Happy reading..
☘️
☘️
Detik terus berjalan, hingga berganti hari.
Ingatan Jonathan akan ucapan Papanya masih tersimpan rapi di file otaknya. Ia harus menerima dengan lapang dada, rasa kekecewaan sang Papa. Ketika dia menolak mentah-mentah perjodohan yang sudah ditata rapi oleh Papanya. Dengan hasil akhir yaitu Jonathan harus angkat kaki dari Mansion mewah milik keluarga Edward. Melepaskan semua fasilitas yang diberikan Papa Asher dan segala atribut yang berhubungan dengan nama besar Edward. Jonathan harus rela juga melepaskan nama belakang keluarga besarnya.
Kini, Jonathan harus berjibaku sendiri mulai dari nol. Ia bekerja pun harus keluar dari daerah kekuasaan Papanya.
Sesuai perjanjian yang telah disepakati Papa Asher dan Jonathan yaitu, jika Jonathan menolak perjodohan dari Papa Asher. Maka dia harus angkat kaki dan kembali lagi ke hadapan Papa Asher, harus bisa membawa calon istrinya yang sesuai dengan keinginan Papanya. Keputusan Papa Asher Edward tidak bisa diganggu gugat.
****
Enam bulan berlalu, sejak kejadian malam itu, Jonathan belum juga bisa menemukan gadis yang kesuciannya telah direnggutnya.
Kini Jonathan juga telah disibukkan dengan rutinitasnya yang baru di perusahaan Double D & A Group. Sebagai personal assisten dan bodyguard Tuan Devian Wongso.
Sebelum mendapatkan pekerjaan itu, hidup Jonathan sempat terlunta-lunta, berpindah-pindah dari para sahabatnya. Namun, karena ancaman Papanya. Semua sahabat Jonathan tidak ada yang berani memberikan tumpangan hidup padanya. Hingga suatu hari dia bertemu dengan Nyonya Gayatri Deolinda Wongso. Yang tidak lain adalah istri dari Tuan Devian Wongso.
Tumpukan kertas yang ada di meja kerjanya saat ini, menambah deretan panjang pekerjaan Jonathan yang harus diselesaikan hari ini. Dia tengah fokus pada lembaran-lembaran laporan keuangan yang beberapa menit lalu diserahkan oleh sekretaris Tuan Devian Wongso.
Tanpa disengaja, Jonatan menjatuhkan sebuah kotak mungil dari atas meja kerjanya.
Dugh
Kotak itu jatuh tepat di atas sepatu fantofel mengkilat yang dipakainya. Jonathan langsung berjongkok mengambil kotak itu dan membukanya. Sebuah kalung bersama liontin berbentuk huruf A yang ada di dalamnya.
Jonathan menelan salivanya kasar. "Kamu tak mau memberitahukan namamu padaku, tetapi kamu meninggalkan kalungmu untuk pencarian jejakmu! Siapa pun kamu dan di mana pun kamu berada. Aku pasti akan menemukan keberadaanmu, wanitaku! Sungguh cantik permainanmu untuk membolak-balik hatiku! Kan ku ikuti kemauanmu, pemilik bola mata hitam yang indah!" gumam Jonathan dengan senyuman miring.
****
Sedangkan di tempat lain.
Wanita cantik jelita yang baru turun dari taksi online yang mengantarkannya.
Wanita cantik dengan gaya trendi itu menapakkan kaki memasuki sebuah kafe yang telah disepakati dengan seseorang untuk bertemu kangen.
Kacamata yang sedari tadi bertengger di atas pangkal hidung mancungnya, diturunkan sembari terus melangkahkan kaki jenjangnya yang memakai sepasang high heel.
Matanya menyapu seluruh ruangan untuk mencari keberadaan seseorang yang di tuju. Kafe Rindu Selawase, tempat yang nyaman untuk bersantai.
Greeting yang dipersiapkan oleh Kafe itu pun sudah terdengar di runggunya, untuk menyambut seluruh pengunjung yang memasuki tempat itu, termasuk Azkia.
Kia hanya memandang sekilas dan tersenyum miris melihat ke arah para hidung belang yang menebarkan pesonanya. 'Masih ada aja pria model seperti itu! Sudah ada pasangan di sampingnya, tapi mata masih lirak lirik! Pingin colok aja!' gerutunya dalam hati.
Hingga tatapan sepasang bola mata hitam itu berhenti pada seseorang wanita yang seumuran dengannya yang melambaikan tangan padanya.
"Kia! Hai, cantik. Sini, sini!" pekik Alisa yang begitu senang atas kedatangan sahabatnya yang sudah ditunggunya.
Azkia membalas panggilan Alisa dengan sebuah senyuman yang manis dan juga lambaian tangannya dengan anggun.
Azkia sekarang sudah berubah bukan seperti Kia yang baru ditinggalkan oleh Harvey. Setelah malam naas itu terjadi. Azkia harus menerima hukuman dari Mama Gayatri, dia harus tinggal selama enam bulan bersama neneknya di sebuah desa yang jauh dari keramaian kota.
Kini Azkia terlihat sangat anggun dan menawan. Ia harus bisa menjaga sikap dan juga dalam bertutur kata yang halus, tidak berseru lantang. Apalagi di tempat umum seperti ini.
Langkah santai Kia menghampiri meja yang telah direservasi oleh Alisa.
"Selamat datang kembali, cantiknya aku," sebuah senyuman dan pelukan hangat dari sahabat yang rindukan selama ini, menjadi pembuka pertemuan mereka, kembali.
Tapi sayang, momen indah itu hanya dihadiri Azkia dan Alisa saja. Karena Delia sedang melanjutkan kuliahnya di Negri Paman Sam.
"Terimakasih, sayangnya aku juga," balas Kia memeluk erat tubuh Alisa sembari bercipika cipiki.
Sedetik kemudian, pandangan Azkia teralihkan pada seseorang yang duduk di belakang kursi yang di duduki Alisa tadi.
Seorang pria macho yang memakai kacamata nangkring di hidung bangirnya. Duduk sambil menyilangkan kaki.
Wajah tampan pria itu, masih diingat oleh Azkia. Karena pada malam naas itu, otak Kia masih bisa bekerja sedikit normal, hanya tubuhnya yang berubah seratus delapan puluh derajat akibat obat perangsang yang disengaja dimasukan dalam minumannya, waktu itu.
"Kamu duduk sini!" Alisa mempersilakan Kia duduk di kursi yang telah dipersiapkan untuknya.
Kia menurut saja dengan perlakuan Alisa dan langsung duduk di kursi. Dengan posisi memunggungi pria macho itu, yang menguatkan aroma parfum maskulin, yang langsung menusuk indera penciuman Azkia.
'Oh, no! Bagaimana mungkin begitu banyaknya parfum. Kenapa pria ini, memakai parfum yang sama dengan dia! Atau kah dugaanku benar? Pria itu adalah orang yang sama! Astaga, apa dia masih mengingatku? Tidak! Tidak! Ya, Alloh. Bantu aku melupakan dia.'
"Azkia!" pekik Alisa. "Kamu lagi ngelamunin apa sih? Dari tadi aku perhatikan, pikiran kamu lagi tidak di sini, deh!" sewot Alisa penasaran.
Azkia geleng-geleng kepala. "Maaf.. Maaf. Yuk lanjut lagi ceritanya," jawab Kia sedikit tergagap dan juga tak enak dengan sahabatnya. Tapi tidak bisa dipungkiri, pikiran Kia, saat ini. Terpecah.
"Oke! Lanjut lagi ya. Dengerin aku ngomong! Ini berita tentang Harvey, sangat penting untuk kamu!" celoteh Alisa.
"Benarkah?" sahut Azkia.
"Dengerin dulu, napa! Jangan dipotong!" marah Alisa.
"Iya, iya. Bawel!"
Dengan antusias Azkia mendengarkan semua cerita Alisa dari a sampai z, semua tentang Harvey yang akan menikahi wanita kaya.
Tetapi, tiba-tiba Azkia berdiri dari duduknya dan bergidik ngeri, setelah Alisa mengatakan sesuatu yang membuat Kia, menolaknya ide gila sahabatnya.
"Nggak mau, ah! Gila kali! Aku tak sudi berdekatan dengan Harvey lagi!" umpat Azkia, sambil beranjak dari tempat berdirinya, namun kesialan selalu saja mengikutinya.
Di saat, Azkia akan melangkahkan kakinya. Dia tidak berhati-hati. Keseimbangan tubuhnya lagi goyah, akibat kakinya tersandung kaki kursi yang didudukinya tadi. Hingga dia dikejutkan dengan seorang pria tampan yang meraih tubuhnya terlebih dahulu, sebelum membentur ke lantai kafe.
Aroma maskulin pada tubuh pria tampan itu, terhirup oleh hidung Azkia. Ketika pandangan keduanya saling bertatapan. Azkia tidak dapat mengelaknya lagi. Netra biru milik pria tampan itu melesat masuk ke dalam pupil Kia, bagaikan anak panah yang terlepas dari busurnya.
Jlebb!
💖💖💖💖💖
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments
𝐈𝐬𝐭𝐲
apakah jo masih bisa mengingat nya🤔
2023-03-29
6
☠ᵏᵋᶜᶟ尺მȶɦἶ_𝐙⃝🦜
wah kena panah, mudahan g mati🙈
2023-03-29
6
☠ᵏᵋᶜᶟ尺მȶɦἶ_𝐙⃝🦜
wah ketemu ini sama joe
2023-03-29
6