Jiwoo melihat kematian sang kakak tepat di hadapannya. Namun, sejak kejadian itu ia yakin bahwa kematian itu bukan sekadar "Bun*h diri".
Ia sanggup menggadai apapun yang ia miliki hanya untuk mencari dalang kematian sang kakak. Pada akhirnya ia memutuskan untuk bergabung di sebuah kelompok berandalan.
Kelompok itu mengubah dirinya sendiri menjadi seseorang yang sangat brutal dan kejam, tidak pernah ragu untuk melukai orang lain.
Bahkan ia sanggup menjadi mata-mata untuk kepentingan kelompoknya. Dari situ ia berteman dengan Chifuyu, salah satu anggota Toman.
Sialnya, pembunuh kakaknya merupakan sang atasan yang telah merekrut dirinya. Ia membalaskan rasa kecewa dan kebencian itu.
Dan sampailah ke titik sekarang, gelapnya dunia menarik dirinya semakin dalam. Ia tidak bisa lolos dari dunia itu lagi, dan ikut bergabung dengan kelompok berandalan bernama Black Dragon.
Jiwoo
Aku harus melanjutkan hidupku, meski harus menjadi orang jahat.
-Review End-
-Di sebuah kamar-
Gadis bersurai panjang sedang bersiap-siap untuk pergi ke sekolah. Kini jas sekolah yang ia kenakan berbeda dari sekolah sebelumnya.
Jiwoo
Aku berharap kehidupanku di sekolah baru baik-baik saja.
Jiwoo memutuskan untuk pindah sekolah hanya ingin menutupi identitasnya sebagai seorang anggota berandalan.
-Di sekolah-
Ia telah tiba di sekolah barunya. Suasana saat itu sedikit berbeda. Sekolah tersebut merupakan sekolah khusus perempuan.
Anehnya, semua mata menatapnya aneh. Namun, ia tidak terlalu kaget karena sebelumnya ia telah terbiasa dengan tatapan seperti itu.
Jiwoo
Halo, aku Akashi Jiwoo. Panggil saja Jiwoo. Mohon kerjasamanya.
Aneh, tidak ada respon dari mereka, dan tatapan mata terus menatap dirinya. Mau tak mau Jiwoo langsung menuju ke tempatnya.
Tiba-tiba, seorang siswi menyapanya.
Nayda
Halo, aku Nayda.
Jiwoo berusaha untuk tetap ramah.
Jiwoo
Halo juga.
Nayda
Kamu pasti kaget melihat mereka barusan.
Sejujurnya, Jiwoo tidak terlalu khawatir tentang itu. Ia sudah terbiasa dilihat seperti itu.
Jiwoo
Kaget, sih.
Nayda
Kamu tahu kenapa?
Jiwoo
Emangnya kenapa?
Nayda
Itu karena rambut birumu.
Jiwoo
Apa maksudmu?
Jiwoo telah mengerti ke mana pembicaraan mereka. Namun, ia berpura-pura tidak mengerti dan mengikuti alur.
Jiwoo
Hah?
Nayda
Mereka menganggap orang seperti kamu susah diatur. Kata kasarnya, kamu seperti berandalan yang susah diatur.
Jiwoo
Berandalan, ya?
Jiwoo tidak heran. Apa yang dikatakan Nayda memang benar. Ia memang seorang berandalan.
Nayda
Tapi aku suka rambut birumu.
Nayda
Cantik.
Jiwoo tersenyum.
Jiwoo
Terima kasih.
-Di ruang guru-
Seorang guru sedang membolak-balik kertas berisikan nilai-nilai ujian Jiwoo.
Bu guru
Nilai kamu bagus semua.
Bu guru
Saya jadi penasaran, kenapa kamu pindah ke sekolah ini?
Bu guru
Padahal sekolah sebelumnya lebih baik dari sekolah ini.
Tujuan sebenarnya ia bersekolah di sini karena ingin bisa belajar dengan tenang tanpa orang mengetahui siapa dirinya.
Jiwoo
Saya hanya ingin belajar dengan nyaman dan aman. Tidak ada alasan lain.
Bu guru
Aman dan nyaman?
Bu guru
Saya dengar sekolah itu penuh dengan anak berandalan. Benar, bukan?
Jiwoo terdiam sejenak. Ia merasa dirinya sedang diomongkan.
Jiwoo
Saya tidak begitu tahu tentang itu.
Bu guru
Rambut bagus.
Bu guru
Unik.
Reflek Jiwoo memegang rambutnya dan mengusapnya perlahan.
Jiwoo
Saya menyukai hal-hal unik yang jarang dilakukan oleh banyak orang, dan juga sebagai bentuk mengapresiasi diri sendiri.
Bu guru
Orang pintar seperti kamu tidak mungkin seperti mereka, 'kan?
Bu guru
Kami tidak perlu khawatir lagi.
Guru itu tertawa pelan seolah ada hal yang lucu barusan.
Bu guru
Semoga kamu betah di sekolah ini.
-Dalam perjalanan pulang-
Sembari menunggu bis yang akan tiba, ia melihat kembali kenangan-kenangan yang ia simpan di galeri ponselnya.
Ia sedikit kaget melihat dirinya yang bahagia bersama teman-temannya. Jujur, ia sangat merindukan momen-momen itu.
Jiwoo
Eh? Foto Chifuyu?
Ia melihat banyak sekali fotonya bersama Chifuyu. Ia menjadi teringat kejadian masa lalunya bersama Chifuyu. Mereka berdua sempat akrab.
Jiwoo
Padahal saat itu aku musuhmu.
Jiwoo
Dasar rambut emas.
Ia memutuskan untuk menghubungi Pak Beni, guru di sekolah sebelumnya.
Comments