BAB 4

Hari sabtu pagi jam sepuluh, Celestia sudah berada di kafe Z. Dirinya tidak mau datang terlambat ke kafe itu, mengingat pak Adelio selalu mencari kesalahan seseorang karena sifatnya yang terlalu tepat waktu, disiplin serta terkesan sangat kolot.

Sebelum jam. sepuluh pagi, Celestia sudah mempersiapkan segala sesuatu nya. Dari bangun lebih awal dari biasanya. Hari sabtu seperti ini biasanya Celestia bangun agak siang mengingat hari sabtu dirinya libur kuliah. Selagi tidak pulang kampung dan tinggal di kos nya, Celestia tidak ada kerjaan lain selain belajar, mengikuti kegiatan kemahasiswaan serta kumpul-kumpul dengan teman yang Celestia kenal. Hidup Celestia sekarang ini hanya kos dan kampus serta terkadang healing karena kegiatan kemahasiswaan.

Celestia memilih duduk di bangku paling sudut. Mata Celestia sudah celingukan ke sana- kemari mencari seseorang. Tentu saja pak Adelio yang menyuruhnya datang ke kafe Z itu di jam sepuluh pagi. Namun sekarang sudah jam sepuluh lebih lima belas menit batang hidung pak Adelio belum terlihat juga.

Karena sudah cukup lama duduk di kafe itu, Celestia lebih dahulu memesan minuman terlebih dahulu. Tidak lama kemudian, orang yang ditunggu nya telah tiba.

"Pak Adelio!?" gumam Celestia.

Sesaat matanya menatap ke arah dosen muda nya itu dengan pandangan penuh kekaguman. Kali ini penampilan pak Adelio sangat berbeda sekali saat sedang mengajar di kampus yang berpenampilan sangat rapi dan menunjukkan pria dewasa. Bahkan saat di kampus, pak Adelio sering kali mengenakan setelan jas yang terlihat jauh lebih tua dari usia yang sebenarnya. Penampilan yang seperti pria dewasa dan rapi itu jauh dari kata seperti gaya anak muda sekarang. Tapi ini? Pak Adelio dengan mengenakan celana jeans yang dipadukan kaos oblong disertai jaket kulitnya terlihat seperti anak muda yang santai dan kekinian. Sepatu sport nya pun terlihat mentereng dan terkesan santai.

"Sudah belum menatapku seperti itu?" kata pak Adelio yang kali ini bahasa nya terlihat santai pada Celestia. Ini seperti anak muda yang bertemu dengan kawan nya.

"Eh, em?!" gumam Celestia yang langsung memalingkan wajahnya yang sudah kepergok menatap dosen muda nya itu nyaris tak berkedip.

"Kamu sudah pesan makanan?" tanya pak Adelio. Pak Adelio melihat di atas meja baru ada minuman dingin saja. Kini pak Adelio segera mengambil daftar menu makanan yang ada di kafe itu. Pak Adelio langsung mencatat makanan dan minuman untuk dirinya dan Celestia tanpa bertanya pada Celestia apa yang ingin dia makan.

"Aku sudah memesankan makanan dan minuman untuk kamu. Semoga kamu suka dan mau memakannya," ucap pak Adelio.

"Jangan khawatir, pak! Saya tidak terlalu milih-milih dalam hal makanan. Asal enak, lezat, dan yang paling penting mengenyangkan," kata Celestia.

"Benar! Apalagi mahasiswa seperti kamu yang merantau dan nge kost, pasti lebih memilih makanan berat yang tentu saja bisa mengenyangkan perut mu, hehe," sahut pak Adelio seraya meringis.

"Nah betul itu pak! Apalagi jatah bulanan jajan dari orang tua saya pun pas-pasan. Jad jauh dari kata berfoya-foya atau bergaya mewah," kata Celestia.

Pelayan pramusaji di kafe itu berselang lama akhirnya datang dengan membawa makanan dan minuman yang sudah dipesan oleh pak Adelio.

""Ayo kita nikmati makanan ini dulu! Setelah itu baru aku mengajak kamu ke suatu tempat," kata pak Adelio. Celestia menyipitkan bola matanya.

"Ayo dimakan dulu! Kok malah bengong lihat wajahku!? Aku tahu kalau aku ini tampan. Ayolah jangan memandang ku seperti itu, nanti bisa jatuh cinta, repot loh!?" kata pak Adelio.

Celestia tersenyum mendengar nya lalu hanya bisa menjulurkan lidahnya. Kini celestia melihat makanan di depan nya. Steak daging lengkap dengan kentang goreng nya serta sayur-sayuran seperti brokoli dan buncis. Pak Adelio juga telah memesan kan minuman juz mangga untuk dirinya juga Celestia.

"Terimakasih banyak pak!?" ucap Celestia pada pak Adelio sambil menikmati makanan nya. Pak Adelio mengerutkan dahinya. Lalu pandangan nya beralih ke wajah Celestia.

"Terimakasih untuk apa?" tanya pak Adelio.

"Terimakasih karena bapak sudah mentraktir saya makanan selezat ini," kata Celestia.

"Kamu pikir aku mentraktir kamu? Aku hanya memilih kan dan memesankan makanan serta minuman yang baik untuk kamu. Bulan berarti aku mentraktir kamu," sahut Pak Adelio seraya terkekeh. Dia hanya menjahili Celestia saja.

Kini wajah Celestia tiba-tiba berubah. Dia mulai memikirkan sisa uang yang masih ada di dalam dompet nya. Sekarang masih tanggal tua sedangkan jatah bulanan dari orang tua untuk Celestia ditransfer pada awal bulan.

"Berapa harga makanan di kafe ini yah? Bagaimana kalau kurang uangku? Bagaimana jika pak Adelio minta ditraktir oleh aku? Haduh," batin Celestia.

Tiba-tiba selera makan Celestia menjadi hilang. Nasib anak kost yang jauh dari orang tua telah dirasakannya. Apalagi jatah uang yang dikirim oleh orang tua nya hanya cukup untuk hidup sederhana. Makanan daging seperti ini bisa habis berapa duit? Itulah yang dipikirkan oleh Celestia. Pak Adelio menyipit bola matanya melihat Celestia tiba-tiba berhenti memakan makanan nya.

"Kenapa? Kamu tidak suka dengan makanan nya? Atau mau pesan makanan yang lain?" tanya pak Adelio.

"Eh, em tidak tidak pak!? Makanan ini lezat kok!?" sahut Celestia. Pak Adelio tersenyum lebar. Pak Adelio pasti mulai paham kehidupan anak kost itu seperti apa.

"Ayo makan saja dan habiskan!? Jangan khawatir, semua ini aku yang bayar," kata pak Adelio. Tiba-tiba Celestia langsung bersemangat kembali menikmati steak daging di depannya. Pak Adelio tersenyum melihat perubahan yang terjadi pada Celestia.

"Pelan-pelan saja makannya. Atau mau nambah lagi? Aku pesan lagi yah, buat dibungkus??" kata pak Adelio menggoda. Namun ditanggapi oleh Celestia dengan serius.

"Boleh nambah lagi yah, pak? Dibungkus juga boleh," sahut Celestia pelan namun cukup didengar oleh pak Adelio.

"Tenang saja, nanti kita pesan lagi dua porsi buat kamu bawa pulang ke kost yah!?" kata pak Adelio.

"Eh?? Em jangan pak!?" sahut Celestia.

"Tidak apa!? Nanti biar aku pesan kan lagi??" ucap pak Adelio.

*****

"Kita mau ke mana pak?" tanya Celestia setelah mereka berada di dalam mobil. Pak Adelio menjalankan mobilnya dengan kecepatan sedang.

"Ke rumahku!" jawab pak Adelio. Celestia mengerutkan dahinya.

"Ke rumah bapak?" sahut Celestia.

"Tenanglah! Aku tidak akan mencelakai kamu kok! Kamu cukup berdiri di dekatku tanpa banyak protes dengan apa yang aku katakan nanti pada bunda ku," ucap pak Adelio.

Celestia mulai bertanya-tanya. Sebenarnya apa yang diinginkan pak Adelio terhadap dirinya. Apakah dirinya akan bertemu dengan bunda nya Pak Adelio? Lalu apa tujuannya?

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!