Selama ini Sakinah tidak mengetahui tentang warisan neneknya karena dia memang tidak pernah memperdulikan tentang hal itu. Dia saja tidak mengetahui apa-apa saja yang dimiliki oleh neneknya di desa itu.
Bi warsih mengajak Sakinah untuk keliling Desa. Melihat puluhan hektar tanah yang diwariskan oleh neneknya Sakinah yang sudah meninggal untuk cucunya.
" Lihatlah Non Sakinah sepanjang jauh mata memandang Ini semua adalah tanah warisan dari Ndoro nyonya besar yang diwariskan seluruhnya kepada Non Sakinah. Selama bertahun-tahun beliau meninggal. Saya telah menabungkan semua pendapatan dari lahan-lahan ini di dalam sebuah rekening atas nama Non Sakinah. Hari ini karena Non Sakinah sudah datang ke sini dan mau menetap di desa ini, maka saya akan segera menyerahkan tanggung jawab saya itu kepada Non Sakinah dan mengembalikan semua warisan almarhumah Nyonya besar yang selama ini menjadi tanggungan saya!" ucap Bi Warsih sambil menggenggam telapak tangan Sakinah yang saat ini tampak sedang berkaca-kacamatanya.
" Percayalah non. Nyonya besar selalu menunggu kepulangan tuan muda ke desa ini dan dia sangat menyesal karena dulu pernah menentang pernikahan Tuan Muda dan istri Tuan Muda. Bahkan sampai akhir hayatnya Nyonya Besar masih menunggu kepulangan Tuan Muda. Bahkan hampir setiap malam nyonya besar selalu menangis dan menyesali segala yang sudah pernah terjadi sehingga akhirnya beliau hanya hidup sendiri tanpa keluarga yang dia cintai!" ucap Bi Warsih menceritakan kehidupan neneknya Sakinah ketika masih hidup.
Sakinah sampai menangis tersedu-sedu. Ketika dia mendengar semua cerita Bi Warsih tentang kesedihan dan juga kepedihan hidup neneknya sampai akhir hayatnya yang tetap menunggu kepulangan ayahnya yang sangat keras kepala dan tidak mau memaafkan sang ibu yang dulu pernah mengusirnya karena bersikeras ingin menikahi ibunya Sakinah yang hanya seorang wanita biasa bukan keturunan ningrat seperti keluarga ayahnya.
" Di Jakarta, hidup kami sangat susah Bi. Bahkan Ayah harus terjerat hutang kepada sahabatnya untuk mengobati Ibu yang sakit kanker. sehingga akhirnya dengan sangat terpaksa Ayah menjodohkanku dengan anak sahabatnya itu untuk melunasi hutang-hutang kami yang sangat banyak sekali." ucap Sakinah.
Mata Bi Warsih sampai berkaca-kaca ketika dia mendengarkan semua cerita Sakinah yang sangat menyedihkan dan membuat pilu hatinya.
" Kami berdua menikah tanpa cinta. Sehingga selama 5 tahun pernikahan itu, bahkan suamiku tidak pernah mau menyentuhku ataupun menganggapku sebagai istrinya." air mata Sakinah semakin deras mengalir di pipinya yang mulus tanpa cela.
Bi Warsih memeluk Sakinah dengan penuh kasih sayang. Memberikan kekuatan kepada cucu majikannya yang sejak kecil tidak pernah bertemu dengan neneknya.
Sikap ayahnya Sakinah yang keras kepala yang membuat hubungan kekeluargaan menjadi jauh. Bahkan sampai meninggal neneknya Sakinah pun Sakinah hanya datang pada saat pemakamannya saja.
Saat Bi Warsih meminta kepada ayahnya Sakinah untuk tinggal di desa itu. Ayahnya Sakinah menentang berat dan menolak keras. Karena dia masih marah dan sakit hati terhadap ibunya sendiri yang dulu telah menghinanya. Ketika dia menikahi sang istri yang sudah meninggal karena penyakit kanker yang kronis.
Operasi tidak menolongnya sama sekali. Hanya meninggalkan hutang yang sangat banyak untuk pengobatan sang istri yang akhirnya mengorbankan Sakinah dalam pernikahan paksa yang menghancurkan kehidupan Sakinah sampai akhir.
" Kemarin tanpa sengaja aku mendengarkan suamiku bicara di dalam telepon." Sakinah menangis tersedu. Hatinya sakit sekali.
" Dia berniat menjualku kepada seorang bandar Kasino Bi, hanya untuk melunasi hutang-hutang judinya di kasino. Aku sangat marah dan juga sangat sedih mendengarnya. Oleh karena itu, aku nekat kabur ke tempat ini dan meninggalkan kehidupan durjana bersama suami yang bahkan tidak pernah menganggapku sebagai istrinya! Hiks hiks!" Sakinah menangis tersedu di dalam pelukan dewasa yang merasa iba dengan nasib cucu majikannya.
Di tengah ladang itu, mereka berdua sedang menangis tersedu-sedu. Mereka seakan tidak memperdulikan begitu banyak mata para pekerja yang sedang bekerja di ladangnya Nenek Sakinah, memperhatikan Sakinah dan Bi Warsih yang sedang berpelukan satu sama lain dengan air mata yang membanjir di pipi keduanya yang sangat kontras.
Wanita cantik dan nenek tua yang berpelukan dengan begitu erat dengan air mata yang tidak mau berhenti membuat semua orang yang melihatnya ikut sedih.
" Bi Warsih! Apakah dia adalah Non Sakinah, putri dari Tuan Muda Revan?" tanya salah seorang pekerja yang sedang bekerja di ladang perkebunan teh yang sangat luas.
Mendengar pertanyaan itu, seketika membuat Bi Warsih dan sakinah menjadi sadar tempat. Bahwa saat ini mereka berada di ruangan publik di mana banyak mata yang sedang memperhatikan mereka.
Bi Wasih sampai tersenyum sendiri. Ketika dia menyadari saat ini dirinya dan Sakinah sedang menjadi tontonan para pekerja.
Muka Sakinah bahkan memerah karena sangking malunya dilihatin oleh begitu banyak para karyawan yang sedang memetik daun teh di kebun neneknya.
" Ya ampun Bi! Sangking asiknya kita yang sedang bercerita. Sampai tidak sadar bahwa saat ini kita sedang berada di tengah kebun dengan begitu banyak karyawan yang memperhatikan kita!" ucap Sakinah sambil mengulas senyum kepada bewarsih yang dari tadi terus mengelus punggungnya berusaha untuk menghibur Sakinah yang sedang bersedih hatinya gara-gara suaminya.
Bi Warsih kemudian meninggalkan lokasi perkebunan teh dan mengajak Sakinah melihat pabrik teh milik keluarga Atmajaya.
" Ayo Non. Bibi akan ajak Non Sakinah untuk pergi melihat pabrik teh milik keluarga Atmajaya yang mulai sekarang akan Bibi serahkan pengawasan dan juga semua pengelolaannya kepada Non Sakinah sebagai pewaris dari keluarga Atmajaya satu-satunya di dunia ini!" ucap Bi Warsih sambil tersenyum kepada Sakinah yang tampak terkejut melihat pabrik yang begitu megah dan ratusan orang karyawan sedang bekerja dengan tekun.
" Bibi tidak bercanda kan kalau semua ini adalah milik nenekku? Kenapa selama ini ayahku tidak pernah bercerita tentang kekayaan nenek yang begini banyak?" tanya Sakinah yang tampak begitu takjub dan tidak percaya dengan semua hal yang ditunjukkan oleh Bi Wasih kepadanya.
Bi Warsih tampak tersedu-sedu, air matanya kembali menetes tanpa dia undang.
" Ketika dulu tuan muda Revan meninggalkan Desa ini adalah dengan kemarahan yang sangat besar. Dia tidak terima tentang nyonya besar yang menghina istri yang dia cintai. Oleh karena itu tuan muda Revan bersumpah bahwa dia tidak akan pernah menginjakkan kakinya lagi di desa ini. Dan menganggap bahwa hubungan kekeluargaan telah terputus ketika itu!" isak Bi Warsih sedih.
Bi Warsih kemudian menceritakan kejadian memilukan puluhan tahun yang lalu yang akhirnya sedikit demi sedikit menggerogoti kesehatan neneknya Sakinah yang merasa sedih dengan kelakuan putranya yang memutuskan hubungan kekeluargaan hanya karena urusan percintaan yang tidak direstui olehnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 134 Episodes
Comments
💥💚 Sany ❤💕
jadi gitu. Sama2 mempertahankan ego. Seharusnya Bapaknya Sakinah berjuang ntuk mendapatkan restu n klupun gak direstui jgn sampe mutusin silaturrahmi karna bagaimanapun hubungan darah gak kan putus. Terlebih pada ibu kandung sendiri.
2023-04-14
0
վմղíα | HV💕
tetap semangat thor
2023-03-15
1