadi Arang, seakan panas api yang keluar dari tongkat si Jahanam Tua itu bekerja dengan cepat hingga dalam tiga helaan napas pohon tersebut sudah menjadi arang sendiri.
"Gila! Tinggi sekali daya panas api itu?!" Gumam Suto Sinting. "Rasa-rasanya Santana tak akan mampu hadapi si Jahanam Tua. Dasar pemuda konyol pakai mengaku sebagai pembunuh si Hantu Urat Iblis segala! Aku harus segera menolongnya!"
Namun sebelum Pendekar mabuk Bergerak menolong, Orang yang mengintai dari balik semak itu sudah lebih dulu berkelebat dan menerjang si Jahanam Tua dengan kecepatan gerak yang cukup membingungkan. Orang tersebut bergerak ke sana-sini bagai bola memantul dari pohon ke pohon. Kehadirannya bukan tidak di ketahui oleh si Jahanam Tua, Tapi sangat di ketahui, karena Jahanam Tua segera bersiap hadapi orang tersebut. Tapi gerakannya yang mencelat kesana-sini itu membingungkan mata si Jahanam Tua.
Orang tersebut akhirnya menggunakan pundak Santana sebagai tempat berpijak sekejap, Lalu tubuh nya meluncur ke arah Jahanam Tua dengan bersalto satu kali. Ia melayang melewati kepala Jahanam Tua, dan ketika hendak mendarat kakinya menendang ke belakang seperti seekor kuda. Wuuut, buuuuhk....!
Tendangan itu tepat kenai punggung Jahanam Tua. Orang tersebut tersentak ke depan, terhuyung-huyung menahan keseimbangan tubuhnya. Pada saat itulah kaki Santana berkelebat menendang ke atas.
Prrook...! Dagu orang tua itu terkena tendangan telak Santana hingga wajahnya terdongak dan tubuh nya melengkung ke belakang.
Santana segera sodokkan Toya ke ulu hati Jahanam Tua. Suuut....! Tapi gerakan tanpa melihat dari Jahanam Tua masih sempat menangkis sodokan Bambu kuning itu dengan menggunakan tongkat merahnya. Traaak...! Duaaarr...!
Ledakan keras terdengar mengejutkan. Tenaga dalam yang tersalur dalam tongkat masing-masing timbulkan ledakan keras yang mempunyai gelombang sentakan cukup kuat. Akibatnya pemuda itu terlempar ke belakang dan Jahanam Tua tumbang ke belakang pula, Namun hanya dua langkah dari tempat nya berdiri, sedangkan Santana Jatuh sejauh enam langkah dari tempat nya berdiri.
"Bangsat!" Teriak jahanam tua sambil segera bangkit dan membuka jurus siap perang. Ia memandang ke arah si pendatang yang ternyata adalah seorang perempuan berusia sekitar tiga puluh tahun.
"Hei, sepertinya aku pernah melihat perempuan itu?!" Ujar batin Suto sambil memandang heran ke arah perempuan berjubah hijau muda dengan kutang dan kain bawahan yang tipis warna merah jambu. Perempuan itu berwajah cantik, dengan tahi lalat di sudut dagu kirinya. Tubuhnya tampak sekali dan berdada montok.
"O, ya... Aku ingat Siapa dia!" Ujar Suto masih dalam batinnya. "Tapi apakah ia mampu kalahkan si Jahanam Tua?!"
...*...
...* *...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments