Di depan sang ibu, Denara menceritakan semua yang terjadi kepada dirinya dan anak-anaknya. Dia menceritakan kalau Dhafin sudah menikah lagi dan sudah menjatuhkan talak kepadanya.
Mendengar itu, Daniah merasa amat sedih. Daniah memeluk tubuh Denara dengan tangis yang berderai. Dia harap sang putri akan selalu kuat menerima cobaan yang datang pada nya. Karena sejatinya sebuah cobaan yang datang pada diri seseorang bukan untuk menghukum tapi untuk mendewasakan diri serta menjadikan diri menjadi pribadi yang lebih baik dan kuat ke depannya.
* * *
Keesokan harinya, Denara berulangkali meminta izin kepada Daniah, dia ingin mencari pekerjaan karena tidak ingin menambah beban bagi sang ibu yang sudah sepuh. Tapi Daniah melarang.
Denara mempunyai seorang kakak laki-laki, dan kakak nya merupakan seorang aparatur negara yang saat ini tengah bertugas di luar kota. Sang kakak yang terpaut usia dua tahun di atasnya, dia masih lajang dan dia lah yang selama ini menanggung semua kebutuhan Daniah. Bahkan sesekali sang kakak yang bernama Denis suka mengirimkan paket untuk Daniah, Ciko dan Cika. Paket yang berupa pakaian, mainan dan lain nya. Denis sangat menyayangi Denara dan kedua keponakan nya.
Daniah ingin menceritakan masalah yang tengah menimpa Denara kepada Denis, tetapi Denara melarang, karena dia tidak ingin membuat sang kakak khawatir karena kepikiran tentang dirinya dan anak-anaknya lalu menganggu tugasnya di kota orang.
''Besok saja, Nak. Ibu bukannya melarang kamu untuk mencari pekerjaan, tapi tunggu seminggu atau lebih, kamu harus menenangkan diri mu dulu. Lagian ibu tidak merasa direpotkan dengan kehadiran kamu dan cucu-cucu ibu. Malahan ibu senang kalian tinggal di rumah ini, karena ibu ada teman dan tidak kesepian lagi. Ibu masih punya banyak uang simpanan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari kita,'' kata Daniah meyakinkan, senyuman di wajah tua nya terpatri indah. Mendengar itu Denara hanya bisa menuruti perkataan sang ibu.
Ciko dan Cika sudah kembali ceria, selesai sarapan, mereka asyik bermain mainan yang pernah dibelikan oleh Denis dan mainan itu memang mereka tinggal di rumah Daniah.
Walaupun Ciko dan Cika nampak ceria, tetapi di dalam hati, mereka masih menyimpan amarah yang besar kepada sang papa.
* * *
Di tempat berbeda, pukul sembilan pagi, Dhafin dan Laras baru bangun tidur, mereka telat bangun karena tadi malam setelah mengusir Denara dan anak-anak, mereka merayakan kepergian Denara dengan begitu bahagia dengan bermain-main di atas ranjang cukup lama, mereka merasa terbebaskan dari beban. Iya, Laras menganggap kalau Denara dan anak-anaknya adalah beban bagi Dhafin, sehingga dia begitu antusias mendesak Dhafin untuk mengusir Denara.
''Sayang, kamu belum bikin sarapan?'' tanya Dhafin. Saat membuka mata, dia melihat Laras masih berbaring di sebelah nya.
''Ya belum lah, Mas. Aku tidak akan pernah masak, nanti tubuh aku bauk bawang dan kuku kuku aku yang indah patah. Makanya kamu cari pembantu aja,'' kata Laras angkuh dengan mata masih tertutup. Sebenarnya Laras sudah bangun dari tadi, tapi dia malas bangkit.
Mendengar itu, Dhafin hanya bisa menghela nafas panjang.
Tiba-tiba saja dia teringat dengan sosok Denara. biasanya setiap pagi, aroma masakan sudah menguar menusuk indra penciuman, karena Denara sudah memasak sebelum dia bangun tidur.
Saat dia sudah membersihkan dirinya dan bersiap berangkat bekerja, semua hidangan sarapan pagi sudah siap di atas meja.
Denara melakukan tugasnya sebagai seorang istri dan ibu dengan baik. Karena itu, dia tidak sempat merawat tubuh serta penampilan nya. Bagi Denara, kebutuhan dan kebahagiaan suami dan anak-anak nya adalah nomor satu, hingga dia melupakan kebutuhan dan kebahagiaan dirinya sendiri.
Bangun Dhafin dari ranjang king size, dengan langkah kaki gontai dia berjalan ke kamar mandi. Dia harus segera membersihkan diri, karena dia harus berangkat bekerja.
Beberapa minggu yang lalu Dhafin baru di angkat menjadi asisten pribadi CEO di perusahaan tempat nya bekerja, kinerjanya yang selama ini selalu bagus dan disiplin membuat Sang CEO amat mempercayai nya.
Tidak lama setelah itu Dhafin keluar dari kamar mandi, dia langsung saja mengambil pakaian nya dari lemari dan memakai nya cepat.
Laras masih betah berada di atas kasur, dia sama sekali tidak berinisiatif untuk membantu Dhafin menyiapkan keperluan untuk bekerja. Lagi-lagi Dhafin hanya bisa menggeleng kepala melihat sikap Laras yang begitu pemalas serta manja. Tapi, lekuk tubuh Laras yang menggoda membuat dirinya mengalah, karena dia tidak ingin kehilangan jatah nya.
* * *
''Kenapa kamu bisa telat, Dhafin? Apa kamu lagi ada masalah? Ini merupakan kali pertamanya kamu telat!'' ujar sang ceo begitu Dhafin tiba di kantor, Dhafin langsung saja berjalan memasuki ruang atasannya itu karena sang atasan yang memanggilnya untuk menghadap.
''Maaf Pak. Lain kali saya tidak akan mengulangi lagi,'' balas Dhafin.
''Baiklah. Saya pegang omongan kamu Dhafin. Kamu itu baru beberapa hari saya angkat menjadi asisten pribadi saya, jadi jangan berulah, tetaplah berlaku baik dan disiplin seperti dulu. Karena kalau tidak, saya tidak akan segan-segan untuk menurunkan jabatan kamu,'' Ceo muda tersebut berkata tegas.
Dhafin hanya manut saja, setelah itu dia berlalu ke ruangan nya. Ruangan nya yang ada di sebelah ruangan sang atasan.
''Ah, sial!'' gerutu Dhafin kesal. Ketika dia membuka laptop dan mulai memeriksa laporan, dia melihat banyak sekali pekerjaan yang belum dia selesaikan. Melihat itu, mendadak membuat kepalanya sakit.
Dulu, saat masih bersama Denara, Dhafin selalu datang lebih awal dari pada karyawan lain, karena di rumah, Denara melayani nya dengan baik. Dan setibanya di kantor, dia akan langsung mengerjakan pekerjaan dengan cepat karena perutnya yang kenyang dan pikirannya pun tenang.
Tapi kali ini, sudah datang telat, dan Dhafin pun belum mengisi perutnya dengan makanan maupun minuman apapun, dan hal itu membuat dirinya sulit berpikir, dan perutnya pun sudah terasa perih karena lapar.
Di ruangan sang ceo, CEO muda itu pun tampak sibuk menandatangani beberapa berkas.
Ceo muda yang bernama Brian. Iya, Brian yang telah membantu Denara, Ciko dan Cika malam itu.
Brian merupakan seorang duda, dia berpisah dengan istrinya karena istrinya yang tidak bisa menjadi istri yang baik. Dia belum memiliki anak, karena sang mantan istri yang menolak keras untuk mempunyai anak. Mantan istrinya merupakan seorang model ternama yang memiliki tubuh indah, dan karena itulah dia tidak ingin memiliki anak dan karena itu juga lah Brian menceraikan nya. Selain itu juga karena sang mantan istri yang masih mau bebas jalan-jalan sama temannya, dia tidak pernah membatasi diri padahal dia sudah mempunyai suami. Dan hal yang paling fatal yang tidak dapat Brian maafkan adalah, karena dia memergoki sang istri yang tengah bercumbu mesra dengan pria lain.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments
Titik Novrianti
baru sehari ditinggal denara, udah berantakan hidupmu🤣🤣🤣🤭
2023-08-03
2
Patrick Khan
.lanjut kak
2023-04-03
1