"Bunga itu ... bagaimana jika bunga tersebut dari aku?"
Vera sontak terkejut, selama ini Zeline selalu merasa penasaran akan sosok yang selalu memberikannya bunga serta kata-kata manis yang selalu terselip di buket tersebut.
Zeline baru saja keluar dari ruang ganti dengan kostum yang berbeda. Ia meminta air minum kepada salah satu staf yang ada di lokasi, lalu kemudian berjalan menghampiri managernya sembari membawa botol air minum yang ia dapatkan dari staf tadi.
"Ada apa?" tanya Zeline mendapati wajah Vera yang tampak terkejut.
Vera langsung menatap Zeline, ia mengembangkan senyumnya. Merasa senang dengan fakta yang baru saja ia dapatkan.
"Kalau begitu saya permisi dulu. Ada pekerjaan yang lain yang harus saya urus." Arman mengulas senyumnya, ia menatap Zeline sepersekian detik, lalu kemudian memberikan senyum terbaiknya pada gadis tersebut.
Zeline membalas senyuman dari pria itu. Menatap punggung lebar Arman yang berjalan meninggalkan mereka. Arman sesekali menoleh, dan kembali mengulas senyumnya. Hingga akhirnya, pria itu pun menghilang dari kerumunan banyak orang.
"Zeline! Kamu tahu fakta apa yang baru saja aku dapatkan?" ujar Vera yang sangat antusias.
"Memangnya apa?" tanya Zeline yang terlihat benar-benar kebingungan. Entah fakta apa yang membuat sang manager tampak begitu bahagia, hingga sedari tadi ia tak bisa menahan ekspresinya sama sekali.
"Menunduk sedikit, biar aku lebih mudah memberitahumu!" titah Vera.
Zeline pun mengikuti ucapan managernya itu. Ia sedikit membungkukkan badannya, karena memang Zeline lebih tinggi dari pada Vera dan juga gadis itu menggunakan sepatu heels yang membuat Zeline semakin tinggi.
"Pak Arman adalah orang yang mengirimkan bunga itu padamu," bisik Vera.
"Benarkah?" tanya Zeline sembari mengernyitkan keningnya.
Vera mengangguk, tanda membenarkan ucapannya itu. Namun, entah mengapa raut wajah Zeline tampaknya tak bersahabat. Seakan ia tak percaya bahwa mawar tersebut adalah pemberian dari Arman.
"Mba Zeline sudah siap?" tanya salah satu staf yang bertanggung jawab atas pemotretan tersebut.
"Ah iya," ujar Zeline membenarkan sedikit penampilannya, lalu kemudian berjalan menuju ke lokasi pengambilan gambar.
Jepretan flash dari kamera tersebut tampak menyilaukan. Bersamaan dengan itu pula, Zeline memasang berbagai pose andalannya, agar terlihat bagus saat tampil di majalah nanti.
Pemotretan telah selesai, jadwal selanjutnya adalah syuting iklan kosmetik. Namun, ada waktu satu jam setengah sebelum syuting tersebut berlangsung. Dan Zeline, memanfaatkan waktu tersebut untuk beristirahat memejamkan matanya sejenak.
Vera keluar dari mobil, wanita itu sibuk mengurus perlengkapan Zeline. Sementara sang artis, ia biarkan beristirahat di dalam kendaraan tersebut.
....
Zeline, gadis itu perlahan membuka matanya. Ia tertegun saat berada di atas hamparan kelopak mawar. Aroma dari bunga itu semerbak mewangi, membuat Zeline pun mengembangkan senyumnya, mendapati bahwa dirinya tengah berada di tengah-tengah ratusan kelopak mawar.
Namun, Zeline sempat berpikir. Bagaimana dia bisa berada di hamparan bunga mawar ini. Dan ia pun mengira bahwa ini adalah rencana Vera yang memberikan kejutan untuknya.
Mungkin saja, ia meminta Gery untuk menggendongnya tadi, dan meletakkan dirinya di hamparan kelopak mawar ini.
Zeline mendengar langkah kaki yang mendekat ke arahnya. Ia menebak bahwa itu adalah sang asisten yang tentu saja ingin membanggakan dirinya atas kejutan yang ia buat. Namun, baru saja Zeline membuka mulutnya hendak berucap, suara bariton yang tampak tak asing baginya terdengar berbicara padanya.
"Apakah kamu sudah bangun?"
Zeline mencoba menolehkan kepalanya. Hal pertama yang ia lihat adalah dari kaki pria itu, karena posisi Zeline saat ini tengah duduk.
Zeline memindai pria yang menggunakan kostum berwarna putih tersebut. Ia perlahan memberanikan diri menatap pria itu. Namun, sinar mentari tampak menyilaukan. Hingga Zeline tak dapat melihatnya dengan jelas, siapa pria yang ada di hadapannya saat ini.
Satu hal dapat Zeline ketahui, ketika tersenyum, pria itu menampakkan lesung pipinya. Akan tetapi, Zeline benar-benar tak dapat melihat wajahnya dengan jelas.
"Siapa kamu?" tanya Zeline.
"Aku ... adalah secret admirer, yang selalu memberikan kata-kata manis untukmu."
Zeline tertegun, sesaat kemudian ...
"Zeline, ... Zeline, ... Woyy bangun!" Vera menggerakkan tubuh Zeline. Sedari tadi gadis tersebut membangunkan Zeline, akan tetapi artisnya itu tak kunjung membuka mata.
"Gery, ambilkan aku sebotol air mineral!" titah Vera kepada supir pribadi tersebut.
"Untuk apa? Orang tidur kan tidak bisa minum," celetuk Gery.
"Untuk menyirami dia dengan sebotol air, supaya dia cepat bangun," balas Vera.
Tak lama kemudian, Zeline pun membuka matanya. Ia mendengkus kesal karena Vera membangunkan gadis tersebut.
"Ck! Kamu menggangguku saja! Aku sedang bermimpi indah," gerutu Zeline sembari mengusap matanya.
"Mimpi indah di sore hari? Sudah jangan mengada-ada! Segera bersiaplah! Karena sebentar lagi kita akan pergi syuting!" titah Vera.
"Aku serius, Ver. Aku bertemu dengan pria tampan yang memberikan bunga padaku," ucap Zeline.
"Siapa? Sudah jelas yang memberikan kamu mawar itu adalah Pak Arman. Sudah, lebih baik kamu segera bersiap-siap, karena orang-orang di sana sudah menunggumu," ujar Vera sembari menunjuk ke luar mobil, yang merupakan kerumunan banyak orang tengah bersiap untuk melakukan syuting iklan dari sebuah produk kecantikan.
Setelah berucap demikian, Vera pun keluar dari mobil tersebut. Sementara Zeline, gadis itu mencebikkan bibirnya. Ia merogoh sakunya, mengambil kaca kecil yang selalu ia simpan di dalam saku tersebut. Zeline melihat wajahnya dari pantulan cermin kecil itu, membersihkan kotoran matanya akibat baru bangun tidur tadi. Setelah melakukan hal tersebut, ia pun langsung keluar dari mobil.
Dengan sedikit menggeliat, Zeline turun dari mobil. Tak lama kemudian, Vera kembali menghampiri gadis tersebut dan memberikan baju yang akan dipakai oleh artisnya itu saat syuting nanti.
"Segera bergantilah!" titah Vera menyerahkan setelan pakaian pada Zeline.
Zeline pun langsung berjalan menuju ke ruang ganti, untuk mengganti pakaiannya itu. Saat berada di dalam bilik tersebut, Zeline masih memikirkan tentang mimpinya tadi. Entah mengapa, sulit sekali rasanya mengenali wajah pria itu tadi, dan bahkan Zeline kali ini benar-benar lupa akan ciri-ciri yang sempat ia tangkap dari mimpinya itu.
Namun, Zeline masih mengingat suara berat pria itu. Suara yang Zeline rasa tak asing baginya. Karena rasa penasarannya itu, lagi dan lagi Zeline mendengar teriakan Vera dari luar bilik.
"Astaga, dia suka sekali berteriak-teriak seperti itu," gerutu Zeline yang mulai melepaskan pakaiannya dan mengganti pakaian yang diberikan oleh Vera tadi.
"Tetapi ... bagaimana aku bisa dengan cepat melupakannya? Kenapa harus lupa secepat itu!" gumam Zeline yang membolak-balikkan kalimatnya sendiri.
Zeline keluar dari bilik tersebut, ia dikagetkan dengan keberadaan Vera yang masih menunggunya sembari memperlihatkan tatapan tajam.
"Bisakah kamu mempercepat gerakanmu itu? Tim sudah siap dan hanya menunggumu saja," ujar Vera sembari mengacak-acak rambutnya frustasi karena tingkah Zeline.
"Iya ... iya ...." Zeline berucap, akan tetapi ia menyempatkan diri mencium pipi Vera, berusaha untuk membuat wanita tersebut tak lagi marah-marah.
Setelah melakukan hal itu, Zeline langsung berlari. Ia takut mendapatkan masalah lagi atas perbuatannya tadi.
Vera menghela napasnya, ia mengelap sejenak bekas bibir Zeline yang menempel di pipinya. "Anak ini ... benar-benar membuatku geram."
Bersambung ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
Ratri Pambayun
aku rasa bukan Arman
2023-03-07
1
Aditya HP/bunda lia
kesel ya Mak Vera ... ?
2023-03-06
1