Sang adik langsung melarikan diri, karena ia takut di gelitik oleh Sasya.
Anatasya sendirian, ia di kamarnya tanpa siapapun. Sang Adik kini sedang mandi, Sasya yang sangat merindukan kasih sayang orang tuanya. Orang tua yang super sibuk dan jarang peduli padanya, bukan hanya dia yang merasakannya tapi adiknya juga.
Karena itu ia sangat menyayangi adiknya, ia tidak ingin apa yang ia rasakan juga dirasakan oleh adiknya. Ia ingin sang adik bisa merasakan kebahagiaan yang lebih dari yang ia rasakan, Iya ingin melihat adiknya selalu tersenyum tanpa ada suara tangis. Baginya Tidak ada yang lebih penting, kecuali senyuman yang terukir di wajah adiknya.
kini adiknya telah selesai mandi, adiknya masih menatap sang kakak yang sedang melamun. Dia pun berjalan mendekati sang kakak.
'' Kakak lagi ngelamuni apa?'' tanyanya yang penasaran.
'' Nggak ada dek, kakak nggak lagi ngelamunin apa-apa.'' jawabnya dengan santai agar sang adik tidak curiga.
'' Kakak ini ngelamun terus, tapi kalau ditanya selalu bilang nggak ngelamuni apa-apa. Adek sedih loh kak, Kakak jujur aja sama adek.'' ucapnya meyakinkan sama kakak.
'' Nggak ada loh sayangku, dari pada debat dan bahas hal nggak berguna. Mending sekarang kita turun, kakak uda laper nih, adek udah laper belum?'' tanya Sasya untuk mengganti topik.
'' Ya udah deh ayuk, kebetulan adik juga udah laper Kak.''ucapnya dengan tersenyum lebar.
Mereka pun akhirnya turun ke bawah, keduanya yang sudah lapar menyantap makanannya ada di atas meja. Setelah selesai makan mereka melanjutkan untuk belajar, kehidupan yang selalu ada kata belajar. Adiknya selalu mendapatkan juara kelas, sedangkan Sasya tidak pernah.
Keesokan harinya, Sasya kembali ke sekolah. hari ini adalah hari pengumuman di mana kelas ia, Jujur saja ia sangat deg-degan. Ia dan teman-temannya baris di satu barisan yang sama, sambil menunggu penantian pengumuman di mana kelas mereka. Satu persatu mulai dipanggil namanya, dan kini pembagian kelas IPA 1 telah selesai. Sasya rasanya ingin menangis, karena ia mengira kemungkinannya akan sangat kecil untuk masuk IPA.
Kini giliran anak IPA 2, Sasya terus berdoa agar namanya dipanggil. Tiba-tiba saja yang terpanggil adalah nama Wina, Wina langsung pergi ke barisan kelas yang telah ditentukan. Kini mereka masih tetap dalam satu barisan yang sama, Sasya semanggi berdebar Ia semakin ketakutan. Dan alangkah bahagianya ketika namanya terpanggil untuk mengisi kelas IPA 2, ia tersenyum dengan sangat lebar. Kemudian mengucapkan selamat tinggal kepada temannya, dan berjanji akan berkumpul di tempat semalam kembali.
Wina yang tadi sebelumnya panik, karena ia tidak mengenal siapapun yang akan mengisi kelas IPA 2. Kini ia sangat bahagia karena ada Sasya bersamanya, ia pun membicarakan dengan Sasya untuk duduk sebangku. Setelah lengkap 36 siswa, Mereka pun diminta untuk pergi ke ruang kelas mereka. Mereka pun pergi ke sana kemari mencari meja dan kursi yang kurang, akhirnya Sasya dan Wina menemukannya dan meletakkannya di barisan pojok paling depan.
Awalnya Wina tidak mau di depan, tetapi melihat situasi yang sudah tidak memungkinkan untuk duduk di belakang. Mau ataupun tidak mau mereka harus duduk di depan, dan ya itu adalah pengalaman pertama bagi Wina untuk duduk di barisan paling depan. Tapi tidak dengan Sasya, yang memang sudah sejak dulu duduk di barisan paling depan.
Mereka berkenalan dengan siswa yang berada di belakang mereka, mereka berdua bernama Tia dan juga Sani, ternyata Tia dan Sani berasal dari SMP yang berada di sebelah SMA ini. Tia dan Sani sangat baik, mereka berdua dengan rama tama menyambut perkenalan mereka.
Sasya dan juga Wina sebenarnya adalah orang yang pemalu, tetapi Sasya mencoba keluar dari rananya. Dan ia memberanikan diri, karena ia ingin memiliki banyak teman. Tidak seperti dulu yang selalu dijauhi, karena dipandang sebagai anak kepala sekolah.
Inilah kesempatan yang bagus bagi Sasya, karena selama ini ia merasa kalau ia memang harus merubah sikapnya. Dan di sini ia berhasil menemukan banyak sekali teman, yang tidak memandang fisik dan juga harta. Bahkan teman-temannya tidak mengetahui status ataupun pekerjaan kedua orang tua Sasya, dan hal itu membuat Sasya sangat bahagia. Karena teman-temannya mau berteman dengannya tanpa memandang fisik dan status dari kedua orang tuanya.
Tiba-tiba saja datanglah kakak senior, kakak senior memperkenalkan organisasi yang bernama marching band. Sasya yang memang suka dengan musik, ia mencoba mengikuti organisasi tersebut. Ia awalnya mengajak Wina bersamanya, tetapi Wina enggan untuk ikut dengannya.
Sasya tidak mau memaksa Wina, dan akhirnya ia ikut organisasi itu sendiri. Sepulang sekolah mereka dikumpulkan di sebuah lapangan, untuk mengetahui siapa-siapa saja yang mengikuti organisasi marching band. Tanpa disadari, Ternyata ada seseorang yang juga berasal dari kelasnya. Karena ia belum mengenal anak itu, Ia pun mendekatinya dan berkenalan.
'' Hai kamu berasal dari X IPA ² ya?'' tanyanya kepada pemuda itu.
'' Iya, kamu dari X IPA 2 juga ya?'' tanyanya kembali.
'' Iya, kenalin nama aku Anastasya.'' ucapnya memperkenalkan diri.
'' Oh nama kamu Anastasya, kenalin aku Paskah. Senang bisa berkenalan dengan kamu Anastasya.'' ucapnya dengan penuh senyuman.
'' Iya aku juga senang, karena aku punya temen latihan dari kelas. Jadi nggak cuma sendirian di organisasi ini.'' ucapnya dengan senyuman yang lebar.
Setelah menuliskan nama mereka di kertas selembar, dan kakak tingkat mengabsen kehadiran mereka. Mereka pun dipulangkan, untuk jadwal latihan mereka akan disampaikan oleh kakak seniornya di pertemuan berikutnya. Sasya pun langsung keluar, ia sedang menunggu jemputan dari mamanya.
Seperti biasanya, sang Mama akan menjemput terlambat. Tetapi Sasya sudah terbiasa, walaupun hal ini baru terjadi beberapa hari sejak ia masuk ke SMA ini. Sasya sudah tahu itu, dan ia duduk di sebuah kursi yang berada di gerbang depan.
Tiba-tiba saja HP Sasya berdering, ia pun baru teringat kalau ia ternyata memiliki janji dengan teman-temannya. Dengan cepat Ia berlari ke tempat mereka nongkrong kemarin, di sana sudah ada Desi, Widya, Pena Dan juga Ira. Hanya Wina saja yang tidak ada, karena Wina sudah dijemput oleh sang ayah.
'' Maaf teman-teman aku lupa.''ucapnya dengan rasa bersalah.
'' Udahlah nggak apa-apa, yang penting kan sekarang kamu sampai sini Sya.''ucap Widya.
'' Makasih guys.'' ucapnya kembali dengan senyuman yang lebar.
'' Udah sini duduk di samping aku, uda kami siapin.'' perintah Widya.
'' Karena uda kumpul, mari kita mulai topik pembicaraan.'' ucap Desi yang memang sudah sangat penasaran.
'' Boleh tuh, tapi kita mulai dari siapa ya?'' ucap Ira dengan melirik kanan dan kirinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 182 Episodes
Comments