Fearless
Kring! Kring!
Suara alarm membangunkan Calista dari mimpi indahnya. Dan itu membuat Calista sangat kecewa, karena ia merasa liburannya masih kurang.
Ya, hari ini Calista harus masuk sekolah dan tentunya ia sangat malas. Selain itu, di hari ini juga Calista harus melakukan upacara bendera, yang mana itu akan membuat tubuhnya berkeringat.
Karena tak mau dihukum karena kesiangan, akhirnya Calista buru-buru pergi menuju kamar mandi.
Skip
Waktu menunjukkan pukul tujuh dan itu membuat Calista berlari kearah mobilnya sebab ia takut terlambat datang ke sekolah.
"Neng, emang sekolah tidak melarang muridnya untuk mewarnai rambut ya?" tanya Pak Budi.
Calista tersadar bahwa selama liburan ia telah mewarnai rambutnya, jadi ia lupa untuk kembali menyemir rambutnya dengan warna hitam.
Ia menelpon sahabatnya yang bernama Friska, karena memang saat liburan keduanya pergi ke salon untuk mewarnai rambutnya.
Panggilan telepon dari Calista sama sekali tidak dijawab oleh Friska. Alhasil, Calista menelpon Erick.
Calista menelpon Erick karena dia merupakan anak dari pemilik sekolah. Dan tentunya Calista meminta agar Erick mengatakan kepada papahnya supaya murid-murid dibebaskan untuk mewarnai rambutnya.
Skip
Setibanya di sekolah, orang-orang memandang Calista. Ya, Calista tahu bahwa mereka pasti sedang memperhatikan rambut Calista yang warnanya begitu mencolok.
"Kenapa lo lihatin gue?" sinis Calista kepada adik kelas.
Adik kelas tersebut menunduk karena ia takut saat Calista menatapnya dengan tajam.
"Kalau sampai gue lihat lo tatap gue kayak gitu lagi, lo akan tahu akibatnya."
Calista mempercepat langkahnya menuju kelas, karena ia kesal dengan tatapan adik-adik kelas di ajaran baru ini.
Saat masuk kedalam kelas, Calista berpapasan dengan Kevin, sahabatnya yang merupakan idola murid-murid perempuan di sekolah ini.
Wajar saja jika dia diidolakan semua perempuan, karena dia memang sangat tampan, kaya dan juga dia merupakan ketua tim basket.
Tetapi dibalik wajahnya yang tampan, dia merupakan sosok lelaki yang sangat emosional dan juga sangat kasar jika ada yang membuatnya marah.
Calista sering sekali mencoba membuat dia marah. Namun sampai saat ini, Calista belum pernah diperlakukan kasar olehnya.
"Ada bule dari mana nih?" ledek Kevin dan itu membuat Calista menatap datar kearahnya.
Disaat Calista ingin duduk, Kevin terus menjahilinya dengan menghalangi Calista.
"Bisa minggir gak!"
"Gak bisa. Gimana dong?"
Calista mencubit perut Kevin dan itu membuat Kevin meringis.
Calista tertawa kecil dan ia berjalan kearah tempat duduknya.
Rania yang duduk di kursi depan langsung menoleh kearah Calista. "Calista, emang lo gak takut dikedepankan saat upacara?"
"Dia gak akan takut. Tapi dia pasti malu aja," sahut Kevin sambil duduk disebelah Calista.
"Gak malu kok. Lagipula bukan cuma aku yang rambutnya diwarnai."
"Bukan cuma kamu?" tanya Rania memastikan.
Calista mengangguk. "Friska juga warnai rambut kok."
Tak lama, Friska masuk kedalam kelas dan dia menghampiri sahabat-sahabatnya.
"Wah! ada teman buat nanti dihukum nih," kata Friska.
"Kalian kok gak ajak-ajak gue sih kalau mau cat rambut," kata Rania.
"Waktu itu lo kan lagi liburan, jadi ya gue ajak Friska aja."
Kring! Kring!
Bel masuk berbunyi dan semua murid bergegas menuju lapangan.
Disaat semuanya pergi menuju lapangan, Calista, Kevin, Friska dan Rania masih berdiam diri di kelas, dikarenakan mereka masih menunggu Erick yang sampai saat ini belum datang.
Lima menit kemudian, Erick masuk kedalam kelas dan dia langsung melemparkan tasnya ke meja.
"Rick, rambut lo diwarnai juga?"
"Iya," jawab Erick sambil nyengir.
"Terus kenapa tadi ditelepon gak bilang kalau lo diwarnai juga?"
"Ya karena biar lo ketakutan," jawab Erick.
Tanpa basa-basi, Calista mengatakan apakah mereka bertiga akan dihukum atau tidak. Lalu Erick dengan santai menjawab bahwa mereka tidak akan dihukum.
Wajar saja, dikarenakan pemilik sekolah ini adalah Papah Erick, jadi tentu saja tidak akan ada guru yang berani menegur Erick.
"Ya udah ayo ke lapangan!" ajak Rania.
Akhirnya mereka pergi menuju lapangan karena sepertinya upacara telah dimulai.
...****************...
Selama berbaris, Calista merasa risih karena banyak sekali yang menatapnya. Ia tahu pasti banyak sekali yang sedang membicarakannya.
Dibandingkan Friska dan Erick, memang rambut Calista lah yang paling terang. Jadi tak heran jika semua pandangan mengarah kepada Calista.
Calista menepuk pundak Kevin yang berada didepannya dan itu membuat Kevin spontan menoleh kearah Calista.
"Ada apa?" tanya Kevin.
"Rambut gue aneh banget ya?"
"Enggak kok. Malah tambah cantik kalau pakai warna itu," jelas Kevin.
Mendengar pujian Kevin, membuat Calista merasa percaya diri, dan dengan itu Calista akan mengabaikan tatapan semua orang.
Tiba-tiba, seorang guru datang menghampiri Calista. "Kenapa diwarnai rambutnya?"
"Anak pemilik sekolah juga rambutnya diwarnai, Bu. Jadi, emang saya gak boleh cat rambut saya?"
Guru itu menoleh kearah Erick, setelah itu dia pergi karena tidak berani menegur anak pemilik sekolah.
Calista dan Erick bertatapan dan mereka tersenyum karena telah memenangkan perdebatan yang sangat pendek itu.
"Guys, nanti istirahat kita makan di rooftop yuk!" ajak Friska.
"Terus yang beli makanan siapa?" tanya Rania.
"Ya suruh orang aja."
Dug!
Tiba-tiba saja ada orang yang pingsan dibarisan sebelah dan itu membuat perhatian semuanya tertuju pada orang itu.
Petugas PMR datang dan dia membawa murid yang pingsan itu dengan menggunakan tandu.
"Kira-kira kalau gue yang pingsan akan ada yang tolongin gue gak ya?"
"Ada. Nanti gue yang tolongin lo, habis itu gue buang lo ke tempat sampah," kata Kevin sambil tertawa kecil.
"Dasar sahabat gak ada akhlak!"
Rania menepuk pundak Calista, lalu dia membisikkan sesuatu. Sontak mata Calista membulat sempurna sebab ia terkejut karena ternyata orang yang tadi pingsan pernah dirumorkan berpacaran dengan salah satu guru.
"Dirumorkan sama siapa?"
"Dirumorkan sama pak Surya," kata Rania.
"Rumornya benar atau tidak?"
"Gue gak tahu. Soalnya gue kan belum pernah lihat mereka secara terang-terangan," kata Rania.
Pembicaraan keduanya membuat Friska, Kevin dan Erick jadi penasaran, karena mereka tidak tahu rumor mengenai pak Surya.
"Pak Surya kenapa?" tanya Friska, lalu Calista memberitahu sesuai dengan yang tadi Rania ucapkan.
"Ya ampun, kenapa harus sama pak Surya. Padahal kan lebih ganteng pak Fauzan daripada pak Surya," kata Friska.
Karena upacara masih belum selesai, akhirnya Calista meminta ijin pergi ke toilet. Bukan untuk buang air, melainkan ia ke toilet karena ingin bersantai sambil bermain ponselnya.
Setelah sampai di toilet, Calista memandang kesekitar karena ia takut jika ada orang disekitarnya. Karena dirasa tidak ada, jadi ia memutuskan untuk pergi menuju tempat yang berada dibelakang toilet.
Beberapa menit kemudian, Calista mendengar suara langkah kaki yang menuju kearahnya dan itu membuat Calista panik. Tapi setelah diintip, ternyata orang itu adalah Friska.
"Lo ngapain kesini?"
"Di lapangan panas banget, makanya gue kesini," jelas Friska.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
Keni Aulia Rahmi
:v
2023-10-19
0
Oh Dewi
Mampir ah...
Sekalian rekomen buat yang kesusahan nyari novel yang seru dan bagus, mending coba baca yang judulnya (Siapa) Aku Tanpamu wajib searchnya pakek tanda kurung dan satu novel lagi judulnya Caraku Menemukanmu
2023-05-04
1