" Jangan tinggalkan aku sendiri ibu , aku mohon " pinta seorang gadis kecil dengan air mata yang terus membasahi wajah mungilnya. Mengharap sedikit saja belas kasih dari ibu yang sudah melahirkannya , " lepaskan tanganmu Rea. Kau membuatku malu " ucap wanita itu begitu tegas sambil melepas paksa jari-jari kecil yang terus menggenggam tangannya begitu erat, " bu , bawa aku pergi bersamamu , ayah tidak menyayangiku "
" Aku bilang lepaskan tanganmu " teriak wanita itu tanpa rasa belas kasih sedikit pun pada anak kecil yang lahir dari rahimnya sendiri, " aku tidak mungkin membawamu masuk ke dalam keluarga baruku. Jadi pulang lah kerumah ayahmu Rea, Jika nanti ada waktu aku akan datang melihatmu " ucapnya tanpa perasaan.
Perlahan tangan kecil itu melepas pegangan tangannya. Bersamaan dengan air mata yang ikut berhenti mengalir, " pulanglah " ulang wanita itu lalu meninggalkan Rea kecil begitu saja. Namun tiba-tiba langkahnya terhenti lalu memutar tubuhnya dan kembali berjalan menuju gadis kecil yang kini menatapnya dengan mata berbinar. Ia berharap mungkin ibunya sudah bermurah hati untuk membawanya pergi.
Wanita itu terlihat merogoh tasnya. Lalu mengeluarkan beberapa lembar uang kertas dengan jumlah yang cukup besar, " ambil untukmu " katanya memaksa dan memasukan lembaran uang kertas itu ke dalam telapak tangan kecil milik Rea, " gunakan uang ini sebaik mungkin dan setelah ini, meski pun kau melihatku jangan pernah memanggilku lagi dan merengek seperti tadi "
" Biar aku yang datang menemuimu. Selebihnya jika kita bertemu. Anggap saja kita tidak saling kenal " tambahnya. Membuat gadis kecil itu terdiam mematung dengan perasaan yang begitu sakit.
Dia memang hanya gadis kecil yang baru berumur 8 tahun. Namun, perasaannya sudah cukup paham dengan rasa sakit yang terus ia terima oleh kedua orang tuannya. Tidak ada yang peduli. Tidak ada yang menyayanginya seperti anak-anak se-usianya yang masih membutuhkan kasih sayang orang tua. Namun Rea kecil sudah harus menerima rasa sakit oleh kedua orang tua yang egois.
" Apa kau mengerti ? " teriak wanita itu lagi. Gadis kecil itu mengangguk pelan dan menahan dirinya untuk tidak kembali merengek. Mengharapkan sedikit saja belas kasih yang sudah ia ketahui kalau itu tidak akan mungkin.
Mata sendu itu terus menatap pada punggung ibunya yang terus berjalan menjauh.
Tes. Rintik hujan yang tiba-tiba jatuh ke bumi tanpa pamit dan langit yang mendung seolah ikut peran dalam kesedihan gadis kecil dengan pakaian yang lusuh. Tangan kecil itu menepis air mata yang kembali mengalir dari sela mata coklatnya, " takdir hidupmu tidak akan berubah meski kau menangis Rea " ucapnya serak. Namun, semakin kuat ia menahan kesedihannya maka semakin hancur pula perasaannya dan membuat air mata itu mengalir tanpa bisa di cegah, " Kenapa tidak ada yang menyayangiku Tuhan. Padahal Rea bukan anak yang nakal " ucapnya di dalam tangisan dengan pakaian yang sudah basah oleh air hujan.
Bola mata coklat itu terbuka. bersama nafas yang menderu dan keringat yang sudah membasahi dahinya, " kenapa kenangan menyakitkan itu harus menjadi mimpi burukku " ucap perempuan dewasa yang telah duduk di sisi tempat tidurnya yang mewah, " ceh , lagi lagi aku menangis " lanjutnya saat merasa wajahnya sudah basah oleh air matanya sendiri.
Ia beranjak dari tempat tidur dan meninggalkan kamarnya yang mewah menuju dapur yang berada di lantai satu rumahnya.
Pikirannya sedikit tenang setelah meneguk air dingin yang ia ambil dari dalam lemari es , " menjadi gelandangan atau kaya raya takdirku tetap sendiri " ucapnya dengan senyuman begitu pahit saat melihat rumah megahnya yang begitu terasa sunyi.
Ia tidak tinggal sendiri, ada begitu banyak pelayan yang bekerja untuknya . Namun ketika tengah malam seperti ini semua pelayan juga ikut meninggalkannya untuk berada dalam mimpinya masing-masing dan menyadarkan kalau sampai kapan pun dirinya akan tetap sendiri.
" Nona Rea " panggil seseorang, membuat perempuan itu tersentak dari lamunannya , " kau mengejutkan aku Rose " ucapnya dengan satu tangan yang memegang dada kirinya untuk mengatur detak jantung yang berpacu lebih cepat.
" Maafkan aku nona " ucap Rose. Wanita paruh baya yang bekerja cukup lama dengannya.
" Apa anda lapar nona ?"
" Tidak , aku hanya datang untuk mengambil air dan kau bisa kembali lagi ke kamarmu "
" Baiklah. Katakan saja jika nanti anda menginginkan sesuatu " kata Rose dan Rea mengangguk lalu meninggalkan dapur dengan satu gelas ditangannya.
~
" Kau terlihat begitu senang ? " ucap perempuan yang baru saja masuk , " sepertinya aku terlalu memaklumimu Dev " ujar Rea yang terkejut karena kedatangan sahabatnya yang masuk tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu ,
" Jelaskan padaku , kenapa kau begitu terlihat bahagia "
" Apa kau harus mengetahui segalanya ? "
" Tentu " sahut Devita lantang.
" Coba bantu aku untuk memilihnya " kata Rea sedikit malu. Devita yang sudah penasaran dengan cepat berjalan menuju meja kerja sahabatnya untuk melihat apa yang akan ia tunjukkan dari balik layar ipad di hadapannya itu, " gaun ? " ucap Devita sedikit terkejut pada slide yang terus berganti oleh jari telunjuk Rea.
" Sean mengajakku bertunangan " jelas Rea yang terlihat begitu bahagia , " oh my god " teriak tak percaya Devita pada kabar bahagia yang baru saja ia dengar , " Congratulation Rea , aku benar-benar bahagia untuk kabar ini " tambahnya dengan memeluk tubuh perempuan itu begitu erat.
" Dev lepaskan tanganmu , kau bisa membunuh keponakanku " ujar Rea menatap perut Devita yang sudah membesar.
" Dia juga pasti bahagia untukmu " kata Devita yang terus tersenyum karena begitu bahagia.
" Cepatlah keluar dari perut ibumu nak " kata Rea berbicara sambil mencodongkan tubuhnya pada perut besar milik sahabatnya itu, " oh astaga dia beraksi Dev " teriaknya kegirangan saat melihat gerakan tiba-tiba dari perut Devita , " kau lihat dia benar-benar bahagia untukmu "
" Aku sungguh tidak sabar kau hadir dalam kehidupan kami " ucap Rea sambil mendengar detak jantung dari bayi yang masih berada di dalam perut ibunya , " dia begitu aktif Dev " ujarnya lagi.
" Ya , ketika aku sedang bahagia reaksinya memang selalu berlebihan " keluh Devita menahan perut yang terus bergerak oleh bayi di dalamnya.
" Jadi gaun apa yang aku harus aku pilih Dev , aku benar-benar tidak bisa menentukannya " lanjutnya yang kembali pada pembahasan awal , " kemarikan padaku " pinta Devita pada ipad yang berada di tangan Rea.
" ini sangat cocok untukmu " katanya setelah menetapkan pilihannya pada gaun berwarna peach dengan taburan kristal , " kau memang selalu bisa di andalkan " ucap Rea begitu senang dan menyetujui pilihan sahabatnya itu.
" Kau memang wanita aneh , bisa memilih investor yang tepat tapi tidak bisa memilih barang-barang yang ingin kau gunakan sendiri "
" itu berbeda hal Dev " katanya membela diri , lalu segera mengambil benda pipih miliknya yang berada di atas meja , " aku harus menghubungi Sean kalau aku sudah menemukan gaunnya " katanya dengan senyum yang tak kunjung pudar , namun wajahnya tiba-tiba saja berubah setelah nomor telepon yang dia hubungi sedang berada di luar jangkauan , " ada apa Rea ? " tanya Devita yang mengerti pada perubahan wajah sahabatnya , " sudah dua hari Sean tidak menghubungiku dan hari ini nomornya sudah tidak lagi bisa di hubungi " jelas Rea pelan dengan raut wajah khawatir , " mungkin dia sedang sibuk dengan pekerjaannya , kau sendiri tahu calon tunanganmu ada lelaki pekerja keras "
" Ya , aku memang berharap seperti itu " sahut Rea pelan sambil menghela nafasnya untuk menepis perasaan cemas pada laki-laki yang sebentar lagi akan menjadi tunangannya itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 114 Episodes
Comments
roempoet liar soe
😂
2022-03-29
2
roempoet liar soe
😇😇😇😇
2022-03-28
0
eunhye19
si ibu lebih milih keluarga baru timbang anaknya sendiri
2022-01-02
0